17 Proses Komunikasi Efektif – Hambatan

Berkomunikasi adalah hal yang akan selalu dilakukan seorang manusia kepada manusia lainnya. Proses komunikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara, media yang digunakan untuk berkomunikasi pun beragam. Dalam berkomunikasi pasti ada suatu pesan yang ingin disampaikan komunikator kepada komunikan. Agar pesan yang disampaikan menghasilkan feedback positif (misalnya perubahan sikap, prilaku, atau opini) dari komunikan, maka komunikator harus merancang agar komunikasi berjalan secara efektif.

komunikasi yang efektif dapat berjalan jika komunikasi saling menguntungkan, menggunakan bahasa yang dipahami komunikan, pesan yang disampaikan menarik perhatian komunikan, dan menumbuhkan penghargaan komunikan. Jika terjadi komunikasi yang salah (miscommunication), feedback negatif bisa saja terjadi. Misalnya timbulnya kesalahan persepsi (misperpection) atau interpretasi (misinterpretation), ketidak mengertian (misunderstanding), bahkan kesalahan prilaku (misbehavior).

Seorang komunikator memiliki kewajiban untuk membuat pesan yang disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh komunikan, sesuai dengan konteks yang diinginkan pengirim pesan. Oleh sebab itu, komunikator perlu mengusahakan proses komunikasi efektif, yang dapat menciptakan persamaan makna antara komunikan dengan kominikator sendiri. Berikut ini akan Pakar Komunikasi paparkan 17 Proses komunikasi efektif:

Baca juga:

1. Komunikator memiliki gagasan atau ide

Komunikasi diawali dengan munculnya gagasan atau ide yang ingin disampaikan komunikator kepada khalayak. Ide tersebut bisa berasal dari mana saja, dan berupa apa saja. idea tau gagasan yang dimiliki setiap orang bisa berbeda-beda meskipun berasal dari sumber yang sama, karena setiap manusia memiliki cara yang berbeda dalam memandang dan menanggapi sesuatu.

Hal tersebut di pengaruhi oleh pengalaman serta sifat manusia yang sejak awal memang dilahirkan unik dan berbeda satu sama lain. Ida tau gagasan yang disampaikan sebaiknya unik, menarik, menambah pengetahuan atau menjawab kebutuhan, sehingga menarik minat komunikan (baca juga: prinsip-prinsip komunikasi).

2. Komunikator mengemas gagasan atau ide menjadi pesan

Untuk dapat menyampaikan ide atau gagasan yang dimilikinya, komunikator perlu mengubah ide atau gagasan tersebut kedalam bentuk sebuah pesan. Hal ini perlu dilakukan agar ide tersebut juga bisa diterima dan dipahami oleh orang lain, meskipun orang tersebut memiliki cara pandang yang berbeda. Dengan pesan tersebut, orang lain dapat melihat cara pandang yang komunikator gunakan. Pesan dibuat sejelas mungkin agar tidak terjadi kesalahan persepsi.

baca juga:

3. Komunikator memilih target (komunikan)

Komunikator perlu memilih target, baik individu atau kelompok, yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikannya. Misalnya jika pesan tersebut mengenai cara praktis belajar bahasa, maka target utama penyampaian pesan (komunikan) adalah pelajar atau mahasiswa yang sedang belajar bahasa. Jika pesan tersebut mengenai kesehatan ibu hamil, maka komunikan yang menjadi target utama adalah ibu hamil. Semakin spesifik target yang dipilih akan semakin baik (baca juga: tahap-tahap komunikasi).

4. Komunikator memilih cara dan media penyampaian pesan

Cara penyampaian pesan serta media atau saluran penyampaian pesan yang dipilih perlu direncanakan dengan baik. Komunikator perlu memperhatikan detail target yang telah dipilihnya, seperti bahasa dan budaya, media yang sering digunakan atau familiar bagi mereka, pandangan-pandangan yang berkembang disekitar mereka, dan lain sebagainya. Semakin detail data yang komunikator kumpulkan, akan semakin baik perencanaan yang bisa dibuat (baca juga: teori sor).

5. Pesan disampaikan kepada komunikan

Setelah pesan yang akan disampaikan dibuat, target telah ditentukan, lalu cara penyampaian serta media penyampaian pesan telah direncanakan, maka proses selanjutnya adalah penyampaian pesan kepada komunikan. Penyampaian pesan sebaiknya dilakukan sesuai rencana, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan. Untuk komunikasi langsung, dimana komunikator dan komunikan saling bertatap muka, proses penyampaian pesan akan lebih dinamis. Komunikator dapat segera menyasuaikan proses penyampaian pesan dengan melihat gesture (gerak tubuh, mimik muka) komunikan.

baca juga:

6. Pesan diterima oleh komunikan

Komunikasi baru dapat dikatakan terjadi, jika pesan yang disampaikan komunikator telah diterima komunikan. Misalnya ketika seseorang mengirim email, maka komunikasi baru terjalin ketika penerima email telah membaca isi email tersebut. Jika komunikan tidak menerima pesan yang disampaikan komunikator, komunikasi tidak lagi efektif.

Baca juga:

7. Komunikan menafsirkan pesan yang diterima

Setelah komunikan menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator, komunikan akan melakukan penafsiran-penafsiran untuk mencoba memahami pesan yang disampaikan. Semakin jelas pesan yang disampaikan, semakin baik penafsiran yang dilakukan. Pesan yang baik akan dengan mudah dimengerti oleh komunikan dan menghindari kesalahan penafsiran pesan.

