Teori Jarum Hipodermik – Asumsi – Konsep – Kritik

Teori jarum hipodermik atau dikenal juga dengan sebutan teori peluru merupakan salah satu teori komunikasi massa khususnya teori efek media massa yang digagas oleh Harold Lasswell pada tahun 1920an ketika menulis sebuah buku “Propaganda Taechnique” semasa perang dunia. Teori jarum hipodermik merupakan salah satu model komunikasi linear yang menitikberatkan pada kekuatan pengaruh media terhadap khalayak.

Menurut teori jarum hipodermik, pesan digambarkan seperti sebuah peluru ajaib yang memasuki pikiran khalayak dan menyuntikkan beberapa pesan khusus. Teori ini juga menjelaskan bagaimana media mengontrol apa yang khalayak lihat dan apa yang khalayak dengar. Menurut teori ini, efek media terhadap khalayak massa bersifat langsung atau tertunda di masa depan.

Digunakannya istilah jarum dan peluru adalah untuk menggambarkan ketidakberdayaan khalayak massa sebagai dampak adanya pendapat umum atau opini publik yang dibangun oleh media massa sehingga menyebabkan perubahan perilaku pada khalayak massa. Teori jarum hipodermik dipengaruhi oleh aliran media behaviorism pada sekitaran tahun 1930an. Menurut Berger, teori jarum hipordemik atau teori peluru mengasumsikan bahwa pesan-pesan media adalah seperti peluru yang ditembakkan dari senjata media ke dalam kepala khalayak.

Baca : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi

Sejarah

Dalam konteks komunikasi massa, studi mengenai efek media massa diawali pada sekitaran tahun 1920an dan tahun 1930an. Teori jarum hipodermik merupakan teori pertama yang pada umumnya mencoba untuk menjelaskan efek media terhadap khalayak massa. Teori yang digagas oleh Harold Lasswell pada tahun 1920 ini dikenal juga dengan berbagai nama sebagaimana diutarakan oleh beberapa peneliti komunikasi yaitu teori peluru oleh Wilbur Schramm, teori jarum hipodermik oleh David K. Berlo, dan teori stimulus-respons oleh Melvin DeFleur dan Rokeach.

Terdapat beberapa kejadian penting yang turut menggambarkan kuatnya efek media massa terhadap khalayak massa, diantaranya adalah :

  • Berbagai media massa seperti radio, film, serta periklanan telah lahir dan berkembang dengan sangat pesat dan mencapai popularitasnya antara tahun 1930an dan tahun 1950an. Efek media massa pada masa itu digambarkan sangat mempengaruhi perilaku khalayak massa dan dalam beberapa kasus dilaporkan sangat menakutkan. Kehadiran iklan melalui surat kabar dan majalah memiliki andil besar dalam konsumerisme rakyat Amerika. Hal ini digambarkan dengan banyaknya warga yang berbelanja di toko-toko swalayan.
  • Pidato Presiden F.D Roosevelt melalui radio telah menginspirasi banyak warga Negara Amerika untuk mendukung kebijakannya dalam kelahiran The Great Depression.
  • Adanya peran media komunikasi politik pada masa Adolf Hitler untuk melebarkan propaganda Nazi di Jerman dengan menciptakan penyatuan kekuatan dalam usahanya menaklukan seluruh Eropa.

Pada masa itu, para pengamat secara umum memandang bahwa khalayak benar-benar tidak berdaya untuk menolak pesan-pesan yang datang dari media. Untuk pertama kalinya, pesan-pesan diciptakan dengan target pikiran khalayak dengan tujuan untuk mencapai tanggapan yang khusus. Selain itu, para peneliti perilaku memulai studi tentang efek media untuk pertama kalinya. Teori jarum hipodermik merupakan teori atau model pertama yang dihasilkan dari studi ini.

Teori jarum hipodermik bersandar pada alasan-alasan induktif tradisional dan dilakukan melalui pengamatan untuk mendukung asumsi teori ini. Para peneliti masa itu terus melakukan usaha membentuk metode empiris untuk menguji teori-teori perilaku saat itu diantaranya melalui berbagai metode penelitian komunikasi atau berbagai jenis metode penelitian kualitatif lainnya.

Asumsi Dasar

Harold Lasswell mencoba untuk meneliti efek media massa dan apa yang dipikirkan oleh khalayak massa yang hidup pada masa itu. Menurut pengamatan Lasswell, pada kisaran tahun 1920an dan 1930an, media memiliki efek yang sangat kuat, bersifat langsung dan segera terhadap khalayak massa. Ia percaya bahwa khalayak bersifat pasif dan rapuh. Dengan menggunakan metafora sebagai sebuah referensi, Lasswell menjelaskan beberapa asumsi dengan membandingkan media dengan sebuah peluru. Ia menyatakan bahwa pesan media massa seperti peluru yang ditembakkan dari sebuah senjata, begitu pula dengan pesan media yang ditembakkan ke dalam pikiran khalayak massa, menghantam secara langsung pikiran khalayak massa dengan menggunakan pesan-pesan media massa.

Baca : Konvergensi Media

Asumsi teori ini berpendapat bahwa media memiliki efek terhadap khalayak massa yang bersifat langsung, segera, dan sangat kuat. Studi mengenai efek media massa yang berkembang selama rentang tahun 1920an dan 1930an menunjukkan bahwa teori jarum hipodermik merupakan salah satu teori yang menggambarkan efek media massa yang sangat kuat. Pesan-pesan media massa berperan sebagai peluru atau jarum, yang menembak secara langsung ke dalam pikiran setiap individu dan memiliki konsekuensi mengubah perilaku khalayak massa.

Dengan demikian, intisari asumsi teori jarum hipodermik adalah sebagai berikut :

  • Manusia memberikan reaksi yang seragam terhadap stimuli atau rangsangan.
  • Pesan media secara langsung menyuntik atau menembak ke dalam kepala dari setiap anggota populasi.
  • Pesan diciptakan sedemikian rupa agar dapat mencapai respon atau tanggapan yang diinginkan.
  • Efek dari pesan media bersifat langsung, segera, dan sangat kuat dalam menyebabkan perubahan perilaku manusia.
  • Masyarakat atau publik tidak memiliki kekuatan untuk menghindar dari pengaruh media .

Konsep dalam Teori Jarum Hipodermik

Sebagai salah satu teori efek media massa, teori jarum hipodermik memiliki beberapa konsep, diantaranya adalah sebagai berikut :

Popularitas media massa dan perkembangan industri periklanan atau propaganda memiliki pengaruh terhadap khalayak massa, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh media massa bisa jadi berbahaya apabila ditujukan kepada massa pada saat yang bersamaan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik komunikasi massa dimana pesan-pesan media massa disampaikan secara serempak. Pesan-pesan media massa yang disuntikkan kepada khalayak massa dapat menimbulkan tanggapan atau respon yang dapat menyebabkan berbagai permasalahan yang dapat merusak aturan dan keseragaman.

Khalayak tidak dapat menolak pesan-pesan yang diterima dari media massa dan hal ini menciptakan sebuah pemikiran yang seragam diantara anggota khalayak massa. Publik dipandang rapuh ketika pesan-pesan terus disampaikan secara berkesinambungan dan sebaliknya media massa dipandang sangat kuat. Teori jarum hipodermik percaya bahwa tidak ada sumber media lain atau media alternatif untuk membandingkan pesan-pesan media. Media massa dipandang sangat kuat pada masa krisis dan perang karena pada kedua masa itulah khalayak bergantung pada media untuk memperoleh semua informasi yang dibutuhkan. Teori jarum hipodermik disebutkan digunakan pada masa Perang Dunia II oleh Jerman dan Amerika Serikat.

Teori jarum hipodermik disebut berdasarkan asumsi-asumsi bukan berdasarkan temuan empiris. Hal ini didasarkan sifat manusia atau sifat biologis manusia. Rangsangan atau stimuli eksternal disadari untuk mendorong reaksi dan naluri dari khalayak massa.

“People’s Choice” merupakan studi yang dilakukan oleh Paul F. Lazarfeld pada tahun 1940 tentang kampanye pemilihan F.D Roosevelt. Studi ini menemukan bahwa hanya beberapa pesan yang khusus yang disuntikkan kepada khalayak media. Khalayak media lebih banyak dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal. (Baca juga : Teori Interaksi Simbolik).

Contoh Penerapan Teori Jarum Hipodermik

Contoh yang paling sering digunakan dalam berbagai literatur untuk menggambarkan penerapan teori jarum hipodermik adalah kejadian pada tanggal 30 Oktober 1938. Saat itu, ribuan warga Amerika panik karena adanya siaran sandiwara radio Orson Welles yang berjudul War of the Worlds yang menceritakan adanya serangan makhluk Mars yang akan mengancam kehidupan manusia di bumi.

