Analisis Semiotika Komunikasi – Pengertian dan Tanda (Sign)

Kajian studi ilmu komunikasi mencakup berbagai hal dalam kehidupan, salah satunya adalah kajian tentang tanda (sign) atau semiotika. Pada pembahasan kali ini, kita akan mengulas lebih lanjut mengenai teori semiotika komunikasi yang banyak mengacu pada penelitian dari salah seorang ilmuwan di bidang komunikasi yaitu Roland Barthes. Selain sebagai ilmuwan yang mumpuni, Roland Barthes juga merupakan ketua dari literary semiology pada College of France. (Baca juga: Metode Penelitian Komunikasi)

Pengertian Semiotika

Bagi Roland Barthes, semiotika bukanlah suatu perkara, ilmu pengetahuan, disiplin ilmu, pembelajaran, pergerakan, atau bahkan teori; tapi merupakan sebuah pertualangan. Semiotika memiliki tujuan untuk menerjemahkan dan menginterpretasikan sign baik berupa verbal, yang disebut juga linguistic, dan nonverbal. Barthes sendiri lebih memfokuskan kajian studi dan penelitiannya pada aspek nonverbal seperti cultural meaning dan visual sign. (Baca juga: Teori Pers)

Semiotika adalah kajian mengenai produksi sosial dan komunikasi terhadap sistem tanda (sign system) yang menganalisa berbagai hal yang dapat berdiri atas hal lain, dengan kata lain hal yang memiliki makna dibaliknya. Sedangkan ahli semiotika dari Italia, Umberto Eco, menyatakan bahwa semiotika adalah “the discipline studying everything which can be used in order to lie, because if something cannot be used to tell a lie, conversely it cannot be used to tell the truth; it cannot, in fact, be used to tell at all.”

Barthes sendiri agak berbeda dari umumnya para ilmuwan kala itu, dimana ia sering muncul di televisi dan menulis berbagai artikel populer untuk mengomentari mengenai kelemahan kalangan middle-class Prancis. Barthes tertarik kepada kajian semiotika yang berupa sign yang terlihat seperti sesuatu yang polos dan apa adanya, namun sebenarnya mengkomunikasikan ideologi dan memiliki makna konotasi (yang tidak sebenarnya) dalam memperkuat nilai-nilai dominasi yang ada di masyarakat. (Baca juga: Jurnalistik Online)

Sign dalam Semiotika Komunikasi

Barthes menjelaskan bahwa sign tidak berdiri sendiri sebagai suatu tanda atau hal yang memiliki arti dibaliknya, namun sign merupakan kombinasi dari signifier dan signifier. Signifier adalah suatu hal, benda, bentuk, visual, atau apapun yang kita lihat dan terima melaui panca indera. Sedangkan signifier adalah makna yang kita terapkan, artikan, dan asosiasikan dengan hal (signifier) yang kita terima. (Baca juga: Kode Etik Wartawan)

Misalnya saja ketika kita sedang berjalan dan menemukan ada bendera kuning terpasang di depan sebuah gang, kita akan menafsirkan keadaan tersebut bahwa ada orang yang meninggal. Mengapa? Karena bendera kuning sudah menjadi tanda yang diketahui umum bahwa ada orang yang meninggal, tanpa kita diberitahu secara lisan ataupun tulisan. (Baca juga: Pengantar Ilmu Komunikasi)

Dalam hal ini, bendera kuning adalah signifier dan orang meninggal adalah signified. Kita melihat bendera kuning yang berupa visual dan ditangkap oleh mata, dan penafsiran ada orang meninggal adalah pemaknaan yang kita kaitkan ketika melihat bendera kuning. Bendera kuning dan orang meninggal berkombinasi menjadi sebuah sign yang kita tangkap dan persepsikan maknanya. (Baca juga: Pengertian Jurnalistik Menurut Para Ahli)

  • Sign bagian dari sistem

Kapan pertama kali Anda mengetahui bahwa bendera kuning adalah tanda bahwa ada orang yang meninggal? Anda mungkin sudah mengetahui hal tersebut dari kecil, baik dari orangtua, kerabat, guru, teman, atau orang-orang lain yang berada di dekat Anda. Hal ini menunjukkan bahwa sign tidak berdiri sendiri, melainkan bagian dari sistem yang terus terpelihara dan diturunkan dari generasi ke generasi. (Baca juga: Paradigma Komunikasi)

Karena kita tahu bahwa bendera kuning adalah tanda untuk orang meninggal, kita tidak sembarangan menggunakan bendera itu dalam acara lain seperti karnaval atau perayaan. Dan karena sistem yang mempertahankan sign akan makna dari bendera kuning, kita akan bertindak menyesuaikan keadaan.