8. Komunikan memahami gagasan atau ide yang disampaikan

Setelah komunikan mencoba mengartikan isi pesan, maka komunikan mulai memahami pesan dan mengerti idea tau gagasan yang disampaikan komunikator melalui pesan tersebut. Lamanya pemahaman pesan bergantung kejelasan pesan yang disampaikan, cara dan media yang digunakan serta daya tangkap komunikan. Jika komunikasi dilakukan secara langsung, komunikator dapat memberikan informasi-informasi tambahan agar komunikan dapat memahami isi pesan dengan cepat dan tepat.

baca juga:

9. Komunikan menentukan sikap atas gagasan atau ide yang sampaikan

Setelah komunian memahami isi pesan yang diterimanya, selanjutnya komunikan akan menentukan sikapanya apakah menerima atau menolak ide atau gagasan yang terkandung dalam pesan tersebut. Jika komunikasi efektif, komunikan akan menerima gagasan tersebut.

baca juga:

10. Komunikan memberikan respon (feedback) positif

Setelah komunikan memutuskan sikapnya, selanjutkan komunikan akan menyampaikan sikap yang diambilnya dengan sebuat tindakan, yaitu memberikan respon (feedback). Respon yang diberikan komunikan sebenarnya bisa bermacam jenisnya, antara lain zero feedback: jika pesan tidak dimengerti oleh; positif feedback: jika respon yang diberikan bersifat positif (mendukung); Neutral feedback: jika komunikan tidak mendukung atau menolak isi pesan; dan Negative feedback: jika komunikan menolak isi pesan. Jika komunikasi efektif, komunikan akan menerima pesan.

baca juga:

11. Respon (feedback) diterima oleh komunikator

Respon yang disampaikan oleh komunikan akan diterima oleh komunikator. Respon dari komunikan tersebut sangat penting, sebab respon dari komunikan merupakan penghubung akhir proses komunikasi. Melalui respon tersebut, komunikator dapat menggetahui tanggapan komunikan dan menilai keefektifan komunikasi yang terjadi. Proses komunikasi yang efektif akan menghasilkan respon positif.

12. Komunikator menindaklanjuti respon (feedback) yang diterimanya

Jika respon yang diterima positif, yang mengartikan bahwa proses komunikasi telah dilakukan secara efektif, maka selanjutnya komunikator menindaklanjuti respon tersebut dengan menjalankan gagasan atau ide yang terkandung dalam pesan tersebut. Misalnya jika isi pesan adalah mengenai produk tertentu, dan respon komunikan adalah membeli produk tersebut, maka komunikator menindaklanjuti respon tersebut dengan memberikan produk yang dibeli komunikan, dan mengedukasi komunikan mengenai penggunaan produk.

Baca juga:

Hambatan Proses Komunikasi Efektif Dan Cara Mengatasinya

Meskipun telah direncanakan dengan sebaik mungkin, proses komunikasi kadang kala tidak berjalan dengan baik sehingga proses komunikasi tidak lagi efektif. Satu-satunya cara agar proses komunikasi berjalan efektif adalah dengan mengetahui hambatan-hambatan komunikasi yang mungkin akan dihadapi dan cara mengatasinya. Berikut ini beberapa hambatan yang dapat terjadi dalam proses komunikasi, beserta cara mengatasinya:

1. Perbedaan status

Status sosial dapat mempengaruhi efektifitas komunikasi. Misalnya ketika komunikator adalah atasan, dan yang menjadi komunikannya adalah karyawannya, bisa jadi komunikan tidak berani mengemukakan pendapatnya dengan jujur atau segan bertanya. Akibatnya miscomunnication bisa terjadi. Untuk mengatasinya adalah dengan menciptakan suasana rileks, atau menggunakan komunikator yang setara dengan komunikan.

2. Perbedaan bahasa dan budaya

Bahasa dan budaya yang berbeda bisa menimbulkan perbedaan penafsiran atau interpretasi antara komunikator dengan komunikan. Contoh perbedaan bahasa misalnya bagi orang jawa kata ‘atos’ berarti ‘keras’, sedangkan bagi orang sunda kata ‘atos’ berarti ‘sudah’. Untuk mengatasinya, komunikator harus memperhatikan detai budaya dan bahasa komunikan.

Baca juga:

3. Perbedaan Persepsi

Persepsi bersifat unik, setiap orang bisa memiliki persepsi berbeda terhadap sesuatu yang sama. Persepsi dipengaruhi kondisi, latar belakang, minat, kepentingan, atau pengalaman pribadi orang tersebut. Untuk  mengatasinya, komunikator bisa melakukan pernyamaan persepsi terlebih dahulu diawal penyampaian pesan (baca juga: Komunikasi Internal).

4. Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi disini berupa gangguan fisik misalnya suara musik yang keras dari luar, yang mengganggu pendengaran komunikan. untuk mengatasinya, komunikator perlu mengkondisikan terlebih dahulu suasana tempat komunikasi berlangsung, dan memilih tempat yang tepat (baca juga: hambatan komunikasi organisasi dan hambatan komunikasi bisnis).

5. Tidak adanya respon dari komunikan

Hambatan berupa tidak ada respon dari komunikan bisa saja terjadi. Dan jika hal ini terjadi, maka komunikasi menjadi sia-sia, sebab komunikasi hanya berjalan satu arah. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya ketidakpedulian komunikan terhadap isi pesan atau terhadap komunikator. Untuk mengatasinya komunikator harus mengemas ide atau gagasan tersebut dalam bentuk pesan yang semenarik mungkin sehingga komunikan merasa bahwa pesan tersebut menjawab kebutuhannya.

baca juga:

Demikian penjelasan terkait bagaimana proses komunikasi efektif untuk membangun sebuah pesan yang tersampaikan dengan baik dan mudah diterima oleh komunikan.