10 Teori Komunikasi Kelompok Menurut Para Ahli dan Contohnya

Anwar Arifin (1984) berpendapat bahwa komunikasi kelompok merupakan salah satu jenis komunikasi yang terjadi dari beberapa individu dalam suatu kelompok seperti kegiatan rapat, pertemuan, konferensi, dan kegiatan lainnya.

Burgoon dalam buku karya Wiryanto (2005) juga memberikan pendapatnya bahwa komunikasi kelompok merupakan interaksi secara langsung dari beberapa individu untuk berbagi informasi dan mendiskusikan suatu masalah, di mana antar individu tersebut memliki keterikatan yang sama dalam interaksi tersebut. Keterikatan tersebut adalah, tujuan, fungsi, visi, dan misi dalam suatu kelompok tersebut. (Baca juga: Teknik Dasar Fotografi)

Jika disimpulkan dari kedua definisi tersebut adalah, bahwa komunikasi kelompok merupakan interaksi yang sedang berlangsung pada antar individu dengan segala prosedural dan susunan kegiatan yang jelas. Susunan dan prosedural tersebut telah ada di dalam visi dan misi juga tujuan dan fungsi dalam suatu kelompok.

Sesuatu yang baik memerlukan teori sebagai acuan sebagai bahan penelitian. Adapun 10 teori dalam komunikasi kelompok sebagai berikut:

1. Teori Keseimbangan (Heider)

Teori ini dikemukakan oleh Heider yang menjelaskan bahwa sesuatu yang tidak seimbang akan menimbulkan ketidakselarasan dan ketegangan sehingga menimbulkan tekanan dalam hubungan. Keadaan seimbang akan muncul bila hubungan antar ketiganya memiliki sifat positif dalam berbagai hal atau jika terdapat dua sifat negatif dan satu positif. Semua kombinasi lain adalah tidak seimbang.

Contoh:

A tergabung dalam suatu kelompok kecil. A merasa bahwa ia merupakan bagian dari kelompok tersebut, sehingga ia berusaha mencari beberapa informasi dari angota lainnya. Atau A juga berusaha membagikan informasi agar tercipta keseimbangan komunikasi dalam kelompok tersebut. (Baca juga: Media Komunikasi Modern)

2. Teori A-B-X Newcomb

Teori ini merupakan teori daya tarik antarindividu pada teori perubahan sikap ketika individu-individu tersebut gagal dalam mencapai keseimbangan ketika berkomunikasi dengan individu lain tentang sebuah objek yang penting. Dampaknya, dapat mengubah sikap baik kepada individu maupun pada objek agar terjadi keseimbangan. Semakin individu A tertarik pada individu atau kelompok lain, maka semakin besar perubahan pendapat individu A terhadap posisi individu atau kelompok B.

Contoh:

A dan B saling menyukai. Sikap A yaitu cuek terhadap penampilan, sedangkan B memiliki sikap yang memperhatikan penampilan (X). A, B, dan X saling bergantungan. (Baca juga: Etnografi Komunikasi)

3. Teori Perbandingan Sosial (Leon Festinger)

Teori ini dikemukakan oleh Leon Festinger yang membedakan antara fisik dengan sosial yang ada. Jika pendapat, sikap, dan keyakinan dapat diukur secara fisik, maka segala sesuatu tidak perlu adanya komunikasi. Namun, jika pendapat, sikap, dan keyakinan dilandasi oleh suatu peristiwa yang mudah diukur dengan beberapa bukti, maka segalanya memerlukan komunikasi.

Sehingga, hal ini dapat menyimpulkan bahwa komunikasi kelompok ada karena terdapat kebutuhan beberapa individu dalam membandingkan pendapat, sikap, keyakinan, dan kemampuan suatu individu dengan individu lain.

Dorongan untuk berkomunikasi tentang suatu kejadian dengan individu lain dalam suatu kelompok akan meningkat ketika individu menyadari bahwa individu tersebut tidak setuju dengan suatu kejadian tersebut, dan kejadian tersebut menjadi semakin penting ketika sifat ketertarikan kelompok mulai meningkat.