Kejadian tersebut dikenal sebagai “Panic Broadcast” dan mengubah sejarah penyiaran, psikologi sosial, pertahanan sipil, dan menyusun sebuah standar bagi hiburan provokatif. Diperkirakan, 12 juta orang di seluruh Amerika mendengarkan siaran tersebut dan terdapat sekitar 1 juta orang yang benar-benar percaya bahwa sebuah invasi serius yang dilakukan oleh makhluk Mars tengah berlangsung. Mereka berdoa, menangis, melarikan diri secara panik untuk menghindari kematian karena serangan makhluk Mars. Negara benar-benar seperti dalam keadaan chaos dan siaran radio adalah penyebabnya.

Baca :

Dari kejadian tersebut, para ahli teori media mengkategorikan siaran sandiwara radio War of the Worlds sebagai sebuah contoh pola dasar teori jarum hipodermik. Dari peristiwa inilah bagaimana teori ini bekerja. Melalui penyuntikan pesan secara langsung ke dalam pembuluh darah publik dan mencoba untuk menciptakan pemikiran yang seragam. Karakteristik media penyiaran radio yang lebih menekankan pada kekuatan audio dan membuat khalayak massa berpikir melalui suara pada akhirnya menimbulkan efek yang dapat memanipulasi publik yang pasif sehingga membuat para ahli teori percaya bahwa melalui cara inilah para pemilik media membentuk persepsi khalayak massa.

Baca :

Kritik terhadap Teori Jarum Hipodermik

Sebagai teori yang menggambarkan kekuatan efek media massa terhadap khalayak, teori jarum hipodermik tidak luput dari berbagai kritik, diantaranya adalah :

  • Pesan selalu mengalir dari pengirim pesan kepada penerima pesan atau dari atas ke bawah.
  • Khalayak bersifat pasif dan mudah dipengaruhi oleh pesan yang mungkin saja tidak selalu benar. Reaksi yang diberikan oleh anggota khalayak tidaklah sama atau berbeda karena beberapa orang dapat saja bersifat pasif dan beberapa orang lainnya mungkin saja tidak percaya kepada media. (Baca : Pengertian Media Menurut Para Ahli)
  • Teori jarum hipodermik telah terbukti gagal dalam berbagai penelitian. Misalnya penelitian tentang “The People Choice” yang dilakukan oleh Paul Lazarfeld dan Herta Herzog (1940) yang menitikberatkan pada pola pemberian suara pemilih dan perilaku politik pemilih selama masa kepeminpinan F.D Roosevelt. Hasil studi menunjukkan bahwa pola pemberian suara pemilih dipengaruhi oleh media dalam skala yang kecil namun dipengaruhi sangat besar oleh komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. Selain itu, hasil studi juga menunjukkan bahwa media memiliki pengaruh seletif terhadap khalayak massa.
  • Tidak seperti teori komunikasi lainnya, teori jarum hipodermik tidak berdasarkan pada studi empiris. Teori jarum hipodermik ditemukan berdasarkan asumsi bahwa manusia dikendalikan oleh sifat biologis mereka dan akan bereaksi mengikuti naluri ketika menerima stimulus dalam cara yang sama. Melalui serangkaian penelitian empiris yang telah dilakukan, para peneliti telah mengganti teori jarum hipodermik dengan model yang lebih komprehensif seperti misalnya teori agenda setting atau teori spiral keheningan.
  • Teori jarum hipodermik tidak dapat diaplikasikan pada masa kini karena terdapat banyak pilihan media akibat semakin berkembangnya teknologi komunikasi.

Itulah intisari dari beberapa kritik terhadap teori jarum hipodermik yang diutarakan oleh beberapa ahli atau peneliti.

Manfaat Mempelajari Teori Jarum Hipodermik

Mempelajari teori jarum hipodermik sebagai salah satu teori komunikasi massa dan teori efek media massa tentu memberikan beberapa manfaat. Diantaranya adalah :

  • Memahami teori jarum hipodermik sebagai teori efek media massa yang pertama kali digagas oleh peneliti.
  • Memahami latar belakang sejarah lahirnya teori jarum hipodermik.
  • Memahami berbagai asumsi yang mendasari teori jarum hipodermik.
  • Memahami berbagai konsep dalam teori jarum hipodermik.
  • Memahami contoh penerapan teori jarum hipodermik.
  • Memahami berbagai kritik terhadap teori jarum hipodermik.

Demikianlah uraian singkat mengenai teori jarum hipodermik sebagai salah satu teori komunikasi massa dan teori efek media massa. Semoga memberikan wawasan dan pengetahuan tentang teori jarum hipodermik sebagai teori awal efek media massa khususnya dan ilmu komunikasi serta konteks komunikasi massa pada umumnya.

Artikel Teori Komunikasi Lainnya

Artikel Komunikasi Lainnya