Komunikasi Asertif yang Efektif – Pengertian dan Tekniknya

Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, tidak selamanya akan berjalan dengan lancar karena tidak jarang menemui hambatan-hambatan komunikasi. Selain itu, komunikasi yang dilancarkan dalam berbagai konteks komunikasi seperti komunikasi antar pribadi ataupun komunikasi organisasi juga tidak selamanya dapat memuaskan semua pihak.

Hal ini dikarenakan tidak semua orang dapat berkomunikasi secara terbuka dan tegas dalam mengungkapkan perasaan, pikiran, serta sikapnya dengan tetap menghargai hak masing-masing. Oleh karena itu diperlukan suatu keterampilan berkomunikasi agar tercipta hubungan yang baik diantara peserta komunikasi.

Pengertian Komunikasi Asertif

Pengertian komunikasi asertif dapat dilihat dari karakteristiknya yaitu kemampuan untuk mendengar perspektif orang lain dan mengekspresikan dirinya dengan jujur dan penuh rasa hormat. Komunikasi asertif meliputi pernyataan atau ide-ide secara jelas dan dengan penuh rasa percaya diri, tanpa merasa bersalah.

Komunikator asertif lebih melihat ke dalam diri seseorang (misalnya memahami perasaan dan tujuan sendiri dan lain-lain), bertanggung jawab (terhadap apa yang dipikirkan, perilaku, dan lain-lain) dan jujur (menyajikan pesan verbal dan non verbal secara konsisten).

Seorang asertif menangani konflik dengan mengekspresikan kebutuhan, pikiran dan perasaan mereka secara jelas dan langsung namun tanpa menilai orang lain atau mendikte orang lain. Mereka memiliki sikap yang dapat menyelesaikan masalah kepuasan setiap orang. Dengan memiliki sikap serta keterampilan asertif tidak serta merta membuat komunikasi asertif mendapatkan apa yang diinginkan namun dapat memberikan mereka kesempatan untuk melakukannya.

Keuntungan lain dari komunikasi asertif adalah kemampuannya mengelola penghormatan terhadap diri baik assertor maupun pihak yang berinteraksi dengannya. Sebagai hasilnya adalah, mereka yang dapat mengelola konflik secara asertif memiliki pengalaman perasaan ketidaknyamanan saat mereka berada di dalam masalah tersebut. Mereka biasanya merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri dan orang lain setelahnya. Komunikasi asertif dipandang sebagai gaya komunikasi yang paling etis digunakan ketika kita dihadapkan pada sebuah konflik.

Baca : Psikologi Komunikasi

Karakteristik Pesan Asertif

Mengetahui pesan asertif tidak berarti sama dengan kemampuan untuk mengekspresikannya. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan komunikasi asertif dan hal ini berlaku bagi berbagai macam jenis pesan seperti harapan, masalah, keluhan, dan penghargaan.

Pada dasarnya pesan asertif terdiri dari tiga bagian yaitu perilaku, perasaan, dan efek:

  • Perilaku adalah deskripsi non penilaian dari sebuah perilaku yang diubah.
  • Perasaan adalah merujuk pada perasaan asserter atau komunikator yang biasanya tidak dinyatakan secara langsung.
  • Efek adalah klarifikasi dari sebuah efek perilaku orang lain terhadap asserter.

Sementara itu, menurut Adler dkk dalam bukunya Understanding Human Communication (2006 : 239-243) suatu pesan asertif yang lengkap terdiri dari lima bagian yaitu deskripsi perilaku, intepretasi yang diberikan terhadap perilaku orang lain, deskripsi tentang perasaan yang dimiliki komunikator, deskripsi konsekuensi dan pernyataan intensi.

  • Deskripsi Perilaku

Merupakan gambaran dari tujuan perilaku tanpa melakukan berbagai penilaian. Dalam artian, menggunakan bahasa yang netral atau deskriptif dapat mengurangi peluang terjadinya reaksi bertahan yang diberikan oleh receiver dibandingkan dengan menggunakan bahasa yang bersifat penilaian evaluatif .
Contoh :

[box title=”” align=”Lefto Deskripsi perilaku : “Anda meminta pendapat saya tentang ide Anda, dan saat saya memberikan pendapat saya, Anda mengatakan kepada saya kalau saya sangat kritis’.
o Penilaian evaluatif : “Jangan memiliki sensitif yang berlebihan. Anda Meminta pendapat saya, namun tidak terima lalu marah dan menilai saya secara sepihak.”[/box]

  • Intepretasi yang diberikan terhadap perilaku orang lain.