Baca juga:

Dua hal yang dibandingkan dalam teori ini yaitu pendapat (opinion) dan kemampuan (ablity). Namun, perubahan pendapat akan lebih mudah terjadi dibandingkan dengan perubahan kemampuan. (Baca juga: Cabang Ilmu Komunikasi)

Dan tiga hal inilah yang akan terjadi pada teori perbandingan sosial, yaitu di antaranya:

a. Dorongan untuk menilai pendapat dan kemampuan

Setiap individu akan memiliki dorongan untuk menilai pendapat dan kemampuan sendiri dengan cara membandingkannya dengan pendapat dan kemampuan individu lain, sehingga ia dapat mengetahui bahwa pendapatnya benar atau salah dan dapat mengukur kemampuannya sendiri. Menilai kemampuan pun ada dua macam cara yaitu:

  • Kemampuan individu dinilai secara obyektif seperti contohnya, seseorang dikur kemampuannya ketika menghitung perkalian. (Baca juga:Semiotika Komunikasi)
  • Kemampuan individu dinilai secara subyektif atau dengan opini seperti contohnya, seseorang diukur kemampuannya ketika melukis.

b.  Sumber penilaian

Pada umumnya, manusia akan menggunakan penilaian atau ukuran obyektif dalam mengukur kemampuan. (Baca juga: Teori Pers)

c. Memilih individu lain untuk membandingkan

Dengan adanya perbandingan dengan individu lain, maka akan menimbulkan banyak pilihan. Pada umumnya, manusia memilih individu lain yang sebaya seperti kerabat atau teman sebagai obyek perbandingan.

Contoh:

Postur tubuh individu dapat diukur secara obyektif, sedangkan sikap individu hanya dapat diukur secara subyektif atau pendapat.

Baca juga:

4. Teori Sosiometris (Moreno)

Teori ini adalah salah satu dari teori komunikasi kelompok yang dikemukakan oleh Moreno dan dikembangkan oleh Jennings dan para ahli lainnya. Teori ini berhubungan dengan daya tarik dan penolakan yang dirasakan pada suatu individu terhadap individu lain dengan adanya implikasi perasaan dalam pembentukan dan struktur suatu kelompok.

Ketika individu mulai tertarik dengan individu lain dan saling menempatkan diri pada kedudukan yang paling tinggi, maka individu tersebut akan lebih mendominasi untuk berkomunikasi dengan individu lain dalam suatu kelompok hingga terbentuk kubu-kubu yang saling membenci.

Contoh:

A dan B memiliki selera dan minat di bidang jurnalistik, sehingga C, D, dan lainnya memutuskan untuk membentuk kelompok jurnalistik. Juga sebaliknya, jika A dan B selera dan minatnya berbeda, maka mereka akan tidak saling setuju dalam membentuk suatu perkumpulan atau kelompok. (Baca juga: Jurnalistik Online)

5. Teori Percakapan Kelompok

Teori ini berkaitan dengan produktivitas kelompok juga upaya dalam mencapainya melalui masukan anggota, variabel perantara, dan keluaran anggota. Masukan anggota ini dapat dilihat dari segi perilaku, interaksi, dan harapan yang bersifat individu dalam kelompok. Sedangkan variabel perantara lebih kepada struktur keanggotaan, kebijakan, dan visi misi suatu kelompok. Untuk keluaran anggota ini merupakan sesuatu yang dihasilkan pada suatu kelompok.

Contoh:

Dalam suatu kelompok terdapat anggota yang berasal dari budaya yang berbeda. Yang satu berasal dari Jawa, sedangkan yang satunya lagi berasal dari Batak. Gaya berbicara orang Jawa cenderung kepada kelembutan sedangkan Batak cenderung kekasaran. Sehingga timbul konflik dalam kelompok tersebut karena kesalahpahaman antar individu. (Baca juga: Teori Agenda Setting)

6. Teori Pertukaran Sosial

Teori ini dilandasi oleh pandangan individu yang mengerti tentang sikap kelompok dengan melihat dari hubungan antar individu. Sehingga dapat dikatakan bahwa interaksi individu dapat melibatkan barang dan jasa, juga biaya dan imbalan dapat dipahami dalam situasi yang akan diterima agar mendapatkan respon dari beberapa individu selama interaksi sosial berlangsung.

Contoh:

Dua individu akan terjalin hubungan yang baik ketika mereka merasa saling diuntungkan. Dengan kata lain mereka mengalami win win solution alias saling mendapatkan keuntungan. Apabila salah satu dari mereka mendapat kerugian, akan terjadi disfungsi pertukaran komunikasi. Sehingga mengganggu kefektifan pertukaran sosial. (Baca juga: Kode Etik Wartawan)

7. Teori Kepribadian Kelompok

Teori Komunikasi Kelompok lainnya adalah teori kepribadian kelompok. Teori ini menjelaskan bahwa setiap kelompok cenderung pada populasi manusia atau individu yang ditinjau dari segi usia atau kemampuan. Sedangkan ciri-ciri dari kepribadian pada individu akan memungkinkan kelompok bertindak sebagai keseluruhan dan merujuk pada peran individu.

