Teori Feminisme Menurut Para Ahli

Istilah feminisme tentunya bukan hal yang asing lagi di telinga kita karena sering digunakan dan dibahas dalam ranah publik seperti media massa atau institusi pendidikan. Namun sayangnya masih belum banyak yang memahami apa yang dimaksud dengan kajian feminisme tersebut. Pada pembahasan kali ini, kita akan mengulas lebih mendalam mengenai kajian feminisme menurut para ahli berikut perkembangannya. (Baca juga: Bauran Komunikasi Pemasaran)

Pengertian Feminisme

Teori feminisme berangkat dari dasar perbedaan gender dimana perempuan kerap diperlakukan berbeda dari mereka yang bergender laki-laki dan hal ini menjadi dasar pergerakan feminisme. Feminisme memiliki asal kata femme yang berarti perempuan, dimana ini adalah sebuah gerakan atau aktivitas perempuan yang memperjuangkan keseimbangan gender antara perempuan dan laki-laki dalam mendapatkan haknya dalam masyarakat sosial. Tujuan dari gerakan feminisme ini adalah tercapainya kesetaraan dan kesamaan hak serta kewajiban yang diterapkan pada semua gender yaitu perempuan dan laki-laki. (Baca juga: Komunikasi Dua Arah)

Dalam budaya yang berkembang di masyarakat, baik secara global maupun Indonesia sendiri, kita menyaksikan langsung bagaimana laki-laki memang memegang kekuatan yang dominan dan menempati struktur pada bagian atas. Hal ini terlihat dari kelompok sosial terkecil yaitu keluarga, hingga kelompok atau cakupan yang lebih besar seperti organisasi dan publik secara umum. Tak jarang kenyataan ini pun mengarah pada marginalisasi, subordinasi, dan perendahan kaum wanita yang dianggap memiliki sistem dan kedudukan lebih rendah dibanding laki-laki.

Baca :

Berdasarkan hal itu, para tokoh yang aktif dalam pergerakan dan teori feminisme berusaha memperjuangkan hak dan peranan kaum perempuan supaya tidak dianggap lebih rendah dalam keseluruhan tatanan sosial masyarakat. Dengan gerakan feminisme, perempuan dianggap dapat bersaing secara adil dengan kaum laki-laki dalam berbagai bidang dan tentunya berhak mendapatkan hak serta kedudukan yang sama. Gerakan feminisme juga berupaya untuk memperjuangkan dan menyelamatkan para perempuan dari berbagai problematika sosial seperti rasisme, pelecehan dan penindasan perempuan, stereotype, phalogosentrisme, dan lain sebagainya. (Baca juga: Proses Komunikasi Interpersonal)

Perkembangan Teori Feminisme

Secara garis besar, perkembangan dan sejarah teori feminisme di dunia terbagi menjadi dua gelombang yang akan dibahas lebih lanjut pada bagian ini. Secara garis besar, feminisme muncul dan berkembang pada sekitar abad 18 pada era enlightment atau zaman pencerahan yang menjadi titik terang kebangkitan dan kemajuan secara global. (Baca juga: Komunikasi Kesehatan)

Gelombang Pertama

Gerakan feminisme lahir dengan diprakarsai oleh Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condoracet dengan mengusung perjuangan yang disebut universal sisterhood di negara-negara jajahan Eropa. Istilah feminisme dibuat Charles Fourier di tahun 1837 yang kemudian dipopulerkan dengan adanya publikasi buku berjudul The Subjection of Women oleh John Stuart Mill pada tahun 1869. Gerakan feminisme berkembang pesat di masa tersebut karena banyaknya kasus penindasan dan pengekangan terhadap hak-hak perempuan di berbagai aspek kehidupan dan sosial masyarakat.

Baca :

Pada masa itu, perekonomian dunia masih bersifat agraris dan menempatkan peranan bahwa laki-laki lah yang berhak serta mampu bekerja di luar rumah sedangkan perempuan hanya pantas di dalam rumah. Hak-hak perempuan dalam bidang lain seperi pendidikan, sosial, dan politik pun dinomorduakan dibanding apa yang diterima oleh kaum laki-laki. Memasuki abad ke 18, hal ini perlahan mulai ditentang dan terjadi pergeseran dimana para perempuan muncul untuk memperjuangkan hak dan kedudukan mereka serta menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan yang tak kalah hebatnya dengan laki-laki. (Baca juga: Komunikasi Internasional)

Setelah berkembang pesat di Eropa, gerakan feminisme ini pun mulai merambah ke daratan Amerika yang dipicu dengan munculnya revolusi sosial dan politik. Hak-hak kaum perempuan mulai menjadi sorotan setelah diterbitkannya tulisan Mary Wollstonecraft yang berjudul Vindication of The Right of Woman.. Terlebih lagi pada tahun 1840-an, praktek perbudakan di Amerika mulai ditentang dan dihapuskan yang kemudian menarik perhatian terhadap hak dan kedudukan kaum perempuan. Dengan begitu, keadaan kaum perempuan pun menjadi lebih baik dengan jam kerja dan gaji yang lebih baik serta kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan hak dalam politik seperti kaum laki-laki.

Baca juga:

Gelombang Kedua

Gelombang kedua perkembangan teori dan gerakan feminisme dimulai setelah berakhirnya perang dunia kedua yang memicu kelahiran negara-negara baru dan terbebas dari penjajahan oleh negara Eropa. Pergerakan feminisme terlihat nyata di tahun 1960 dimana kaum perempuan mulai diikutsertakan dalam pemilihan politik dan memiliki hak suara seperti halnya kaum laki-laki. Kemajuan dalam ranah politik ini juga turut memicu diakui dan diusungnya persamaan hak dan kedudukan kaum wanita pada bagian sosial dan masyarakat lainnya. (Baca juga: Jenis Program Televisi)

Perkembangan feminisme juga semakin tersebar ke berbagai penjuru dunia dengan adanya para pelopor pergerakan seperti Helena Cixous di Perancis dan Julia Kristeva di Bulgaria. Helena Cixous membuat dan menerbitkan tulisan yang berjudul The Laugh of Medusa yang mengkritik dominasi kehidupan sosial masyarakat dan logosentrisme yang masih banyak dikuasai oleh nilai maskulin atau gender laki-laki. Para pelopor dan tokoh feminisme ini mengusung nilai dan tujuan yang satu, yaitu menyelamatkan dan memperjuangkan nasib seluruh kaum perempuan di dunia dengan menunjukkan bahwa semua perempuan adalah sama dan berhak mendapatkan apa yang didapatkan kaum laki-laki.

baca juga:

Kelebihan dan Kekurangan Teori Feminisme

Seperti halnya kajian dan teori lain yang berkembang di dunia, teori feminisme pun memiliki kelebihan dan kekurangannya dalam kajiannya. Berikut adalah kelebihan yang dimiliki oleh Teori Feminisme Menurut Para Ahli:

  • Teori feminisme memiliki fokus pada perubahan sosial dan individu dalam sosial masyarakat untuk menjadi lebih baik. (Baca juga: Pengertian Studi kasus Menurut Para Ahli)
  • Perjuangan yang diusung mencakup perubahan sistem sosial terutama pada kaum perempuan dengan menyoroti fenomena negatif seperti diskriminasi, penindasan, pelecehan, kekerasan, dan lain sebagainya.
  • Teori feminisme menunjukkan bahwa seluruh lapisan sosial masyarakat harus menerapkan prinsip keadilan dan persamaan yang bukan hanya memihak pada kepentingan golongan tertentu, namun lebih pada orientasi bersama untuk kehidupan yang lebih baik. (Baca juga: Jurnalistik Televisi)

Teori feminisme juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

  • Teori feminisme menerapkan nilai-nilai putih dimana hanya diterapkan bagi perempuan di kelas menengah dan berkecenderungan heteroseksual, namun tidak diterapkan pada kelompok perempuan lainnya. (Baca juga: Jenis Metode Penelitian Kualitatif)
  • Teori feminisme tidak memiliki nilai dan sikap netral karena cenderung berpihak pada kaum perempuan sehingga dapat mempengaruhi nilai dan budaya yang dibawa serta dimiliki oleh seseorang.
  • Teori feminisme dianggap terlalu menggeneralisasi karakter yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki, padahal tentu saja kedua gender tersebut memiliki karakter serta peranannya masing-masing. (Baca juga: Etnografi Komunikasi)

Demikianlah pembahasan mengenai Teori Feminisme Menurut Para Ahli, berupa pengertian, perkembangan, hingga kelebihan dan kekurangannya. Pada dasarnya, teori-teori dalam ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan dan pembaruan dengan adanya fenomena-fenomena baru yang muncul di dunia, karena itu sebaiknya kita tidak menutup diri dari perubahan dan hal yang baru. Semoga informasi ini berguna dan bermanfaat bagi Anda!

Artikel Komunikasi Lainnya