10 Teori Komunikasi Public Relations Menurut Para Ahli

Teori komunikasi merupakan teori atau materi-materi yang telah disampaikan dan dipaparkan untuk mempelajari terkait dengan berbicara dengan individu lain atau menyampaikan informasi ke receiver. Hal ini dapat dipelajari di perguruan tinggi negeri atau bimbingan-bimbingan belajar tentang linguistik ataupun public relation.

  • Borman mengatakan bahwa teori komunikasi merupakan satu  istilah untuk semua perbincangan serta analisis yang dibuat secara sadar dan sistematis, terkait dengan komunikasi.
  • Little John menambahkan bahwa teori komunikasi merupakan suatu teori atau sekumpulan “pemikiran kolektif” yang didapati dalam keseluruhan teori. Terutama yang berkaitan dengan proses komunikasi.
  • Cragan dan Shieldmenyimpulkan bahwa teori komunikasi merupakan hubungan di antara konsep teoretikal yang berkontribusi dalam memberi, secara keselruhan ataupun sebagainya, keterangan, penjelasan, penerangan, penilaian ataupun ramalan tindakan manusia berdasarkan komunikator (orang) berkomunikasi (bercakap, menulis, membaca, mendengar, menonton, dan sebagainya) untuk jangka masa tertentu melalui media.

Baca Juga: teori komunikasi menurut para ahli

Adapun jenis-jenis teori komunikasi Public Relations di antaranya :

1. Teori Presentasi Diri

Teori presentasi diri ini lebih menekankan penampilan kita sendiri sebagai informan atau penyampai informasi. Hal ini pada umumnya lebih diperhatikan pada seorang promotor, presentator, ataupun public relation ketika menyampaikan atau mempresentasikan sesuatu kepada receiver atau audience.

 Seorang informan wajib menjaga dan mengatur penampilan sebaik dan sebenar mungkin agar receiver tertarik untuk memperhatikan apa yang disampaikan. Karena, receiver cenderung menggunakan mata mereka terlebih dahulu untuk menerima informasi.

Seperti contoh dari kasus seoang promotor atau public relation yang mengenakan pakaian rapi dan layak ketika ia berdiri di depan receiver atau audience ketika mempresentasikan perusahaannya atau produknya. Tujuannya agar terlihat bahwa perusahaan atau produk yang ia presentasikan itu layak dan patut untuk diajak bekerjasama. Karena, penampilan menunjukkan karakteristik seseorang atau perusahaan yang dipresentasikan.

Baca juga:

2. Teori Kumpulan Tindakan

Teori ini telah ditemukan dan dikembangkan oleh John Green. Teori penyusunan tindakan ini merupakan teori di mana akan digunakan ketika memberikan informasi dan sebagai pengujian cara kita mengatur pengetahuan dalam pikiran dan pengalaman.

Sehingga, informasi akan terbentuk dengan menggunakan juga berdasarkan pengetahuan yang tertata rapi. Hal ini sangat diperlukan agar kita tidak berlebihan atau berbicara di luar topik pembahasan. Karena pengetahuan yang kita miliki sangatlah banyak dan berbagai macam pengetahuan ada di memori kita. Sehingga, kita tidak sembarangan menggunakan dan mengeluarkan pengetahuan agar kita tidak berbicara di luar topik. (Baca juga: Komunikasi Sosial)

Pada umumnya, pengetahuan yang kerap kali keluar dari mulut kita adalah pengetahuan yang sering kita ingat, hal ini disebut sebagai prosedural record atau rekam prosedural. Rekam prosedural merupakan sekumpulan hubungan di antara syaraf dalam sebuah jaringan tindakan dan terhubung secara otomatis. Sehingga, sebagai seorang public relation, perlu adanya penyusunan tindakan atau menyusun pengetahuan yang ada di dalam memorinya.

Terkadang, seorang public relation mengalami ketergantungan akan pengetahuan yang terkumpul di dalam memori. Hal ini adalah penyakit yang dimiliki oleh seorang informan sehingga ia akan berbicara keluar jalur. Dan hal itu dapat terjadi dengan tanpa kesadaran kita hingga kita pernah berbicara, “Saya tadi ngomong apa ya?”

Tidak ada pengetahuan atau tindakan yang dapat berdiri sendiri, sehingga hal itu dibutuhkan adanya kerjasama antara tindakan dengan kemampuan pengendalian diri secara efisien dan cepat. Hal demikian akan memakan waktu dan usaha. Teori penyusunan tindakan ini mungkin juga bisa disebut sebagai teori mikrokognitif karena berhubungan dengan pengaturan kognitif yang sangat spesifik.