Sebuah pesan asertif mengekspresikan intepretasi komunikator. Intinya adalah berpikiran positif mengenai arti perilaku orang lain. Contoh :

[box title=”” align=”Left“Mungkin Anda memberikan reaksi yang defensif, karena kritik yang saya lontarkan termaknai terlalu detil. Itu hanya karena saya menggunakan standar yang terlalu tinggi”.[/box]

  • Deskripsi Perasaan Komunikator

Mengekspresikan perasaan menambah dimensi baru terhadap sebuah pesan sehingga pesan asertif menjadi lebih jelas. Contoh :

[box title=”” align=”Left“ Ketika Anda menilai saya terlalu kritis setelah Anda meminta kejujuran opini saya (perilaku), dapat dinilai bahwa pada dasarnya Anda tidak ingin mendengar tinjauan kritis yang saya berikan (intepretasi) kemudian, saya merasa menyesal telah menyampaikan pendapat (perasaan).”[/box]

  • Deskripsi konsekuensi

Sebuah pernyataan konsekuensi menjelaskan apa yang terjadi sebagai sebuah hasil perilaku yang digambarkan, intepretasi, dan perasaan. Terdapat tiga macam konsekuensi, yaitu :

  1. Apa yang terjadi dengan pembicara.
  2. Apa yang terjadi dengan pendengar.
  3. Apa yang terjadi dengan orang lain.
  • Pernyataan intensi komunikator

Pernyataan intensi merupakan elemen terakhir dalam bentuk pesan asertif. Pernyataan intensi dapat mengkomunikasikan tiga macam pesan, yaitu:

a. Posisi komunikator terhadap suatu isu

b. Permintaan kepada orang lain

c. Deskripsi tentang rencana tindakan di masa mendatang.

Pernyataan intensi sangatlah penting. Karena, jika pernyataan intensi mengalami kegagalan dapat menyebabkan orang lain merasa kesulitan dalam mengetahui dan memahami apa yang diinginkan oleh komunikator dari komunikan. Bahkan kesulitan dalam menghadapi bagaimana caranya untuk mengambil suatu tindakan.

Contoh pernyataan intensi yang melengkapi pesan asertif :

[box title=”” align=”Left“Ketika Anda mengatakan bahwa saya terlalu ktitis setelah Anda meminta saya mengenai kejujuran pendapat saya (perilaku), terlihat bagi saya kalau Anda tidak benar-benar ingin mendengar sebuah kritik (intepretasi). Hal ini membuat saya merasa bodoh telah berkata jujur (perasaan).

Sekarang, saya tidak yakin apakah saya harus mengatakannya kepada Anda apa yang benar-benar saya pikirkan saat Anda meminta pendapat saya (konsekuensi) di masa yang akan datang. Saya akan membuatnya jelas sekarang. Apakah Anda benar-benar menginginkan saya untuk mengatakan apa yang saya pikirkan atau tidak (intensi)?”[/box]

Baca : Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Komponen-komponen Pesan Asertif

Pesan asertif memiliki beberapa komponen penting yaitu persiapan, pengiriman pesan, kebisuan atau keheningan, mendengarkan, pengulangan, dan fokus pada solusi.

  • Persiapan. Sebelum mengirim sebuah pesan asertif, asertor harus menyortir pesan masuk ke ranah atau hak orang lain. Apakah perilaku yang menjadi objek pesan asertif adalah perilaku yang konsisten, serta apakah pesan asertif memiliki untuk mengubah perilaku. Dalam beberapa kasus, sebuah pesan asertif tidak selalu menghasilkan perubahan perilaku.
  • Pengiriman pesan. Pesan asertif seringkali disampaikan secara langsung. Bahasa tubuh digunakan untuk mengkonfirmasi intonasi pesan seperti kontak mata, postur atau gesture tubuh serta ekspresi wajah.
  • Kebisuan atau keheningan. Pemberian jeda waktu setelah pesan dikirim. Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu kepada penerima pesan untuk menginpretasi serta memahami pesan yang diterima. Jangka waktu untuk diam sejenak tergantung pada situasi saat komunikasi berlangsung.
  • Mendengarkan. Asertor perlu mendengarkan beberapa pesan yang dikirim oleh penerima pesan. Pesan dapat memiliki informasi baru dan efeknya adalah Pemindahan pesan asertif yang cepat ke tujuan yang lebih positif dan baru. Asertor diharuskan untuk menghindari debat agar fokus pada perilaku dan solusi.
  • Pengulangan. Asertor perlu untuk melakukan pengulangan terhadap proses ini beberapa kali. Hal ini bertujuan agar orang lain menyadari situasi dimana perilaku tersebut dapat diatasi. Jumlah pengulangan ini bervariasi berdasarkan kondisi.
  • Fokus pada solusi. Suatu pesan asertif yang efektif tidak memaksa orang lain untuk menjawab respon berupa “ya atau tidak”.  Namun, dengan memberikan kebebasan kepada orang lain untuk bertindak yang sesuai. Kompromi yang dilakukan oleh seorang asertif dan orang lain mungkin merupakan sebuah solusi. Seorang asertif perlu memastikan solusi dapat memenuhi kebutuhannya.

