Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk monodualistis yang artinya bahwa manusia bukan hanya sebagai makhluk individu, melainkan juga sebagai makhluk sosial. Makhluk sosial merupakan zoom politicon yang berarti manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain. – Aristoteles – (Baca juga: Karakteristik Media Massa)
Kesimpulannya, manusia selalu membutuhkan manusia lain dalam kehidupannya, sehingga mereka akan dituntut untuk saling bekerjasama dalam kehidupan, itulah hakekat sebagai makhluk sosial. Nah, di dalam kehidupan sebagai makhluk sosial akan terjadi interaksi antar manusia yang disebut sebagai ‘komunikasi’.
Baca juga:
- Model Analisis Framing Robert N Entman
- Hambatan Komunikasi Organisasi
- Model Komunikasi Massa
- Pengertian Studi Kasus Menurut Para Ahli
Seperti yang dijelaskan pada artikel sebelumnya, bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang bertujuan menyampaikan informasi yang mana informasi tersebut bisa berupa pesan, ide, ataupun gagasan kepada pihak lain. Komunikasi sendiri dapat dilakukan secara lisan atau verbal, dan bisa juga menggunakan gerakan bahasa tubuh atau biasa disebut sebagai komunikasi non-verbal.
Baca juga:
Para pakar komunikasi mengakui bahwa komunikasi merupakan suatu kebutuhan fundamental bagi individu dalam hidup bermasyarakat sebagai makhluk sosial. Komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. – Profesor Wilbur Schramm – (Baca juga: Sejarah Televisi Indonesia)
Sehingga, dapat dikatakan bahwa tanpa adanya komunikasi, maka masyarakat tidak akan terbentuk, juga sebaliknya jika tanpa ada masyarakat, maka komunikasi pun tidak akan terjadi. Dalam ilmu biologi sendiri menjelaskan bahwa manusia memerlukan komunikasi dalam hidupnya sebagai makhluk sosial karena untuk mempertahankan hidup dan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. (Baca juga: Ciri-Ciri Media Sosial)
Seiring berkembangnya ilmu, komunikasi mulai terbentuk menjadi beberapa model komunikasi dengan definisi yang berbeda-beda. Beberapa model komunikasi terbentuk dengan tujuan untuk memudahkan dalam memahami proses komunikasi hingga melihat komponen dasar dalam suatu komunikasi. Nah, dari berbagai model komunikasi, terdapat salah satu model komunikasi yaitu model komunikasi Aristoteles yang akan dibahas pada artikel kali ini.
Baca juga:
Pengertian Model Komunikasi Aristoteles
Aristoteles (384 – 322) SM merupakan salah seorang filsuf Yunani yang merumuskan model komunikasi dengan model yang paling klasik di antara model komunikasi lainnya. Pada umumnya, para pakar komunikasi menyebutnya sebagai model retoris (rhetorical model). Inti dari model komunikasi ini serupa dengan model komunikasi persuasi yang tujuannya mengubah sikap komunikan atau penerima pesan. (Baca juga: Komunikasi Kepemimpinan)
Ilmu Retorika
Ilmu retorika awalnya dikembangkan di Yunani yang bersinggungan dengan ilmu seni berbicara. Pengertian retorika sendiri merupakan sebuah teknik ‘bujuk-rayu’ secara persuasi melalui karakter dan emosional seorang komunikator. (Baca juga: Pengertian Media Menurut Para Ahli)
Mulanya Aristoteles merumuskan tentang retorika melalui dialog yang berjudul ‘Grullos’ atau yang ditulis oleh Plato dalam buku ‘Gorgias’. Secara umum, retorika merupakan seni manipulatif yang mengharapkan timbal balik. Dalam bukunya, Aristoteles mengkaji ilmu komunikasi yang dirumuskan dalam komunikasi verbal.
Di dalam buku tersebut, Aristoteles merumuskan bahwa komunikasi dapat berjalan karena adanya 3 unsur yang di antaranya:
- Pembicara (speaker)
Pembicara ini seperti yang dikatakan pada artikel sebelumnya adalah sebagai komunikator atau penyampai pesan. Pada umumnya komunikator atau pembicara ini bertindak dengan sifat yang minoritas alias lebih sedikit daripada penerima pesan. (baca juga: Sejarah Perfilman di Indonesia)
- Pesan (message)
Pesan di sini merupakan suatu informasi yang akan disampaikan dari pembicara atau komunikator kepada komunikan atau penerima pesan. Pesan di sini berisi informasi yang hendak disampaikan dan berfungsi dan berharap untuk mendapatkan timbale balik dari komunikan. (Baca juga: Etnografi Komunikasi)
- Pendengar (listener)
Pendengar di sini merupakan lawan bicara dari pembicara atau biasa disebut sebagai komunikan. Yang mana fungsinya sebagai penerima pesan atau informasi dengan sifat sebagai mayoritas atau lebih banyak daripada pembicara. Dari ketiga aspek tersebut, maka Aristoteles memiliki diagram model komunikasi yang disebut sebagai diagram model komunikasi Aristoteles. (Baca juga: Strategi Komunikasi Pemasaran)
Aristoteles dalam rumusan model komunikasi ini telah fokus pada komunikasi retoris atau biasa disebut sebagai komunikasi public (public speaking) atau pidato. Hal ini masih saja berlaku di zaman itu, karena pada masa itu orang yang berpidato merupakan orang yang memiliki keterampilan yang sangat penting dan sangat dibutuhkan. Selain itu, retorika ini berfokus pada sifat yang persuasif. (baca juga: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi)
Dalam berpidato pun, seseorang harus dapat melakukan tiga hal yang di antaranya:
- Penyampaian yang persuasive kepada komunikan,
- Pengemasan isi pidato yang semenarik mungkin, dan
- Pengaruh positif pada isi pesan juga pada si penyampai pesan.
