7 Unsur-unsur Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi adalah sebuah proses dinamis dimana setiap orang bermaksud untuk berbagi apa yang ia nyatakan dengan orang lain melalui penggunaan simbol-simbol. Dapat kita lihat bahwa pengertian komunikasi yang telah disebutkan menggambarkan prinsip-prinsip komunikasi yang telah kita pahami bersama. Sebagai sebuah proses, tentunya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi, salah satunya adalah budaya. Tak dipungkiri bahwa komunikasi dan budaya memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Secara ilmiah hal ini ditunjukkan melalui beberapa pendekatan atau penelitian, yaitu :

  • Komunikasi internasional adalah istilah yang digunakan merujuk pada arus komunikasi diantara berbagai Negara, khususnya komunikasi antara pemerintahan.
  • Komunikasi lintas budaya secara teknis merujuk pada perbandingan fenomena lintas budaya.
  • Komunikasi pembangunan digunakan untuk merujuk pada studi komunikasi untuk mempromosikan pertumbuhan sosial dan ekonomi dalam Negara-negara berkembang.
  • Komunikasi antar budaya secara umum merujuk pada interaksi tatap muka diantara orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Melalui komunikasi antar budaya kita dapat menciptakan, memahami, dan mentransformasikan kebudayaan dan identitas.

Menurut Samovar dan Porter (1991), hubungan komunikasi dan budaya bersifat resiprokal dimana masing-masing memberikan dampak serta pengaruh satu sama lain. Semua yang kita bicarakan, bagaimana kita membicarakannya, apa yang kita lihat, apa yang kita tuju, apa yang kita tolak, bagaimana kita berpikir, dan hal apa yang kita pikirkan pikirkan dipengaruhi oleh budaya kita. Budaya tidak akan ada tanpa adanya komunikasi. Baik budaya maupun komunikasi tidak dapat mengalami perubahan tanpa menyebabkan perubahan bagi yang lainnya.

Pengertian Komunikasi Antar Budaya

Berikut adalah beberapa pengertian komunikasi antar budaya menurut baberapa ahli, diantaranya adalah :

  • Judith Martin dan Thomas Nakayama (2010) mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai komunikasi antara orang-orang dengan perbedaan identitas budaya. Lebih lanjut dinyatakan bahwa salah satu alasan kita mempelajari komunikasi antar budaya adalah untuk meningkatkan kepedulian diri.
  • E.M Rogers dan T.M Steinfart (1999) mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai pertukaran informasi antara individu yang tidak sama secara budaya.
  • Larry A. Samovar, dkk (2010) mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai interaksi antara orang-orang yang memiliki persepsi budaya dan sistem simbol yang berbeda untuk mengubah kegiatan komunikasi.

Baca : Teori Komunikasi Antar Budaya

Unsur-unsur Komunikasi Antar Budaya

Dalam Pengantar Ilmu Komunikasi telah diulas bahwa komunikasi yang efektif akan terjadi manakala kita memahami berbagai unsur yang menyokong kegiatan komunikasi. Sebagaimana unsur komunikasi politik, berikut adalah beberapa unsur komunikasi antar budaya yang meliputi people, messages, codes, channels, feedback, encoding dan decoding, serta noise.

1. Manusia – People

Dalam proses komunikasi manusia tentunya melibatkan beberapa orang yang masing-masing memiliki dua peran sekaligus yaitu sebagai sumber pesan dan sebagai penerima pesan. Yang dimaksud dengan sumber pesan adalah pihak yang menginisiasi sebuah pesan, dan yang dimaksud dengan penerima pesan adalah pihak yang menjadi target pesan.

Setiap individu tidaklah menampilkan kedua peran ini secara independen. Melainkan, mereka berperan sebagai sumber pesan dan penerima secara simultan dan berkesinambungan. Baik sumber pesan atau penerima pesan tidak merespon semua pesan secara seragam atau menyampaikan pesan dengan cara yang sama. Baik sumber pesan maupun penerima pesan memiliki karakteristik individu seperti ras, jenis kelamin, usia, budaya, nilai-nilai, dan sikap yang mempengaruhi orang lain dalam mengirim dan menerima pesan.