Mungkin Anda pernah sedang berjalan dan mengobrol bersama teman dengan sedikit bercanda, namun ketika melewati jalan yang dipasang bendera kuning; Anda dan teman otomatis menghentikan candaan dan berbicara lebih pelan. (Baca juga: Komunikasi Sosial)

Hal ini karena Anda dan teman Anda tahu betul apa makna dari tanda bendera kuning yang dipasang, dan meskipun tidak mengenal pribadi, Anda dan teman Anda secara tidak langsung menyampaikan belasungkawa dan menghormati keadaan. Sign yang merupakan bagian dari sistem ini membuat manusia bertindak sesuai dengan apa yang diekspektasikan, atau dimaknai. (Baca juga: Teori Dramaturgi)

Sifat Sign

Selain prinsip dasar, sign juga memiliki beberapa sifat yang perlu diketahui, yaitu:

  • Sign bukan sesuatu yang mutlak

Meski memiliki makna tertentu, sign bukanlah sesuatu yang mutlak dan memiliki arti yang selamanya seperti itu. Seiring dengan berjalannya waktu, sign tertentu dapat saja berubah. Misalnya saja makna pita kuning.

Di jaman dulu, pita kuning memiliki makna pemberian maaf. Namun sekarang, pita kuning digunakan sebagai tanda kehormatan. Hal ini menunjukkan bahwa sign tidak pasti memiliki arti yang paten dan konstan.

Baca juga: Komunikasi Pembelajaran – Komunikasi Gender

  • Sign memiliki makna konotatif dan denotatif

Saat mendengar kata tanda atau sign, mungkin kita akan langsung terlintas akan makna tertentu yang ada di baliknya, maknya yang tidak sama dengan yang terlihat atau makna konotatif. Namun tidak semua sign bermakna konotatif, karena sign dapat juga memiliki makna denotatif.

Makna denotatif dalam sign berarti berarti makna yang sebenarnya dan sama dengan apa yang terlihat atau makna yang rasional dan logis. Sedangkan makna konotatif dari sign adalah sesuatu yang cenderung bersifat implisit, memilki makna yang irasional dan berbeda dengan apa yang ditangkap. (Baca juga: Teori Fenomenologi)

  • Sign dapat mengalami pergeseran makna

Seperti yang diulas sebelumnya, sign dapat saja berubah makna dan memiliki dua jenis makna yaitu konotatif serta denotatif. Para ahli menyatakan bahwa seiring dengan berjalannya waktu, terjadi pegeseran makna sign dari denotatif ke konotatif.

Hal ini mengacu pada fenomena bahwa makna konotatif lebih dipakai dan diterapkan untuk memahami suatu fenomena dalam sosial masyarakat. Masyarakat kini melihat suatu fenomena bukan dengan apa yang terlihat, namun justru melihat hal lain dari fenomena tersebut.

Baca juga:

Model dan Jenis Sign

Setelah memahami mengenai prinsip dan sifat sign, kita akan mengulas mengenai model dan jenis sign yang terbentuk dari model tersebut. Model sign ini dibuat oleh salah seorang ilmuwan bidang Semiotika selain Barthes, yaitu Charles Sanders Pierce. Pierce membentuk model yang menjelaskan unsur-unsur dalam sign yang disebut dengan triadic model atau model segitiga sign. Triadic model terdiri dari:

  1. Object, yaitu sesuatu yang dimaksudkan atau dituju oleh sign. Object biasanya berupa benda fisik, namun bisa juga tindakan atau ide. (Baca juga: Literasi Media)
  2. Representament (sign vehicle), yaitu signifier atau bentuk fisik dari sign yang kita terima melalui panca indera dan kita lihat bentuk sebenarnya. (Baca juga: Komunikasi Politik)
  3. Interpretant, yaitu signified atau makna yang kita buat untuk signifier atau hal yang kita terima. (Baca juga: Teori Spiral Keheningan)

Berdasarkan hubungan unsur-unsur dalam triadic model tersebut, Pierce kemudian membagi sign menjadi tiga jenis, yaitu:

  1. Symbolic sign, yang menunjukkan bahwa tidak ada kesamaan antara objek dengan apa yang dimaksud (signifier dan signified). Hal ini berarti kesatuan diantara tiga hal tersebut masih tidak jelas dan harus dipelajari lebih mendalam lagi untuk mengetahuinya. (baca juga: Pengaruh Media Sosial )
  2. Iconic sign, yang menunjukkan adanya kesamaan dan kesinambungan antara objek dengan apa yang dimaksud (signifier dan signified). Antara objek dengan apa yang dimaksud dapat dengan jelas terlihat, terdengar, tercium, atau terasa mirip satu sama lain. (baca juga: Jenis – Jenis Interaksi Sosial)
  3. Indexial sign, yang menghubungkan semua unsur tersebut secara tempat, waktu, atau dengan hubungan sebab-akibat. (Baca juga: Teori Agenda Setting)

Demikian pembahasan mengenai teori semiotika komunikasi dari Roland Barthes dan beberapa ilmuwan bidang Ilmu Komunikasi lainnya. Semoga pembahasan ini dapat berguna bagi Anda yang mencari informasi mengenai semiotika dan tanda atau sign, berikut prinsip dasar, sifat, model, dan jenisnya.