Ketika ketiga hal itu diterapkan pada seorang orator atau seseorang yang menyampaikan pesan pada penerima pesan, maka komunikator dapat dikatakan berhasil dalam pidatonya. Dan perlu diingat, bahwa model komunikasi akan selalu berkembang, namun masih memilik tiga aspek yang di antaranya adalah komunikator sebagai pengirim pesan, pesan atau informasi dan komunikan sebagai penerima pesan. (Baca juga: Prospek Kerja Ilmu Komunikasi)
Segitiga Retorika
Segitiga retorika merupakan metode dalam penyusunan beberapa kalimat yang tepat yang bersifat persuasi. Nah, segitiga retorika ini di antaranya sebagai berikut:
- Ethos
Ethos merupakan salah satu komponen dalam suatu opini yang bertujuan untuk menegakkan suatu kepercayaan pada pendengar terhadap kemampuan si pembicara. Hal ini dapat dilihat dari suatu otoritas atau rasa suka si pendengar pada si pembicara. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan, etika dan sifat komunikator harus meyakinkan. Ada tiga kategori ethos yang di antaranya adalah sebagai berikut:
- Phronesis, atau biasa disebut sebagai kemampuan dan kebijaksanaan pada si pembicara. Hal ini dapat dilihat dari kecerdasan seorang pembicara. (baca juga: Akulturasi Komunikasi Antar Budaya)
- Arate, atau biasa disebut kebaikan dan kehebatan pada si pembicara. Hal ini dapat dilihat dari kredibilitas dan reputasi seorang pembicara. (Baca juga:Macam-Macam Komposisi Fotografi)
- Eunoia, atau biasa disebut sebagai niatan yang baik dari si pembicara. Hal ini dapat dilihat dari tujuan seorang pembicara ketika menyampaikan pesannya. (baca juga: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi)
- Logos
Logos merupakan isi dari opini yang disampaikan. Isi dari opini haruslah menarik dan berdasarkan logika juga secara real, agar dapat diterima oleh pendengar dan tidak terkesan dibuat-buat. Data dari opini tersebut haruslah akurat dengan bukti yang otentik. Isi opini yang mendalam dan mudah dipahami akan meningkatkan ethos dari si komunikator. Adapun beberapa hal yang dapat mengantar logos menjadi menarik di antaranya: (Baca juga: Teori Semiotika Charles Sander Peirce)
- Struktur bahasa yang rasional dan proporsional sehingga pesan dapat ditangkap dengan jelas oleh komunikan.
- Kejelasan dari beberapa bukti pada suatu opini.
- Persiapan sebelum menyampaikan pesan atau opini. (baca juga: Bauran Komunikasi Pemasaran)
- Phatos
Phatos merupakan sesuatu yang dijadikan sebagai daya tarik dari seorang komunikator. Daya tarik ini dapat berupa emosional dan isi dari opini atau pesan yang disampaikan. Penyampaian pesan inilah yang dapat menguatkan unsur persuasi pada suatu pesan. Sehingga dapat dikatakan bahwa phatos merupakan penentu dari isi pesan yang disampaikan komunikator. (Baca juga: Teori Semiotika Roland Barthers)
Model Komunikasi Aristoteles dalam Sehari-Hari
Model Komunikasi Aristoteles ini sebanarnya dapat Anda jumpai di mana saja dan kapan saja. Seperti halnya pada beberapa contoh berikut:
Seorang Ayah yang Menasehati Anak-Anaknya
Ketika seorang Ayah menasehati anak-anaknya, sebenarnya seorang Ayah ini sedang menggunakan bahasa retorikanya dalam menasehati anak-anaknya. Karena pada dasarnya, seoarng Ayah akan memberikan kata-kata bijak atau kata-kata positif kepada anak-anaknya agar anak-anaknya dapat memahami nasehat Ayahnya dan menaatinya hingga menjadi anak yang berbakti. (baca juga: Macam – macam Lensa Kamera)
Seorang Guru yang Menerangkan Pelajaran ke Siswa-Siswanya
Seorang guru ini bersifat Minoritas yang akan diperhatikan banyak orang yaitu siswa-siswanya. Sifat minoritas inilah yang membuatnya menjadi pusat perhatian siswa-siswanya. Sifat minoritas ini dalam hal jumlahnya, sedangkan untuk bicaranya bersifat cenderung mayoritas atau lebih banyak berbicara daripada yang lainnya. (Baca juga: Perkembangan Pers di Indonesia)
Seoarang Ketua OSIS yang Memimpin Rapat
Seorang ketua OSIS memiliki sifat pemimpin yang baik, sehingga ia dapat dihormati hingga anggota-anggotanya mau mendengarkan apa yang dibicarakan Sang Ketua OSIS.
Itulah sekilas informasi mengenai model komunikasi yang dirumuskan oleh Aristoteles. Sehingga dapat dikatakan rumusan model komunikasi di atas sebagai model komunikasi Aristoteles. Kesimpulannya, bahwa model komunikasi Aristoteles ini merupakan model komunikasi yang paling mendasar di antara model komunikasi lainnya.