2. Pesan – Message

Pesan dalam komunikasi antar budaya dapat berupa pesan verbal dan pesan nonverbal sebagai bentuk dari gagasan atau ide, pemikiran, ataupun perasaan yang sumber pesan ingin sampaikan atau komunikasikan kepada orang lain atau sekelompok orang yakni penerima pesan. Pesan adalah sebuah isi dari interaksi yang termasuk didalamnya berupa simbol-simbol (kata-kata atau frasa) yang digunakan untuk mengkomunikasikan berbagai gagasan yang disertai dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, gesture, kontak fisik, nada suara, dan kode-kode nonverbal lainnya. Pesan dapat disampaikan secara singkat dan mudah untuk dimengerti atau bahkan disampaikan dengan lebih panjang dan sangat kompleks.

3. Media/Saluran – Channel

Yang dimaksud dengan channel adalah saluran atau media yang menjadi alur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Sebuah pesan bergerak dari satu tempat ke tempat lain, atau dari satu orang ke orang lain melalui sebuah media atau channel. Saluran atau media komunikasi dapat berupa gelombang udara, gelombang suara, kabel dan lain-lain.

Baca :  Pengertian Media Menurut Para Ahli

4. Umpan Balik – Feedback

Feedback atau umpan balik adalah tanggapan yang diberikan oleh penerima pesan yang berupa tanggapan verbal ataupun tanggapan nonverbal. Idealnya, kita merespon pesan yang disampaikan oleh orang lain dengan memberikan umpan balik sehingga sumber pesan mengetahui bahwa pesan telah diterima. Umpan balik adalah bagian dari berbagai situasi komunikasi. Walupun tidak memberikan respon atau diam, itupun sebenarnya adalah bentuk umpan balik.

5. Kode – Code

Yang dimaksud dengan kode adalah sebuah susunan sistematis dari simbol-simbol yang digunakan untuk menciptakan makna di dalam pikiran orang atau orang lain. Simbol-simbol yang dimaksud dapat berupa kata-kata, frasa, dan kalimat yang digunakan untuk membangkitkan atau menciptakan gambar, pemikiran, dan ide di dalam kikiran orang lain. Sebuah computer umumnya membawa pesan-pesan melalui kode biner pada kabel atau serat optic. Hal yang sama dapat kita lakukan dengan orang lain dengan menggunakan sebuah kode yang disebut dengan bahasa.

Baca : Komunikasi Nonverbal

Terdapat dua kode yang digunakan dalam komunikasi antar budaya, yaitu kode verbal dan kode nonverbal. Kode verbal terdiri dari simbol-simbol dan susunan gramatikal. Semua bahasa adalah kode. Kemudian, kode nonverbal terdiri atas simbol-simbol yang bukan berupa kata-kata termasuk didalamnya bahasa tubuh, ruang dan waktu, pakaian, dan lain-lain. Kode nonverbal bukanlah kode non-oral. Semua kode non-oral seperti gerakan tubuh adalah kode nonverbal. Kode nonverbal meliputi kode oral seperti suara, durasi, pitch, dan lain-lain.

Baca :

6. Encoding dan Decoding

Proses komunikasi dapat dilihat sebagai encoding dan decoding. Encoding didefinisikan sebagai sebuah proses mengartikan atau menyandi sebuah ide atau pemikiran ke dalam sebuah kode. Decoding adalah proses memberikan makna terhadap ide atau pikiran.

Baca :

7. Gangguan – Noise

Dalam suatu proses komunikasi, noise atau ganguan adalah segala bentuk interferensi dalam proses encoding dan decoding yang mengurangi kejelasan sebuah pean. Gangguan dapat bersifat fisik seperti suara yang sangat keras atau sebuah perilaku yang tidak biasa misalnya seseorang yang berdiri terlalu dekat dengan kita sehingga kita merasa tidak nyaman. Gangguan juga dapat berupa gangguan mental, psikologis, atau semantic. (Baca : Hambatan-hambatan komunikasi)

Pemahaman tentang berbagai unsur dalam komunikasi antar budaya merupakan salah satu jalan yang dapat mengantarkan kita memiliki kompetensi komunikasi antar budaya.