Dinamika kepribadian ini dapat diukur melalui sinergi individu. Sinergi ini yaitu kedudukan setiap individu dalam menjalankan tugasnya pada suatu kelompok. Walaupun pada umumunya, suatu kelompok lebih merujuk pada pemeliharaan keterpaduan sinergi dalam kelompok sehingga setiap individu dituntut untuk memiliki pendapat yang sama. (Baca juga: Teori Used and Gratification)

8. Teori Pemikiran Kelompok

Teori ini telah dikemukakan oleh Irving L. Janis yang mentakan bahwa terdapat adanya suatu kerangka atau model berpikir dalam suatu kelompok yang bersifat kohesif atau saling terpadu. Hal ini disebabkan oleh adanya situasi dimana suatu kelompok tersebut telah mengambil keputusan dalam kebijakan salah yang disebabkan oleh suatu tekanan, maka akan mengakibatkan turunnya efisiensi mental setiap individu dalam kelompok tersebut, sehingga terjadilah konflik dalam suatu kelompok karena perbedaan pendapat.

Contoh: Seorang yang bernama A merupakan ketua dari sebuah kelompok yang berjumlah delapan orang. Kemudian Ia membuat suatu keputusan hanya dengan 5 orang dari jumlah 8 orang. Dan 3 orang tersebut mau tidak mau harus setuju, namun tetap mengurangi efisiensi dari pekerjaan mereka.

Baca juga:

9. Teori Psikodinamika dari Fungsi Kelompok (Bion)

Teori ini dikemukakan pada tahun 1948 – 1951 yang melakukan uji coba melalui kelompok terapi. Teori ini menyimpulkan bahwa kelompok bukanlah sekadar kumpulan individu, melainkan suatu satuan dengan cirri dinamika dan emosi tersendiri yang berfungsi pada taraf berdasarkan kecemasan dan motivasi dalam individu.

Sigmund Freud mengungkapkan bahwa teori ini terdapat tiga kepribadian dalam suatu kelompok di antaranya:

  1. Kebutuhan dan motif (ID),
  2. Tujuan dan mekanisme (EGO), dan
  3. Keterbatasam (SUPEREGO)

Bion juga menambahkan, bahwa dalam teori ini terdapat tiga asumsi dasar di antara yaitu:

  1. Ketergantungan,
  2. Pasangan, dan
  3. Melawan-lari.

Baca juga:

10. Teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation (William C. Schultz)

Teori ini ditemukan pada tahun 1960 yang menjelaskan suatu hal yang mendasar pada perilaku komunikasi dalam kelompok kecil juga menjelaskan bagaimana suatu individu dalam memasuki kelompok karena terdapat tiga kebutuhan yaitu:

  • Inclusion: Keinginan individu untuk masuk ke dalam suatu kelompok. Individu tersebut akan terus berpikir bagaimana mereka berinteraksi dalam kelompok. Sehingga akan timbul dua kemungkinan yaitu sikap ia yang mendominasi atau sikap ia yang terlalu minoritas. (Baca juga: teori Komunikasi Organisasi)
  • Control: Sikap individu yang berusaha mengendalikan atau mengatur individu lain dalam kelompok sehingga akan timbul beberapa sikap di antaranya otokrat atau sikap yang mendominasi dan sikap abdikrat atau sikap yang lebih cenderung diam.
  • Affection: Sikap individu yang menginginkan keakraban emosional dari individu lain sehingga timbul sikap overpersonal atau sikap yang tidak dapat mengerjakan sesuatu karena kurangnya perhatian dan sikap unerpersonal atau sikap yang cuek dengan keadaan. (Baca juga: Sejarah Jurnalistik di Indonesia)

Cragan dan Wright pun memaparkan bahwa terdapat dua dimensi interpersonal yang mempengaruhi keefektifan suatu kelompok yaitu kebutuhan interpersonal dan proses interpersonal yang terdapat pada keterbukaan, percaya, dan empati. Setiap individu mengorientasikan diri kepada individu lain dengan cara tertentu dalam hubungan dengan individu lain dalam seuatu kelompok.

Demikian penjelasan lengkap terkait 10 Teori Komunikasi Kelompok lengkap dengan penjelasan serta contohnya.