Baca : Manajemen Komunikasi 

Teknik Komunikasi Asertif

Secara garis besar terdapat tiga bagian dari setiap intervensi asertif yaitu empati/validasi, pernyataan masalah dan pernyataan apa yang diinginkan.

  • Empati atau validasi. Mencoba untuk mengatakan sesuatu yang memperlihatkan pemahaman atau pengertian terhadap perasaan orang lain. Bentuk pemahaman ini menunjukkan kepada mereka bahwa kita tidak bermaksud untuk menciptakan konflik atau perkelahian.
  • Pernyataan masalah. Hal ini menggambarkan kesulitan yang kita rasakan. Katakanlah mengapa kita membutuhkan sesuatu untuk berubah.
  • Menyatakan apa yang diinginkan. Hal ini adalah permintaan khusus untuk perubahan yang khusus dalam perilaku orang lain.

Baca : Komunikasi Sosial

Komunikasi Asertif yang Efektif

Dalam teori komunikasi termasuk komunikasi Islam, telah dijelaskan mengenai bagaimana komunikasi yang efektif. Agar komunikasi asertif dapat berjalan dengan efektif perlu dilakukan beberapa hal, yaitu :

  • Menggunakan bahasa tubuh. Mengelola kontak mata, menjaga postur tubuh tetap terbuka dan santai. Yakin bahwa ekspresi wajah sejalan dengan pesan yang disampaikan.
  • Menggunakan pernyatan “aku” atau “saya” seperti “Saya ingin… “ atau “Saya rasa … “ . Tetap fokus pada pokok permasalahan bukan fokus pada menyalahkan orang lain.
  • Menggunakan fakta-fakta, bukan penilaian saat berkomunikasi.
  • Mengekspresikan kepemilikan pemikiran, perasaan, dan pendapat.
  • Memberikan kejelasan permintaan secara langsung, jangan mengundang orang lain untuk berkata “tidak”.
  • Melakukan pengulangan mengenai apa yang menjadi maksud asertor, tujuannya adalah membawa orang lain kembali pada fokus dialog (broken record).
  • Menghindari memberikan respon defensif secara personal (fogging). Fogging merujuk pada kemampuan seorang asertif dalam menolak serangan yang dilakukan oleh orang lain.
  • Berhenti berbicara mengenai suatu masalah. Hal ini digunakan ketika seseorang tidak mendengarkan atau menggunakan distraksi untuk menghindari isu atau permasalah yang sedang dibicarakan.
  • Membiarkan seseorang menenangkan diri sebelum mendiskusikan suatu isu atau permasalahan lebih lanjut.
  • Melakukan identifikasi mengenai suatu isu yang nyata ketika argumen yang diberikan secara aktual merupakan sesuatu yang lebih besar daripada topik yang dibicarakan.
  • Waktu yang tepat untuk permasalahan.
  • Membantu untuk memastikan bahwa asertor memahami orang lain atau orang yang diajak berinteraksi.
  • Untuk menghindari distraksi, sangatlah penting untuk menjelaskan tentang apa yang ingin dilakukan.

Baca :

Gaya Komunikasi atau Perilaku Komunikasi

Setiap orang memiliki perilaku komunikasi atau gaya komunikasi yang berbeda. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan seseorang dalam menyampaikan perasaan, kebutuhan dan pengalamannya kepada orang lain. Perilaku komunikasi atau gaya komunikasi merupakan bentuk psikologis yang mempengaruhi perbedaan individu dalam mengekspresikan perasaan, kebutuhan, dan pengalaman sebagai pengganti komunikasi yang dilakukan secara langsung dan terbuka.