Budaya dan Co-cultures

Menurut Pearson dkk (2009), yang dimaksud dengan budaya adalah sebuah kombinasi yang unik dari berbagai ritual, religi, kepercayaan, cara berpikir, dan cara menyatukan sekelompok orang. Sementara itu, yang dimaksud dengan co-cultures adalah sebuah kelompok yang ada dalam budaya yang lebih besar, yang dominan, tetapi memiliki karakteristik yang berbeda secara signifikan dari budaya dominan. Misalnya, orang Indonesia yang pindah ke Amerika, berarti ia pindah dari sebuah budaya (Indonesia) ke sebuah co-culture (orang Indonesia di Amerika). Imigrasi orang Indonesia ke Amerika adalah salah satu bentuk kontak budaya.

Baca : Komunikasi Bisnis

Umumnya, mereka yang berimigrasi ke Negara lain selalu mengalami yang namanya gagar budaya atau culture shock. Menurut Pedersen (1995) proses terjadinya culture shock melalui 5 (lima) tahapan, yaitu :

  • Euphoria inisial atau tahapan bulan madu dimana segala sesuatunya adalah baru dan sangat menarik.
  • Disintegrasi, iritasi, dan permusuhan karena perbedaan pengalaman dalam budaya baru
  • Reintegrasi petunjuk baru dan berkembangnya kemampuan untuk menjadi bermanfaat dalam budaya baru
  • Penyesuaian bertahap terhadap otonomi dan menyadari elemen-elemen baik dan buruk baik di rumah maupun di tempat yang baru
  • Interdependensi resiprokal dalam artian orang telah mencapai bikulturalisme melalui kemampuan untuk mencapai rasa nyaman baik di rumah maupun budaya baru (Jandt, 2009 : 403).

Baca : Komunikasi Gender

Bagi para imigran, perkembangan fungsional dan kesesuaian psikologis ke dalam budaya baru disebut sebagai akulturasi. Menurut Young Yun Kim dalam Jandt (2009 : 403) terdapat beberapa faktor yang dapat membuat para imigran berhasil dalam proses akulturasi, yaitu kesamaan budaya serta karakteristik dan pengalaman pribadi. Sementara itu, Berry, Kim, dan Boski (1987) menggambarkan proses akulturasi dalam hbungannya dengan dua dimensi nilai yaitu nilai yang ditempatkan untuk menjaga identitas budaya sendiri serta nilai yang diberikan untuk mengembangkan hubungan dengan kelompok lain dalam budaya baru.

Hasil proses akulturasi dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, yaitu :

  • Marjinalisasi mengacu pada hilangnya identitas budaya dan tidak memiliki kontak psikologis dengan masyarakat luas.
  • Separasi dan segregasi mengacu pada menjaga budaya sendiri dan tidak turut serta dalam budaya baru.
  • Asimilasi sebagai hasil meleburnya identitas sendiri dan ikut serta secara penuh ke dalam budaya baru.
  • Integrasi yaitu menjaga bagian-bagian penting budaya sendiri setelah menjadi bagian integral dari budaya baru.

Baca :

Kompetensi Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain yang berbeda secara budaya seringkali diasosiasikan dengan adanya tanggapan emosional yang menuju pada kecemasan. Di era globalisasi seperti sekarang ini, kita dituntut untuk siap bertemu dengan orang-orang yang memiliki perbedaan bahasa, kebiasaan yang tidak biasa, perbedaan dalam gaya berkomunikasi dan lain-lain. Untuk itu kita harus mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan preferensi pribadi agar dapat diterima atau hanya untuk bertahan. Yang dimaksud dengan kompetensi komunikasi antar budaya adalah perilaku yang sesuai dan efektif dalam konteks yang diberikan (Spitzberg dalam Samovar, 2010 : 384).

