Sebelum membahas tentang apa saja hambatan komunikasi organisasi, terlebih dahulu kita mengenal tentang apa itu komunikasi organisasi. Ahli komunikasi bernama Wayne dalam Umar mendefinisikan komunikasi organisasi sebagai suatu pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi sendiri terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan yang bersifat hirarki antara yang satu dan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Ahli lain bernama Muhammad menjelaskan bahwa komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti. Sementara itu, Soedarsono mendefinisikan komunikasi organisasi dipahami sebagai jaringan kerja yang dirancang dalam suatu sistem dan proses untuk mengalihkan informasi dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang demi tercapainya tujuan organisasi. Komunikasi organisasi sendiri memiliki beberapa unsur yang patut untuk diketahui. Unsur unsur tersebut antara lain:
- Kesengajaan.
- Pertukaran. (baca juga: Teori Komunikasi Organisasi)
- Gagasan, pendapat, informasi, dan instruksi.
- Personal dan impersonal.
- Simbol atau tanda. (baca: Pola Komunikasi Organisasi)
- Befungsi untuk mencapai tujuan organisasi.
baca juga:
- Komunikasi Antar Pribadi
- Komunikasi Antar Budaya
- Komunikasi Dua Arah
- Sistem Komunikasi Interpersonal
- Pengertian Studi Kasus menurut Para Ahli
Komunikasi organisasi secara umum dibedakan menjadi jenis komunikasi formal dan komunikasi informal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang terhubung berdasarkan struktur organisasi garis, fungsional maupun matrik, bergantung pada kedudukan seseorang di suatu organisasi. Komunikasi formal dibedakan menjadi pola sebagai berikut:
1. Komunikasi dari Atas ke Bawah
Komunikasi ini adalah komunikasi antara pempinan ke bawahan yang bersifat dari atas ke bawah atau top down communications. Aliran komunikasi dari atasan ke bawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi dari atas ke bawah memiliki tujuan untuk mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. (baca juga: Teori Spiral Keheningan)
2. Komunikasi dari Bawah ke Atas
Struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up atau upward communications) berarti alur informasi berasal dari bawahan menuju ke atasan. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para manajer harus benar-benar memiliki rasa percaya kepada bawahannya. Jika tidak, informasi sebagus apa pun dari bawahan tidak akan bermanfaat baginya. (baca juga: Prinsip-Prinsip Komunikasi)
3. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasif, mempengaruhi dan memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. (baca juga: Komunikasi Gender)
4. Komunikasi Informal
Sementara komunikasi informal adalah jenis komunikasi dalam organisasi yang tidak memandang kedudukan dalam organisasi maupun hirarki struktur organisasi. Terdapat dua faktor umum yang terdapat dalam komunikasi informal antara lain:
- Desas-desus. Desas-desus merupakan sebuah fungsi ambiguitas situasi yang diperkuat oleh pentingnya sebuah isu. Penyebaran desas-desus diperlambat oleh kesadaran kritis seseorang bahwa desas-desus tampaknya tidak sah. (baca juga: Teori Komunikasi Menurut Para Ahli)
- Selentingan. Selentingan merupakan suatu penyebaran isu melalui metode berkomunikasi tercepat dalam suatu organisasi.
Baca juga:
Hambatan – hambatan Komunikasi dalam Organisasi
Sama halnya dengan jenis komunikasi lain, komunikasi organisasi juga memilki hambatan yang dapat mengurangi efektivitas dari komunikasi organisasi itu sendiri. Ahli bernama Robbin menjabarkan bahwa hambatan komunikasi secara umum terdiri dari penyaringan (filtering), persepsi selektif, kelebihan informasi, defensif dan bahasa. (baca juga: Teori Pers)
Hambatan komunikasi ini kemudian dibedakan menjadi hambatan sistematis, teknis, biologis, fisiologis dan kecakapan. Sebetulnya hambatan komunikasi organisasi pun memiliki pola dan jenis yang sama dengan komunikasi lainnya. Berikut adalah penjelasan hambatan komunikasi organisasi yang mungkin ditemui. (baca juga: Komunikasi Politik)
1. Hambatan Teknis
Hambatan teknis adalah jenis hambatan yang terjadi karena media yang digunakan dalam berkomunikasi. Gangguan yang terjadi pada media komunikasi semisal radio, jaringan telepon dan alat komunikasi lain pastinya akan mengganggu proses komunikasi dan mengurangi tingkat efektivitas komunikasi tersebut. Menurut ahli Cruden dan Sherman dalam buku mereka berjudul Personel Management, hambatan teknis dalam komunikasi dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Tidak ada prosedur kerja ataupun rencana kerja yang jelas.
- Tidak adanya penjelasan atau informasi yang jelas.
- Kemampuan membaca yang kurang baik. (baca juga: Komunikasi Sosial)
- Media yang dipilih tidak tepat. (baca juga: Bahasa sebagai Alat Komunikasi)
Dalam komunikasi organisasi, sangat penting untuk memilih media yang tepat yang dapat dipergunakan secara masif oleh anggota di dalam organisasi. Meski begitu, seharusnya media komunikasi yang bisa menjadi pilihan di zaman seperti ini sudah lebih banyak dan lebih handal dibandingkan era sebelumnya. Teknologi sudah berkembang pesat sehingga masalah teknis seperti jaringan telepon atau radio seharusnya sudah bisa diminimalisasi. Seharusnya hambatan teknis sudah tidak menjadi masalah yang besar untuk komunikasi dalam organisasi.
