Komunikasi Kesehatan merupakan sebuah proses pertukaran atau penyampaian informasi atau pesan yang berhubungan dengan kesehatan. Biasanya, komunikasi ini dilakukan oleh dokter atau perawat kepada pasien, pasien dengan dokter atau perawat, bahkan bisa juga dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Komunikasi ini, dapat pula kita temui pada tempat atau area kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, tempat praktek dokter, dan tempat-tempat lain yang berhubungan dengan kesehatan. Ketika melakukan komunikasi kesehatan dengan dokter maupun perawat, komunikasi ini sering kali menggunakan Teknik Komunikasi Terapeutik ataupun Teknik Komunikasi Persuasif. Ini terjadi karena, komunikasi kesehatan memiliki kemiripan dengan Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan.
Beberapa kemiripan tersebut diantaranya adalah Karakteristik Komunikasi Terapeutik yang mirip dengan karakteristik komunikasi kesehatan hingga Komponen Komunikasi Terapeutik yang mirip dengan Unsur-unsur Komunikasi Kesehatan. Beberapa unsur tersebut adalah :
- Sumber atau komunikator
- Penerima atau komunikan
- Pesan atau Informasi
- Media atau alat penyampaian
- Pengaruh atau efek yang ditimbulkan
- Feed back atau umpan balik
- Lingkungan komunikasi hingga gangguan komunikasi
Seiring perkembangan jaman, komunikasi kesehatan juga dapat kita temui ketika kita membaca sebuah tulisan atau artikel kesehatan secara online. Penyebaran informasi kesehatan melalui media online sekarang ini juga didukung oleh begitu pesatnya perkembangan teknologi, sehingga dimana saja dan kapan saja kita dapat membaca informasi kesehatan tanpa harus menghubungi dokter ataupun perawat. Meskipun disebarkan dan diinformasikan melalui berbagai media seperti media online, komunikasi kesehatan tidaklah boleh melupakan Konsep Moral dalam Komunikasi Keperawatan, karena konsep ini sangat berhubungan dengan prinsip komunikasi kesehatan.
Prinsip Komunikasi Kesehatan
Prinsip merupakan sebuah dasar atau awal dari informasi yang dianggap sebagai kebenaran baik secara umum ataupun individu. Prinsip dijadikan juga sebagai pedoman. Komunikasi adalah proses tukar menukar informasi ataupun pesan antar individu atau kelompok. Sedangkan kesehatan adalah keadaan tubuh, jiwa, sosial dan ekonomi seseorang yang berada dalam kondisi baik, sejahtera, aman sentosa.
Dari pengertian tersebut, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa prinsip komunikasi kesehatan adalah sebuah dasar yang digunakan untuk menyebarkan informasi mengenai keadaan ataupun kondisi seseorang. Apa sajakah Prinsip – prinsip komunikasi kesehatan tersebut?
1. Informasi benar, valid dan dapat dipertanggung jawabkan
Prinsip komunikasi kesehatan yang paling dasar dan paling penting adalah informasi yang disebarkan haruslah benar adanya, tidak ditambah atau dikurangi dan dapat dipertanggung jawabkan. Kenapa? karena komunikasi kesehatan memiliki fungsi utama untuk menyebarkan informasi mengenai kesehatan yang tidak jarang akan membahas kondisi kesehatan seseorang, obat-obatan, hingga dosis pemakaian obat. Atas dasar itulah, komunikasi kesehatan yang dilakukan tidak boleh mengandung kebohongan dan informasi palsu.
Contohnya adalah :
- Ketika AA berkonsultasi dengan dokter mengenai kesehatannya, maka dokter harus menjawab setiap pertanyaan AA dengan jujur, benar dan dapat dipertanggung jawabkan.
- Ketika komunikasi kesehatan menggunakan media Komunikasi Online, maka segala informasi yang disebarkan haruslah dapat dipertanggung jawabkan, karena mungkin saja ketika seseorang membaca informasi tersebut, maka orang tersebut akan mengikutinya.
2. Komunikasi adalah penyampaian informasi dengan simbol
Komunikasi merupakan sebuah simbol yang digunakan untuk memberikan dan menyebarkan informasi. Prinsip yang satu ini akan menuntun orang-orang dibidang kesehatan untuk sanggup dan mampu menggunakan berbagai simbol yang ada, seperti kata-kata, gestur tubuh, perilaku, mimik wajah, hingga penggunaan alat bantu komunikasi lainnya. Dengan prinsip ini pula, komunikasi kesehatan akan mampu dilakukan meskipun informasi yang dibahas adalah mengenai kondisi kesehatan seseorang yang buruk atau tidak tertolong dan lain sebagainya.
Contohnya adalah :
- Ketika AA meninggal sewaktu tindakan operasi, dan ketika dokter keluar ruangan dengan wajah sedih serta intonasi suara yang sangat halus, maka keluarga AA akan mengetahui bahwa AA sudah meninggal.
- Ketika membahas kesehatan seseorang, maka intonasi suara yang dikeluarkan oleh penyampai informasi haruslah lemah lembut, agar penerima informasi dapat menerima informasi tersebut meskipun informasi tersebut adalah informasi yang mengandung kesedihan.
3. Perilaku mempengaruhi komunikasi
Perilaku seseorang yang bertindak dalam menyampaikan pesan kesehatan, haruslah mencerminkan sikap dan perilaku orang – orang yang peduli dengan kesehatan. Perilaku yang baik adalah salah satu Cara Mengatasi Kesalahan Persepsi atau tanggapan yang salah dari penerima informasi. Oleh sebab itu, pemberi informasi haruslah dapat menjadi contoh atau panutan dari penerima informasi. Perilaku penyampai informasi juga akan memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan komunikasi yang sedang dilakukan.
Contohnya adalah :
- Ketika AA memberikan informasi kesehatan mengenai bahaya merokok kepada orang banyak pada sebuah seminar, tapi tidak lama seminar berlangsung atau sebelum peserta seminar pergi, AA malah merokok. Tentunya, peserta seminar akan menjadi tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh AA.
4. Hubungan atau ikatan
Kesehatan tidaklah menjadi hal utama yang diperhatikan oleh orang banyak, terutama yang kehidupannya memiliki jadwal yang padat. Oleh sebab itu, komunikasi kesehatan lebih efektif ketika dilakukan oleh orang – orang yang memiliki hubungan atau ikatan. Hubungan atau ikatan yang sudah terjalin akan membuat komunikasi lebih saling menghargai dan saling menerima dan menjadi Cara Berkomunikasi dengan Baik. Selain itu, hubungan juga akan membuat potensi keberhasilan komunikasi kesehatan menjadi lebih besar.
Contohnya adalah :
- Ketika AA terlalu sibuk bekerja dan melupakan kesehatannya, kemungkinan terbesar AA untuk mau menjaga kesehatannya adalah karena dibujuk oleh keluarganya.
- Ketika dokter ingin memberikan informasi kesehatan AA, tapi tidak memungkinkan untuk memberitahukannya langsung dengan AA, maka pilihan utama adalah berbicara dengan orang yang memiliki hubungan dengan AA.
5. Etika penyampaian
Prinsip komunikasi kesehatan yang selanjutnya adalah etika penyampaian informasi, baik secara langsung, melalui perantara atau menggunakan Macam-macam Media Komunikasi. Etika penyampaian berhubungan pula dengan isi atau dimensi pesan yang akan disampaikan. Ketika pemberi informasi memiliki etika penyampaian yang baik, maka informasi kesehatan yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik pula.
Contohnya adalah :
- Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, maka utamakan sopan santun, pemilihan kata yang tidak menggangu perasaan hingga kepada intonasi suara yang lembut.
6. Penempatan diri
Prinsip komunikasi kesehatan yang berikutnya adalah penempatan diri. Penempatan diri, secara tidak langsung akan memaksa penyampai informasi atau penerima informasi untuk dapat menempatkan dirinya pada tempat yang benar. Tujuannya adalah untuk meminimalisir salah tafsir bagi orang yang mendengar informasi tersebut atau menjaga perasaan seseorang yang sedang dibicarakan. Selain itu, penempatan diri akan memberikan citra positif dimata penerima informasi diberbagai situasi dan menjadi salah satu Cara Komunikasi Efektif dengan Pasien.
Contohnya adalah :
- Tenaga kesehatan harus mampu menempatkan dirinya dalam berbagai situasi, misalnya pada keluarga yang sedang berduka, atau pada keluarga dengan situasi bahagia dan pada situasi keluarga kaya atau keluarga tidak mampu.
7. Kesempatan
Komunikasi kesehatan yang terjadi, tidak terlepas dari berbagai kesempatan yang ada seperti waktu, hari, tempat atau dengan siapa komunikasi tersebut berlangsung. Oleh sebab itu, pemberi informasi pada komunikasi kesehatan harus mampu melihat, memilih berbagai kesempatan yang ada dan menentukannya secepat mungkin kapan informasi tersebut akan disampaikan agar Proses Komunikasi Efektif.
Contohnya :
- Ketika akan melakukan komunikasi kesehatan sebagai bagian dari sosialisasi atau penyuluhan, maka pemberi informasi harus mampu untuk memilih tempat dan waktu pelaksanaan, serta mampu untuk menentukan materi yang akan dibawakan.
- Ketika akan menyampaikan informasi yang mengandung kesedihan, maka penyampai informasi harus mampu menentukan kepada siapa, dimana, dan kapan waktunya informasi tersebut disampaikan.
8. Pertimbangkan Efek
Komunikasi kesehatan yang dilakukan juga harus mampu untuk mempertimbangkan efek yang akan muncul setelah komunikasi terjadi. Caranya adalah dengan menyusun kata – kata dengan baik dan memprediksi efek atau apa hasil yang mungkin saja akan terjadi terkait dengan informasi yang diucapkan. Ketika pemberi informasi dapat memprediksi dan mempertimbangkan efek yang akan terjadi, maka komunikasi kesehatakan akan berjalan dengan baik serta menghasilkan efek yang baik pula. Selain itu, pemberi informasi akan mampu untuk mengatasi Pengaruh Efektivitas Komunikasi dalam Integrasi Sosial yang tidak diharapkan.
Contohnya adalah :
- Ketika melakukan penyuluhan demam berdarah yang diselingi dengan penjualan obat pencegah perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah. Efek yang terjadi adalah, masyarakat hanya mau mendengar penyuluhan tapi tidak membeli obat pencegah nyamuk atau masyarakat hanya sedikit yang membeli obat pencegah nyamuk.
Dengan contoh diatas, maka penyuluh harus mampu untuk menyusun materi yang akan membuat masyarakat bukan hanya mengikuti penyuluhan tapi juga tertarik membeli obat pencegah nyamuk.
9. Tahap komunikasi
Tahap-tahap Komunikasi yang Efektif pada komunikasi kesehatan juga harus dipertimbangkan dengan baik, mulai dari pemilihan kata, penyampaian kata, kritik atau saran, pesan – pesan atau himbauan hingga kepada kesimpulan dan pemberian motivasi atau semangat. Selain tahap tahap komunikasi tersebut, sistem komunikasi seperti pemilihan informasi, tujuan, orang yang menyampaikan informasi hingga lingkungan, tempat penyampaian informasi, pola pikir dan berbagai hal lainnya juga harus diperhatikan dengan baik. Jangan sampai karena proses perencanaan tahapan yang buruk, informasi malah mendapat Gangguan Makna dalam Komunikasi.
Contohnya adalah :
- Ketika menyampaikan informasi pesan terhadap peserta usia muda atau anak – anak, maka buatlah tempat komunikasi semenarik dan seunik mungkin serta buatlah metode penyampaian informasi yang mudah dimengerti oleh anak – anak.
10. Sosial – Budaya
Ketika komunikasi kesehatan dilakukan kepada masyarakat dengan berbagai berlatar belakang mulai dari tingkat sosial, budaya bahkan kepercayaan, cenderung lebih sulit untuk dilakukan dari pada komunikasi kesehatan dengan latar belakang yang hampir sama. Oleh sebab itu, pemberi informasi kesehatan harus memiliki Cara Mengatasi Gap Komunikasi kesehatan ketika hal tersebut terjadi. Caranya adalah dengan menggunakan bahasa daerah, menggunakan simbol, atau mengajak para tokoh agama dan lain sebagainya.
11. Sifat Komunikasi Nonsekuensial
Komunikasi kesehatan memiliki sifat komunikasi nonsekuensial atau Komunikasi Dua Arah, dengan pengertian bahwa pemberi informasi dapat menjadi penerima dan penerima informasi dapat menjadi pemberi informasi meskipun tidak begitu dominan dan lebih sering menggunakan Komunikasi Nonverbal. Karena prinsip inilah, seseorang yang bertindak sebagai pemberi informasi kesehatan harus mampu untuk menangkap pesan yang diberikan oleh penerima informasi secara nonverbal seperti anggukan kepala, gerak tubuh, tatapan mata hingga ekspresi wajah.
12. Sifat Dinamis dan Prosesual
Komunikasi kesehatan biasanya akan selalu berkesinambungan atau Prosesual dan selalu berkembang atau dinamis seiring dengan berjalannya komunikasi. Oleh sebab itu, pemberi informasi kesehatan harus mampu untuk mendesign dan menjalankan komunikasi dengan baik, memiliki suasana yang cair dan terjadi pertukaran informasi. Dengan prinsip ini, pesan atau informasi kesehatan akan mudah untuk diterima dan diingat oleh penerima informasi. Selain itu, penerima informasi akan merasa memiliki hubungan yang kuat dengan pemberi informasi sehingga komunikasi kesehatan dapat berjalan secara berkesinambungan.
13. Ucapan Tidak Dapat Ditarik
Jika pada Komunikasi Bisnis atau Komunikasi Politik ucapan yang dikeluarkan dapat ditarik kembali, maka pada komunikasi kesehatan ucapan tidak dapat ditarik lagi karena komunikasi kesehatan memiliki sifat Irreversibel. Oleh sebab itu setiap informasi yang diucapkan harus dipertimbangkan setiap aspeknya, mulai dari kebenaran informasi, efek informasi, hingga risiko yang akan ditimbulkannya.
Contohnya adalah : Ketika seorang dokter berbicara dan memberikan informasi mengenai berbagai obat-obatan beserta dengan dosisnya, tidaklah etis dan tidak pantas apabila dokter tersebut salah dalam memberikan informasi dan menarik kembali ucapannya.
14. Komunikasi bukan Panasea
Prinsip yang satu ini mengajarkan kepada siapa saja yang melakukan komunikasi kesehatan bahwa komunikasi bukanlah panasea atau obat atau jalan keluar bagi setiap permasalahan. Namun, komunikasi hanyalah bertindak untuk mencari obat atau jalan keluar terhadap sebuah penyakit.
Contohnya adalah :
- Ketika AA mengidap suatu penyakit, maka jangan pernah katakan dengan mengikuti terapi B, terapi C atau dengan menggunakan obat D atau obat E, maka penyakit akan sembuh. Tapi katakanlah bahwa dengan melakukan terapi B, C dan menggunakan obat D, E mudah-mudahan kesehatan AA segera pulih. Tujuannya adalah untuk tidak memberikan harapan yang terlalu tinggi bagi orang lain.
15. Anggap Lawan Bicara Sama
Dengan menganggap lawan bicara memiliki kesamaan mulai dari ekonomi, kedudukan, status dan budaya, maka pemberi informasi akan mampu untuk berkomunikasi dengan baik. Tapi ketika pemberi komunikasi menganggap dirinya lebih tinggi dari penerima informasi, maka yang keluar adalah sifat angkuh, sombong dan sebagainya.
Demikianlah penjelasan kami mengenai prinsip komunikasi kesehatan pada tulisan kali ini, semoga tulisan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kamu semua. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya.