Teori Semiotika Charles Sander Peirce – Sign – Object – Interpretant

Keberadaan teori dalam sebuah ilmu pengetahuan memang suatu hal yang mutlak adanya. Teori merupakan hasil kajian dari pada ilmu pengetahuan itu sendiri dalam rangka memperkaya aspek keilmuan dari sutu ilmu pengetahuan. Teori menjadi sebuah kerangka dalam berbagai aspek terutama berkaitan dengan penelitian dan juga dalam tataran praktis implementasi dari suatu ilmu pengetahuan.

Tak terkecuali dalam ilmu komunikasi, keberadaan teori-teori dalam ilmu komunikasi merupakan kekayaan dari keilmuan komunikasi itu sendiri yang tentunya menyangkut banyak aspek. Kali ini kita akan membahas sebuah teori yang tentu saja sudah tidak asing bagi para pembelajar imu komunikasi yakni teori Semiotika Charles Sanders Peirce.

Baca juga : Teori Komunikasi Menurut Para Ahli

Pengertian Teori Semiotika

Menurut Teori Semiotika Charles Sander Peirce, semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda ini menurut Peirce memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.

Dalam hal ini manusia mempunyai keanekaragaman akan tanda-tanda dalam berbagai aspek di kehidupanya. Dimana tanda linguistik menjadi salah satu yang terpenting. Dalam teori semiotika ini fungsi dan kegunaan dari suatu tanda itulah yang menjadi pusat perhatian. Tanda sebagai suatu alat komunikasi merupakan hal yang teramat penting dalam berbagai kondisi serta dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek komunikasi.

Baca juga : Teori Dramaturgi

Linguistik Dalam Semiotika Peirce

Peirce menaruh perhatian lebih pada tanda linguistik yang menurutnya sangat penting. Menurutnya setiap tanda secara umum berlaku juga pada tanda linguistik, tapi belum tentu tanda linguistik berlaku pula untuk tanda lainya. Menurut Peirce tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Oleh karenanya secara umum Peirce justru mengemukakan bahwa teorinya ini berlaku secara umum.

Oleh karenanya tanda linguistik ini dalam teori Peirce suatu hal yang penting namun bukan berarti satu-satunya yang terpenting. Berbagai tanda yang terujat dengan objek-objeknya menjadi suatu bahasan yang umum sebagaimana ingin diungkapkan Peirce dalam teorinya ini. Bahwa berbagai tanda-tanda yang diciptakan manusia dalam rangka untuk berkomunikasi merupakan representasi atas bahasa linguistik atau tanda linguistik yang berlaku secara umum.

Baca juga : Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Klasifikasi Tanda Menurut Peirce

Peirce menghendaki agar teori semiotikanya ini menjadi rujukan umum atas kajian berbagai tanda-tanda. Oleh karenanya ia memerlukan kajian lebih mendalam mengenai hal tersebut. Terutama mengenai seberapa luas jangkauan dari teorinya ini. untuk itu ia membaginya dalam beberaoa klasifikasi.

A. Berdasarkan Ground

Yakni berkaitan dengan sesuatu yang membuat suatu tanda dapat berfungsi. Dalam hal ini Peirce mengklasifikasikan Ground kedalam tiga hal yakni :

  • Qualisign

Qualisign yaitu kualitas dari suatu tanda. Misalnya kualitas kata-kiata yang digunakan dalam menyertai tanda tersebut seperti kata-kata yang keras, kasar ataupun lembut. Tak hanya kata-kata yang menetukan kuwalitas dari pada suatu tanda, dapat pula berupa warna yang digunakan bahkan gambar yang menyertainya.

  • Sinsign

Sinsign adalah eksistensi dan aktualitas atas suatu benda atau peristiwa terhadap suatu tanda. Misalkan kata banjir dalam kalimat “terjadi bencana banjir” adalah suatu peristiwa yang meneranggkan bahwa banjir diakibatkan oleh adanya hujan. (baca: Teori Difusi Inovasi)

  • Legisign

Lesigsign adalah norma yang terkandung dalam suatu tanda. Hal ini berkaitan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Misalkan tanda dilarang merokok menunjukan bahwa kita dilarang merokok pada lingkungan dimana tanda itu berada. Yang lebih umum lagi tentu saja adalah rambu lalu lintas, yang menunjukan hal-hal yang boleh dan tidak boleh kita lakukan saat berkendara. (baca: Teori Konstruksi Sosial)

B. Berdasarkan Objeknya

  • Ikon

ikon adalah tanda yang menyerupai bentuk objek aslinya aslinya. Dapat diartikan pula sebagai hubungan atara tanda dan objek yang bersifat kemiripan. Bahwa maksud dari ikon adalah memberikan pesan akan bentuk aslinya. Contoh yang paling sederhana dan banyak kita jumpai namun tidak kita sadari adalah peta.

  • Indeks

Indeks adalah tanda yang berkaitan dengan hal yang bersifat kausal, atau sebab akibat. Dalam hal ini tanda memiliki hubungan dengan objeknya secara sebab akibat. Tanda tersebut berarti akibat dari suatu pesan. Contoh yang umum misalkan asap sebagai tanda dari api. (baca: Teori Semiotika Ferdinand De Saussure)

  • Simbol

Simbol adalah tanda yang berkaitan dengan penandanya dan juga petandanya. Bahwa sesuatu disimbolkan melalui tanda yang disepakati oleh para penandanya sebagai acuan umum. Misalkan saja lampu merah yang berarti berhenti, semua orang tahu dan sepakat bahwa lampu merah menandakan berhenti.

Baca juga : Komunikasi Visual

C. Berdasarkan Interpretant

  • Rheme

Rheme adalah tanda yang memungkinkan ditafsirkan dalam pemaknaan yang berbeda-beda. Misalnya saja orang yang matanya merah, maka bisa jadi dia sedang mengantuk, atau mungkin sakit mata, iritasi, bisa pula ia baru bangun tidur atau bahkan bisa jadi dia sedang mabuk.(baca: Teori Komunikasi Kelompok)

  • Dicent sign atau dicisign

Dicent sign atau dicisign adalah tanda yang sesuai dengan fakta dan kenyataanya. Misalnya, saja disuatu jalan kampung banyak terdapat anak-anak maka di jalan tersebut dipasang rambu lalu lintas hati-hati banyak anak-anak. Contoh lain misalnya jalan yang rawan kecelakaan, maka dipasang rambu hati-hati rawan kecelakaan.

  • Argument

Argument adalah tanda yang berisi alasan tentang sesuatu hal. Misalnya tanda larangan merokok di SPBU, hal tersebut dikarenakan SPBu merupakan tempat yang mudah terbakar. (baca: Teori Pers)

10 Macam Tanda Menurut Peirce

berdasar pada klasifikasi diatas peirce merinci tanda-tanda dalam teori semiotikanya kedalam 10 macam tanda yaitu :

  1. Qualisign, dapat diartikan kualitas dari suatu tanda. Misalnya orang yang berbicara keras maka ia sedang marah, orang yang tertawa maka ia sedang bahagia. Misalnya juga warna merah yang menunjukan keberanian ataupun putih yang meunjukan kesucian, serta hitam yang menunjukan kejahatan.
  2. Inconic Sinsign, yakni tanda yang menunjukan suatu kemiripan. Misalnya foto, dan peta.
  3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda yang berkaitan dengan pengalaman langsung dimana keberadaanya disebabkan oleh suatu hal. Misalnya adalah jalur yang sering memakan korban karena kecelakaan maka dipasang tanda tengkorak yang menandakan jalur tengkorak dimana juga sering dipampang jumlah korbanya dengan tujuan agar yang melintasinya lebih hati-hati.
  4. Dicent Sinsign, yakni tanda yang menunjukan informasi tentang suatu hal. Misalnya rambu bergambar masjid atau SPBU yang menandakan bahwa tidak jauh lagi terdapat masjid maupun SPBU.
  5. Iconic Legisign, yakni tanda yang berupa perintah dan larangan yang erat kaitanya dengan norma atau hukum. Misalnya rambu lalu lintas yang memberikan kita perintah dan juga larangan guna menertibkan saat berkendara. (baca: Teori Efek Media Massa)
  6. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang merujuk pada objek tertentu. Misalnya gambar pada toilet yang menunjukan toilet untuk pria maupun wanita.
  7. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang merujuk pada subjeknya atas suatu informasi tertentu. Misalnya saat ada sebuah mobil yang menyalakan lamu hazard menunjukan bahwa mobil tersebut sedang mengalami masalah. (baca: Teori Fenomenologi)
  8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang menunjukan keterkaitan dengan objeknya secara umum terasosiasi dan disepakati. Misalnya saat kita melihat gambar mobil kita mengatakan bahwa itu gambar mobil dan orang lain pun demikian mengatakan hal yang sama.
  9. Dicent Symbol atau Proposition (porposisi) adalah tanda yang secara langsung menghubungkan antara objek dengan penangkapan otak. Misalnya seseorang mengatakan pada kita untuk keluar, maka kita langsung keluar dari tempat kita berada. Hal ini menunjukan bahwa tanda tersebut terhubung langsung dengan otak kita menjadi sebuah perintah yang kita laksanakan. (baca: Teori Uses and Gratifications)
  10. Argument, yakni tanda yang merupakan pendapat hasil berfikir seseorang atas suatu pertimbangan dan alasan tertentu. Misalkan seseorang mengatakan bahwa sebuah ruangan yang ia masuki memiliki nuansa yang terang. Maka terang disini telah dipertimbangkan olehnya atas berbagai pertimbangan, baik cahaya dan lain sebagainya yang menurutnya ruangan itu memang terang.

Baca juga :

Manfaat Mempelajari Teori Semiotika Charles Sanders Peirce

Dengan mempelajari teori Semiotika ini kita memperoleh banyak hal baru. Sebagai pembelajar komunikasi ternyata tanda juga dapat menjadi alat dalam berkomunikasi. Bahwa tanda ternyata juga memiliki makna yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sebagai pembelajar komunikasi mempelajari teori semiotika ini akan memantabkan keilmuan kita bahwasanya tanda dalam berbagai implementasi secara praktis dapat diaplikasikan dalam berbagai hal di kehidupan manusia.

Artikel Komunikasi Lainnya