Baca juga:
2. Hambatan Semantik
Hambatan jenis ini adalah hambatan yang terjadi akibat porses penyampaian pengertian atau ide yang tidak efektif. Semantik sendiri artinya studi yang mempelajari tentang pengertian yang diungkapkan atau dijabarkan dalam bentuk bahasa. Kata kata yang dipilih dalam komunikasi akan membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian dari seorang komunikator kepada komunikan. (baca juga: Peran Media Komunikasi Politik)
Meski begitu, seringkali proses penafsiran pengertian ini keliru. Kekeliruan ini biasanya disebabkan oleh ketidak hadiran hubungan antara simbol atau kata dengan apa yang disimbolkan atau pengertian atau ide yang hendak disampaikan. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. (baca: Komunikasi Nonverbal)
Sehingga, untuk menghindari kekeliruan komunikasi semacam ini, seorang komunikator sudah seharusnya memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya. (baca juga: Internet sebagai Media Komunikasi)
3. Hambatan Manusiawi
Hambatan manusiawi ini timbul dari faktor faktor manusia atau pelaku komunikasi organisasi itu sendiri. Hambatan ini timbul karena berbagai faktor manusiawi seperti emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang dan sebagainya. Menurut ahli Cruden dan Sherman, hambatan manusiawi dijabarkan oleh dua poin berikut:
- Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia. Perbedaan persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan emosi, ketrampilan mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi, penyaringan informasi.
- Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi. Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan efektifitas komunikasi organisasi. (baca juga: Pengertian Media Sosial Menurut Para Ahli)
Dalam hambatan yang bersifat manusiawi ini juga dipengaruhi oleh tiga faktor berikut:
Atensi Selektif (Selective Attention)
Artinya manusia memiliki kecenderungan untuk memilih fokus komunikasi sesuai dengan pilihan pribadinya. Dalam hal ini, seseorang berhak menentukan topik yang ia sukai saat hendak melakukan proses komunikasi. Perlu diperhatikan bagi pelaku komunikasi organisasi, baik komunikator dan komunikan untuk mendapatkan perhatian lawan komunikasinya dalam mengadakan komunikasi organisasi
Persepsi Selektif (Selective Attention)
Manusia juga memiliki persepsi sendiri dalam mengartikan isi dari informasi yang disampaikan. Bisa saja tafsir yang dilakukan komunikan berbeda dengan maksud dari komunikator. Hal ini bisa berakibat fatal dalam komunikasi organisasi bila bawahan salah menangkap maksud atasan dan begitu pun sebaliknya.
Retensi Selektif (Selectice Attention)
Salah satu faktor hambatan manusiawi lainnya adalah kecenderungan manusia untuk memilih mengingat hal yang hanya mereka sukai. Bisa saja dalam komunikasi organisasi, komunikan benar menangkap isi pesan komunikator, namun belum tentu komunikan tersebut bisa mengingat seluruh bagian dari informasi yang disampaikan. Hambatan ini haruslah diminimalisasi agar tidak terjadi kesalahan instruksi maupun koordinasi dalam proses komunikas organisasi.
baca juga:
- Komunikasi Internasional
- Teori Semiotika Charles Sanders Peirce
- Model Komunikasi
- Komunikasi Pembangunan
4. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis
Hambatan jenis ini adalah hambatan yang terjadi pada sisi komunikan atau penerima informasi. Kita mengetahui bahwa proses komunikasi, termasuk komunikasi organisasi, terbentuk dalam keadaan yang situasional. Artinya, komunikator harus benar benar mengerti dan paham dengan situasi atau kondisi saat komunikasi berlangsung. Situasi sangatlah berpengaruh terhadap proses komunikasi yang akan berefek langsung pada efektivitas komunikasi organisasi itu sendiri. (baca: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi)
Hambatan yang terjadi akibat faktor situasional ini terdiri dari hambatan sosiologis, hambatan antropologis dan hambatan psikologis. Misalnya, terjadi komunikasi organisasi antara manager dengan bawahan yang sedang terkena musibah. Dalam proses komunikasi ini, sang komunikator harus mengerti benar situasi psikologis dari bawahannya (komunikan) sehingga proses komunikasi organisasi bisa berjalan efektif.
baca juga:
- Sejarah Jurnalistik di Indonesia
- Sejarah Televisi di Indonesia
- Teori Semiotika Ferdinand De Saussure
- Teori Semiotika Roland Barthes
- Teori Feminisme Menurut Para Ahli
5. Hambatan Ekologis
Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi kelancaran dari proses komunikasi organiasi. Terdapat banyak contoh proses komunikasi yang bisa terhambat akibat gangguang dari lingkungan tempat komunikasi berlangsung. Contoh dari hambatan ekologis ini antara lain lingkungan yang ramai atau bising, banyaknya orang yang berlalu lalang, suara petir atau hujan, suara kendaraan yang lewat dan banyak lainnya. (baca juga: Prospek Kerja Ilmu Komunikasi)
Sangat penting bagi komunikator untuk memperhatikan hambatan ekologis ini untuk memperlancar komunikasi organisasi. Contohnya, bila hendak melakukan komunikasi organisasi formal seperti meeting divisi, hendaknya dipilih ruangan yang tenang dan terbebas dari suara suara yang mengganggu. Bila akan melakukan komunikasi via telepon seperti mengadakan conference call juga harus dipilih ruangan yang bebas dari lingkungan yang bising. Dengan ini, proses komunikasi organisasi bisa berjalan lebih lancar dan efektif.
Hambatan komunikasi memang sering terjadi ketika sedang melakukan suatu kegiatan komunikasi. tidak terkecuali hambatan komunikasi di dalam organisasi. oleh karena itu, dengan adanya artikel tentang hambatan komunikasi organisasi, semoga mampu mengatasi hambatan tersebut dan mampu menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif.