Analisis Framing Menurut Para Ahli – Pengertian, Konsep, Metode

Penelitan yang berfokus pada pengaruh dan efek media massa dalam konteks komunikasi massa memiliki sejarah yang sangat panjang. Berbagai teori komunikasi massa khususnya teori efek media massa pun muncul untuk menjelaskan beragamnya fenomena yang terjadi. Beberapa diantaranya adalah teori uses and gratifications yang menitikberatkan pada apa yang khalayak massa lakukan terhadap media massa; teori spiral keheningan yang mendeskripsikan kaitan antara efek media dengan terbentuknya pendapat umum dan perilaku demokratis; dan teori agenda setting yang berfokus pada pengaruh media massa terhadap persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting.

Berkaitan dengan teori agenda setting, terdapat konsep yang disebut dengan framing. Framing merupakan salah satu teori efek media massa yang menitikberatkan pada bagaimana isi media disajikan, jadi tidak hanya berpusat pada efek yang terjadi pada khalayak.

Konsep Analisis Framing

Frame yang digunakan dalam sebuah pesan dapat dideteksi dan dikaji melalui analisis framing. Dalam penelitian komunikasi, analisis framing telah banyak digunakan oleh para peneliti terutama untuk mengkaji berita dan jurnalistik terkait peranannya dalam membentuk interpretasi media tentang realitas dan pengaruhnya tehadap khalayak. Teori framing maupun analisis framing adalah pendekatan teoritis yang telah digunakan dan diterapkan dalam studi komunikasi, politik, dan gerakan sosial.

Konsep analisis framing dikenalkan pertama kali oleh Erving Goffman (1974) melalui bukunya yang bertajuk Frame Analysis : An Essay on The Organization of Experience. Menurutnya, analisis framing adalah suatu definisi dari situasi yang dibangun dengan prinsip-prinsip organisasi yang mengatur kejadian dan keterlibatan subyektivitas yang kita miliki di dalamnya.

Sementara itu, Chralotte Ryan (1991) menggambarkan analisis framing pada sisi penerimaan pesan. Ia menyatakan  analisis framing sebagai sebuah instrumen atau alat untuk memesan informasi tentang apa yang dirasakan khalayak terhadap berbagai masalah politik. Misalnya, kita menggunakan analisis framing untuk mendengar dan memahami rasa takut dan rasa sakit dari sebuah kelas, komunitas, atau sebuah bangsa, dan kemudian mengkristalisasi pemahaman mereka tentang sebuah masalah.

Dalam perkembangannya, analisis framing tidak hanya diterapkan dalam sosiologi ataupun psikologi, tetapi juga ilmu komunikasi. Analisis framing telah digunakan dalam berbagai penelitian komunikasi massa, komunikasi politik, komunikasi organisasi, manajemen public relations, dan lain-lain.

Baca :

Konsep Frame dan Framing

Di dalam analisis framing terdapat dua konsep utama yaitu frame dan framing, berikut penjelasannya.

a. Frame

Konsep frame banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya:

1. Gregory Bateson (1955/1972)

Menekankan bahwa frames adalah sebuah konsep psikologi yang merujuk pada pentingnya pesan sebagai elemen yang mengkondisikan definisi dan bentukan mereka. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa setiap pesan secara eksplisit maupun implisit mendefinisikan sebuah frames, ipso facto memberikan instruksi kepada penerima untuk memahami pesan termasuk yang tercakup dalam frame.

2. Todd Gitlin (1980)

Berpendapat bahwa frames dibangun melalui seleksi, penekanan, dan penyajian. Gitlin mengaitkan konsep secara langsung dengan produksi wacana berita dengan mengatakan bahwa frames memungkinkan jurnalis untuk memproses informasi yang besar secara lebih cepat dan berkesinambungan dan mengemas informasi tersebut untuk disiarkan secara lebih efisien kepada khalayak.

3. W.A Gamson (1987)

Mendefinisikan frames sebagai sebuah organisasi gagasan atau cerita terpusat yang menyediakan arti untuk berbagai kejadian yang berkaitan dengan sebuah isu.

4. Marvin Minsky (1975)

Mendefinisikan frame sebagai sebuah template atau struktur data yang mengorganisasikan bermacam-macam bit dan serpihan informasi dan diindikasikan dengan elemen-elemen konkrit kognitif. Asumsi ini juga menjadi dasar definisi konseptual atau konsep lain yang berhubungan seperti schema atau script.

5. James W. Tankard dkk (1990)

Menggambarkan frames sebagai pusat organisasi ide untuk isi berita yang menyediakan konteks dan saran mengenai isu apa yang akan digunakan melalui seleksi, penekanan, penyajian, dan elaborasi.

6. Robert Entman (1993)

Frames dimanifestasikan sebagai ada tidaknya kata kunci, frase, gambar-gambar stereotype, sumber informasi, dan kalimat-kalimat yang disajikan secara tematik yang menguatkan kluster fakta atau penilaian.

b. Framing

Terminologi framing memiliki banyak definisi yang berbeda-beda. Hampir tidak ada kesepakatan diantara para ahli untuk mengartikan dan mengkonseptualisasikan apa sebenarnya framing. Namun satu hal yang disepakati secara umum adalah bahwa framing adalah sebuah teori efek media massa yang menghubungkan bagaimana sebuah pesan disajikan oleh media massa kepada khalayak dan bukan apa yang disajikan kepada khalayak.

Sosiologi, psikologi, dan antropologi adalah akar-akar dari terminologi framing. Framing kemudian berkembang menjadi bagian dari studi media dan komunikasi setelah Robert Entman menerbitkan artikelnya yang berjudul Framing as a fractured paradigm. Salah satu definisi dari terminologi framing yang paling banyak digunakan adalah definisi yang dirumuskan oleh Robert Entman yang menjelaskan bahwa framing berita utamanya melibatkan seleksi dan arti penting dalam membuat informasi menjadi lebih diperhatikan oleh khalayak.

Baca :

Untuk lebih memahami pengertian framing, kita simak beberapa pengertian framing yang dirumuskan oleh para ahli berikut ini.

1. Robert Entman (1993)

“Framing essentially involves selection and salience. To frame is to select some aspects of perceived reality and make them more salient in a communicating text, in such a way as to promote a particular problem definition, causal interpretation, moral evaluation and/or treatment recommendation for the item described”.

2. Thomas E. Nelson, Rosalee A. Clawson, dan Zoe M. Oxley (1997)

Mendefinisikan framing sebagai proses dimana sumber komunikasi seperti organisasi berita, mendefinisikan dan membentuk isu-isu politik atau kontroversi publik.

3. H.B Brosius dan P. Eps (1995)

Menyatakan bahwa framing bukanlah sebuah penjelasan yang jelas dan bukan sebuah konsep yang secara umum dapat diaplikasikan melainkan hanya merupakan metafora yang tidak secara langsung dapat diartikan ke dalam pertanyaan penelitian

Baldwin van Gorp (2007) menitikberatkan pada perbedaan yang harus dibuat antara framing melalui media dan framing dengan media. Yang dimaksud dengan framing melalui media adalah mengacu pada pengaruh frame sponsor, yang dapat berupa kelompok kepentingan, dokter, atau pengiklan yang peduli terhadap persepsi langsung dan seleksi frame jurnalis berdasarkan kepentingannya. Framing dengan media maksudnya adalah pengaruh eksternal terhadap jurnalis yang tidak diperhitungkan.

Baca :

Analisis Framing sebagai Kritik Retoris

Dalam studi komunikasi, seorang peneliti komunikasi politik yang bernama Jim A. Kuyers (1997) mempublikasikan untuk pertama kalinya hasil studi analisis framing dalam perspektif retoris. Ia memandang adanya beberapa tema atau topik yang muncul dalam sebuah teks seperti narasi berita tentang suatu isu atau kejadian dan bagaimana tema-tema tersebut kemudian di-frame-kan.

Kuypers berasumsi bahwa frames adalah entitas retoris terkuat yang menginduksi khalayak untuk melakukan penyaringan terhadap persepsi yang dimiliki mengenai dunia ke dalam beberapa cara, khususnya dengan membuat beberapa aspek dari kenyataan multidimensi khalayak menjadi lebih terperhatikan dibandingan aspek lainnya dengan membuat beberapa informasi menjadi lebih tampil dibandingkan dengan informasi lainnya.

Di tahun 2009, Kuypers kemudian menawarkan sebuah konsep yang lebih rinci dalam melakukan analisis framing dalam perspektif retoris. Menurutnya, framing adalah sebuah proses dimana komunikator, secara sadar atau tidak sadar, berperan untuk membentuk sebuah sudut pandang yang mendorong berbagai realitas dari situasi yang diberikan untuk diinterpreatsikan oleh pihak lain ke dalam beberapa cara. Frames bekerja dalam 4 (empat) macam cara yaitu :

  • Frames mendefinisikan masalah.
  • Frames mendiagnosa penyebab.
  • Frames membuat penilaian moral.
  • Frames menyarankan pengulangan.

Frames juga ditemukan dalam narasi berbagai kejadian atau isu dan secara umum merupakan pusat organisasi ide. Hasil studi yang dilakukan oleh Kuypers didasaran pada premis bahwa framing adalah proses retoris dan karenanya lebih baik diteliti dari sudut pandang retoris.

Baca :

Metode dalam Analisis Framing

Dalam penelitian komunikasi massa, analisis framing dapat diletakkan diantara analisis wacana dan analisis isi dan pada umumnya mengkombinasikan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Bagi sebagian peneliti, analisis framing telah dipandang sebagai metode penelitian kedua dibandingkan dengan studi-studi yang dilakukan melalui agenda setting dan priming. Dalam berbagai aspek, frames berbeda dengan agenda setting dan priming.

Sebagian besar penelitian tentang media yang menitikberatkan pada identifikasi frames media menggunakan materi analisis berupa pelaporan berita dan terkadang komponen-komponen visual. Untuk keperluan identifikasi frames media, para peneliti komunikasi menggunakan dua metode utama, yaitu metode induktif dan metode deduktif.

Metode Induktif 

Sebuah pendekatan terbuka terhadap sampel analisis guna mendeteksi kandungan frames. Van Gorp (2007) menawarkan rekomendasi untuk menyertakan metode induktif ke dalam frames, yang diawali dari ide bahwa di dalam teks kita tidak dapat menemukan frames secara eksplisit tetapi hanya berupa kata kunci yang menjadi petunjuk.

Metode Deduktif 

Berdasar pada frames yang telah ditetapkan yang kemudian diukur dalam sampel analisis. Metode deduktif dapat juga digunakan pada analisis komparatif. Contoh penggunaan metode deduktif dalam analisis framing dilakukan oleh H.A Semetko dan PM Valkenburg  (2000) yang mengidentifikasi lima macam frames berita yaitu responsibility, conflict, human interest, economic consequences, dan morality. Metode deduktif juga tidak terlepas dari kritik karena ketidakfleksibelannya dalam mengidentifikasi frames baru.

Baca :

Elemen-elemen dalam Framing

Menurut Baldwin Van Grosp, terdapat beberapa elemen yang berperan dalam framing yaitu schemata, frame packages, framing devices, dan reasoning devices.

  • schemata, digambarkan sebagai berbagai sekelompok ide yang disimpan untuk memandu proses informasi individu.
  • frame packages, adalah kluster berbagai alat yang terorganisasi yang berfungsi sebagai sebuah identitas untuk frames yang terdiri dari framing devices dan reasoning devices.
  • framing devices, termasuk didalamnya pemilihan kata-kata, metafora, contoh, deskripsi, argumen, dan gambar visual. (Baca : Komunikasi Visual)
  • reasoning devices, adalah pernyataan, baik secara eksplisit maupun implisit yang sepakat dengan penilaian, penyebab, dan konsekuensi.

Baca : Filsafat Komunikasi

Teknik Framing

Menurut G. Fairhurst dan R. Sarr (1996), framing memiliki beberapa teknik sebagai berikut :

  • metafora – untuk membingkai ide-ide konseptual melalui perbandingan dengan yang lain.
  • cerita (mitos, legenda) – membingkai tema melalui cara-cara naratif dan yang mudah diingat.
  • tradisi (ritual, seremonial).
  • slogan, jargon – membingkai objek dengan frasa yang menarik untuk membuatnya dapat mudah diingat
  • artifak – objek dengan nilai simbolis intrinsik – sebuah fenomena budaya yang lebih berarti dibanding objek itu sendiri.
  • kontras – untuk menggambarkan sebuah objek dalam terminologi apa yang tidak.
  • spin – untuk merepresentasikan sebuah konsep ke dalam berbagai macam cara untuk mengirimkan sebuaah penilaian baik positif maupun negatif yang mungkin saja tidak tampak atau muncul guna menciptakan sebuah bias inheren dengan definisi.

Baca :

Manfaat Mempelajari Analisis Framing

Dengan memahami analisis framing maka kita dapat memahami otonomi khalayak, objektivitas jurnalisme, analisis isi, pendapat umum dan lain-lain. Selain itu, dengan mempelajari analisis framing, kita juga dapat terbantu dalam mengelola konflik dan kegiatan organisasi.

Baca :

Demikianlah uraian singkat tentang analisis framing. Semoga menambah wawasan dalam analisis framing khususnya dan dapat menerapkannya dalam penelitian komunikasi lainnya.