Secara khusus, perilaku komunikasi atau gaya komunikasi mengacu pada kecenderungan individu untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan pikiran melalui pesan tidak langsung dan dampak perilaku. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa sebagian besar komunikasi yang kita lakukan adalah komunikasi non verbal.

Pada umumnya terdapat 4 macam perilaku komunikasi atau gaya komunikasi yaitu pasif, agresif, pasif-agresif, dan asertif.

  • Pasif

Komunikasi pasif adalah gaya komunikasi saat individu membangun sebuah pola untuk menghindari dirinya mengekspresikan pendapat atau perasaan, melindungi hak-hak pribadi, dan mengidentifikasi serta memenuhi kebutuhannya. Dan hasilnya adalah individu yang pasif tidak memberikan respon secara lahiriah untuk menyakiti atau memancing situasi amarah.

Pada umumnya individu yang pasif memiliki harga diri yang rendah dan tidak dapat berkomunikasi dengan efektif untuk mengenali kebutuhannya sendiri. Individu yang pasif cenderung lebih mempercayai orang lain tetapi tidak mempercayai dirinya sendiri.

  • Agresif

Komunikasi agresif adalah gaya komunikasi dimana individu mengekspresikan perasaan dan pendapat mereka untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara menyakiti atau melanggar hak-hak orang lain.

Tujuan komunikasi agresif untuk mendominasi dan merasa menang, serta membuat orang lain merasa kehilangan. Kemenangan tersebut didapat melalui cara-cara yang negatif. Terkadang memalukan, merendahkan, bahkan meremehkan orang lain. Sehingga komunikan menjadi lemah atau kurang mampu berekspresi hingga mempertahankan kebutuhan dan hak mereka.

  • Pasif-agresif

Komunikasi pasif-agresif adalah gaya komunikasi yang menggabungkan gaya komunikasi pasif dan komunikasi agresif. Komunikasi pasif-agresif adalah gaya komunikasi dimana individu terlihat pasif namun bertindak dengan cara-cara yang agresif. Mereka yang membangun gaya komunikasi pasif-agresif pada umumnya merasa tidak memiliki kekuasaan.

  • Asertif

Komunikasi asertif adalah gaya komunikasi dimana individu secara jelas menyatakan pendapat dan perasaan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak mereka tanpa melanggar hak asasi orang lain. Tujuan dari komunikasi asertif adalah untuk mendapatkan dan memberikan rasa hormat, fair play, dan membuka ruang untuk kompromi ketika hak-hak dan kebutuhannya menemui konflik dengan orang lain.

Menilik hubungan dengan Komunikasi Gender, misalnya dalam dunia kerja, kita bisa melihat bahwa baik wanita maupun pria menggunakan gaya komunikasi yang berbeda. Pada umumnya wanita memiliki gaya komunikasi pasif sedangkan pria memiliki gaya komunikasi agresif.

Hal ini telah terbentuk secara kultural atau budaya. Dengan sifat alami pria yaitu agresifitas, pria cenderung lebih mudah melengkapi kebutuhannya dibandingkan dengan wanita.

Sebaliknya, dengan kepasifannya, wanita cenderung berusaha untuk menyingkirkan kebutuhan mereka. Karenanya, untuk memenuhi kebutuhannya wanita cenderung menggunakan gaya komunikasi pasif-agresif dimana ia merasa tertantang untuk merespon secara agresif tetapi dengan intonasi atau bahasa yang pasif.

Baca :

Manfaat Mempelajari Komunikasi Asertif

Komunikasi asertif sangat penting dalam berbagai konteks komunikasi dan memiliki beberapa manfaat bagi siapa saja yang ingin mengasah keterampilan berkomunikasi, yaitu :

  • Dapat membantu menghargai diri sendiri.
  • Mengeksperikan perasaaan secara langsung.
  • Memperbaiki hubungan dengan orang lain.
  • Memberikan penghargaan kepada orang lain.
  • Memberikan kritik secara konstruktif dan proporsional.
  • Membuat permintaan.
  • Mengatur keterbatasan yang dimiliki.

Demikian ulasan singkat mengenai komunikasi asertif. Semoga dapat memberikan tambahan wawasan mengenai keterampilan berkomunikasi khususnya komunikasi asertif dan menerapkannya dalam berbagai konteks komunikasi.

Artikel terkait