Komponen Kompetensi Komunikasi Antar Budaya

Menurut Larry A. Samovar, dkk (2010), sebagian besar penelitian dalam ranah kompetensi komunikasi antar budaya menyebutkan bahwa terdapat 5 (lima) komponen kompetensi yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara lebih efetif dan sesuai dalam budaya lain. Kelima komponen tersebut adalah sebagai berikut :

  • Motivasi untuk berkomunikasi

Dalam kompetensi komunikasi antar budaya, motivasi berkomunikasi terkait dengan keinginan seseorang untuk memperbaiki kemampuan berkomunikasi. Sebagai seorang komunikator yang termotivasi, kita harus memperlihatkan minat, membuat usaha untuk berbicara dan memahami serta memberikan bantuan. Kita juga harus memperlihatkan bahwa kita ingin berhubungan dengan orang lain pada tingkatan personal dan memiliki perspektif internasional ketika berinteraksi dengan orang lain yang berbeda budaya. Agar komunikasi antar budaya menjadi komunikasi yang efektif, maka kita harus termotivasi untuk keluar dari batasan pribadi dan berusaha untuk belajar tentang pengalaman orang lain yang bukan merupakan bagian dari hidup kita. Memiliki motivasi untuk berkomunikasi adalah sebuah langkah pertama yang sangat penting untuk mengatasi kekerasan dan konflik.

  • Pengetahuan budaya yang sesuai

Maksudnya adalah bahwa kita memiliki kepedulian diri dan memahami berbagai peraturan, norma-norma, dan harapan yang terkait dengan budaya seseorang dengan siapa kita berinteraksi. Misalnya, dalam bidang komunikasi kesehatan. Seorang perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang perbedaan budaya karena apabila tidak dapat menimbulkan kesalahpahaman atau kesalahan dalam menginterpretasi apa yang ingin dikomunikasikan oleh pasien. Hal ini dapat meyebabkan seorang pasien tidak mendapatkan perawatan terbaik.

Setidaknya terdapat dua macam pengetahuan yang kita perlukan agar memiliki kompetensi yang utuh, yaitu pengetahuan akan isi dan pengetahuan akan prosedural. Yang dimaksud dengan pengetahuan akan isi adalah pengetahuan tentang tema, kata, makna, dan lain-lain yang diperlukan dalam sebuah situasi. Sementara itu, yang dimaksud dengan pengetahuan akan prosedural adalah mengetahui bagaimana kita merancang, merencanakan, dan menampilkan pengetahuan tersebut dalam situasi khusus.

  • Keterampilan komunikasi yang sesuai

Sebagai seorang komunikator antar budaya yang kompeten, maka kita harus dapat mendengar, mengamati, menanalisa, menginterpretasikan, serta menerapkan beberapa perilaku tersebut ke dalam sebuah sikap atau kelakuan yang dapat membuat kita mencapai tujuan yang kita inginkan.

  • Sensitivitas

Kompetensi komunikasi yang diperlukan oleh partisipan adalah memiliki rasa kepekaan terhadap orang lain atau budaya lain yang disajikan dalam sebuah interaksi. Sensitivitas mencakup menjadi fleksibel, sabar, empati, terbuka terhadap perbedaan, minat terhadap budaya lain, dan nyaman dengan orang lain.

  • Karakter

Jika kita tidak diterima oleh orang lain sebagai seseorang yang memiliki karakter yang baik maka kesempatan kita untuk meraih kesuksesan akan berakhir. Intinya adalah, bagaimana kita bertindak diluar berbagai pilihan yang ada ketika kita berinterkasi dengan orang lain yang berbeda budaya. Hal ini biasanya terkait dengan karakter dapat dipercaya, misalnya kejujuran, hormat, keadilan, dan kemampuan dalam membuat berbagai pilihan yang baik.

Baca : Etika Komunikasi

Manfaat Mempelajari Unsur-Unsur Komunikasi Antar Budaya

Mempelajari berbagai unsur komunikasi antar budaya dapat memberikan manfaat bagi kita agar komunikasi yang efektif dapat tercapai. Selain itu, kita dapat memahami bagaimana menjadi seorang komunikator dari komunikasi antar budaya yang memiliki kompetensi.

Demikianlah uraian singkat tentang unsur-unsur komunikasi antar budaya yang terdiri dari pengirim pesan, penerima pesan, pesan, media, umpan balik, kode, encoding dan decoding, serta gangguan. Semoga dapat memperkaya wawasan kita tentang komunikasi antar budaya, kompetensi komunikasi antar budaya, serta ilmu komunikasi pada umumnya. Semoga bermanfaat.

[toggle title=Artikel Komunikasi Lainnya