Baca Juga: Komunikasi Antar Budaya

3. Teori Tindakan Bicara

Teori ini dihubungkan dengan teori Jhon Searle tentang bagaimana manusia bisa memahami melalui susunan kata-kata. Seperti contoh kasus, keika ada yang berbicara “Saya akan menemui Anda”, maka akan ada beberapa premis di antaranya :

  • Pertama : (tindakan terungkap) Orang tersebut telah menyampaikan pernyataan dengan susunan kata-kata menjadi kalimat sederhana. (Baca juga: Filsafat Komunikasi)
  • Kedua : (tindakan usulan) Orang tersebut telah menegaskan sesuatu yang diyakini kebenarannya agar orang lain mempercayainya. (Baca juga: Manajemen Komunikasi)
  • Ketiga : (tindakan berbuat) Orang tersebut telah menyanggupi sesuatu.

Tindakan bicara ini terkadang juga memiliki sifat persuasif atau ajakan dan mempengaruhi. Sehingga, seorang receiver akan memahami perkataan dan melakukan tindakan sesuai perkataan. Dalam teori ini, suatu pengetahuan yang konkret tidak menjadi sumber utama. Searle pun menguraikan lima jenis tindakan bicara, di antaranya :

  • (Menyatakan dan Menegaskan), Pernyataan yang mengikat informan untuk mendorong suatu kebenaran dari suatu permasalahan. (Baca juga: Komunikasi Lintas Budaya)
  • (Perintah dan Permintaan), Arahan agar receiver melakukan sesuai perkataan dari informan.
  • (Berjanji dan Bersumpah), Keterikatan yang terjadi oleh informan pada tindakan selanjutnya.
  • (Pemintaan dan Pengucapan), Menyampaikan beberapa aspek psikologi dari kondisi topik pembicaraan.

Searle sendiri mengatakan bahwa ada maksud di balik sebuah perkataan yang sederhana. Tindakan berbicara ini tidak akan berhasil jika tindakan tidak dipahami dengan benar.

Baca juga : Pengantar Ilmu Komunikasi

4. Teori Rencana

Teori rencana ini merupakan sesuatu yang ada sebelum adanya tindakan, berpikir tentang persoalan yang akan ada, berorientasi untuk masa yang akan datang sesuai dengan empiris. Sehingga, teori perencanaan ini sangatlah berpengaruh dan saling keterkaitan dengan waktu yang akan datang entah jangka panjang maupun pendek dengan suatu tindakan yang telah terintegrasi. (Baca juga: Sistem Komunikasi Indonesia)

Teori rencana pada umumnya dapat mengubah suatu keadaan untuk mencapai maksud yang dituju dan diperlukan adanya analisis, kebijakan, dan rancangan atau hipotesa. Dan ciri khusus dari teori perencanaan ini diadakan dengan tujuan untuk memecahkan persoalan-persoalan di waktu yang akan datang melalui tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan itu di antaranya :

  • Identifikasi Persoalan.
  • Perumusan Tujuan Umum dan Khusus.
  • Proyeksi Keadaan di Waktu Mendatang.
  • Pencarian Hipotesa yang Kemungkinan Terjadi.
  • Penyusunan.  (Baca juga: Hambatan-Hambatan Komunikasi)

Walaupun teori rencana ini disusun melalui tahap-tahap yang rapi, namun jika tidak diikuti dengan syarat yang benar dalam penyusunan rencana, hasilnya tidak akan memecahkan masalah. Syarat-syarat tersebut di antaranya :

  • Logika masuk akal.
  • Relaistik.
  • Sederhana.
  • Sistematis.
  • Obyektif.
  • Fleksibel atau Efektif.
  • Bermanfaat.
  • Optimasi.

Syarat-syarat tersebut diadakan agar terhindar dari kendala, dinamika tak beratur, kepentingan bersama, dan norma-norma yang telah berlaku. Dan faktor-faktornya melingkupi sumber daya alam maupun manusia, ideologi, sasaran atau target, kebijakan, metode, dan kondisi yang ada.

Baca juga : Komunikasi Antar Pribadi

5. Teori Konvergensi Simbolis

Teori kovergensi Simbolis telah dikemukakan oleh Bales dan dikembangkan oleh Ernest Bormann dengan kelompok mahasiswa dari Universitas Minnesota (1960-1970). Teori ini lebih menekankan pada permainan kata-kata menjadi cerita, analogi, dan pidato yang menghidupkan suasana.

Sehingga, teori ini lebih sering digunakan ketika ice breking atau pidato yang memunculkan anecdote. Terkadang teori ini digunakan sebagai alat pengakraban antar individu. Mereka akan mendramatisasikan dan berfantasi untuk ajang pengakraban antar individu.

Baca juga : Komunikasi Organisasi

6. Teori Aturan Percakapan

Paul Grice mengemukan tentang teori aturan percakapan yang menjelaskan bahwa percakapan itu haruslah logis dan mudah dimengerti. Jika percakapan tersebut menimbulkan ambiguitas dan kebingungan seorang receiver, maka seorang informan dianggap gagal dalam menyampaikan informasi. Kemudian, untuk mencapai keberhasilan percakapan yang logis, ada empat macam aturan yang harus dilakukan, di antaranya :

  • Perkataan yang berkualitas.
  • Perkataan yang berkuantitas tapi tidak mendominasi, mendominasi diperlukan ketika sesuai tempatnya.
  • Perkataan yang relevan.
  • Perkataan yang berperilaku.

Baca juga : Komunikasi Massa

7. Teori Fungsional

Sebenarnya, fungsional bukanlah sebuah teori, melainkan sebuah perspektif yang dapat digunakan sebagai pijakan atau landasan teori. Sehingga, fungsional ini lebih menekankan pada tujuan informan menyampaikan informasi kepada receiver. Seperti halnya seorang promotor atau public relation yang menyampaikan informasi kepada receiver agar tertarik dengan perusahaan yang dipromosikan atau presentasikan.

Baca Juga: Komunikasi Bisnis

8. Teori Negoisasi Wajah

Teori ini lebih menekankan bahasa yang terjadi dan diciptakan dari wajah kita sebagai informan. Wajah kita tidak akan bisa membohongi seorang receiver. Sehingga perlu adanya teori negoisasi wajah yang merupakan bagaimana seseorang dari budaya yang berbeda dapat mengelola mimik wajah yang dapat mempengaruhi persuasif atau ketertarikan seseorang. (Baca juga: Komunikasi Visual)

9. Teori Demokrasi Organisasi

Teori ini telah ditulis oleh Morisson yang memiliki pengertian yaitu mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi salah satunya membahas bagaimana sebuah organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan misi pada organisasi tersebut. Organisasi itu akan terbentuk ketika adanya interaksi satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama. Lima aspek dalam berorganisasi pun di antaranya :

  • Organisasi diciptakan melalui komunikasi.
  • Kegiatan organisasi berfungsi untuk mencapai tujuan bersama.
  • Kegiatan komunikasi dapat menciptakan pola kehidupan organisasi.
  • Proses komunikasi menciptakan karakter organisasi.
  • Pola organisasi menghilangkan hambatan.

Baca juga : prinsip-prinsip komunikasi

10. Teori Citra

Menurut Frank Jefkins, definisi citra dalam konteks humas citra diartikan sebagai sebuah kesan, gambaran, atau impresi yang tepat. Impresi yang tepat dimaksudkan sebagai pernyataan yang sesuai dengan kenyataan.  Impresi tersebut merupakan bentuk keberadaan dari berbagai kebijakan para personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau perusahaan.

Kemudian, terdapat empat komponen pembentukan citra, antara lain:

  • Persepsi, Merupakan hasil pengamatan unsur lingkungan. Setiap individu akan memberikan makna sesuai persepsi terhadap rangsangan yang ada berdasarkan dari pengalaman yang dihadapi. Kemudian, proses mempresepsikan ini yang dapat lanjut ke proses pembentukan citra. Oleh karena itu, persepsi atau pandangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan menghasilkan kognisi individu.
  • Kognisi, Suatu keyakinan diri yang datang dari individu. Stimulus ini akan timbul apabila individu diharuskan menerima informasi yang mampu mempengaruhi perkembangan kognisinya.
  • Motivasi, Adanya penggerakan respon. Motifnya adalah keadaan pribadi individu yang didorong dari hasrat dan keinginan yang timbul dari dalam diri.  Dorongan tersebut menimbulkan reaksi berupa tindakan untuk melakukan beberapa kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
  • Sikap, Sebuah aksi untuk melakukan sesuatu, berfikir, menafsirkan, atau mempresepsikan. Sikap tersebut timbul saat harus menghadapi obyek, ide, atau situasi dan juga nilai.

(Baca juga: Pola Komunikasi Organisasi)

Manfaat Mempelajari Teori Komunikasi Public Relations

Dari teori-teori di atas dan manfaat mempelajari teori komunikasi tentang public relations ini sangat dibutuhkan oleh seorang informan seperti public relation, promotor, bahkan seorang yang penting dalam perusahaan. Hal ini mengacu karena adanya pola pemikiran manusia yang samakin beragam hingga timbulnya konflik kesalahpahaman. Oleh karena itu, dibutuhkannya hal-hal di atas untuk mengurangi bahkan menghilangkan konflik komunikasi.

Artikel Terkait” state=”opened