Teori Penetrasi Sosial – Asumsi – Konsep – Kritik

Ketika kita memasuki lingkungan yang baru seperti menjadi mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi, tentunya kita akan berusaha untuk mengenal siapa yang menjadi teman seangkatan kita nantinya. Karena biasanya sebagai mahasiswa baru kita dituntut untuk dapat mengenal satu sama lain dan bekerja sama dengan orang yang baru saja kita kenal. Bagaimana usaha yang kita lakukan untuk mengenal teman-teman seangkatan itu? Menyapa, mengenalkan nama, dan berjabat tangan, betul? Ya, seperti itulah cara kita berkenalan pada umumnya. Jika dikaitkan dengan ilmu komunikasi yang kita pelajari sekarang, maka dapat dikatakan bahwa proses perkenalan itu dapat terjadi karena kita menggunakan komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal.

Baca juga : Pengantar Ilmu Komunikasi – Psikologi Komunikasi.

Dengan komunikasi kita dapat saling berkenalan serta berbagi pengalaman dengan orang lain. Namun semuanya jelas membutuhkan waktu dan usaha. Kita tidak akan dapat mengenal seseorang hanya dalam hitungan detik, bahkan setelah kita kenal bertahun-tahun pun belum tentu kita benar-benar mengenal serta memahami orang itu. Karena, sebagaimana kita, orang juga tidak mungkin terbuka seratus persen dan mengungkapkan dirinya ke seluruh dunia. Kita hanya berani terbuka hanya kepada orang-orang terdekat seperti keluarga, sahabat, atau pasangan hidup. Hal inilah yang coba digambarkan oleh Irwin Altman dan Dalmas A. Taylor melalui teori penetrasi sosial atau onion theory karena proses kita mengenal orang lain bagikan sebuah bawang yang memiliki sejumlah lapisan yang dapat dikupas. Teori ini dirumuskan untuk memahami relationship development antar individu.

Baca juga:

Irwin Altman dan Dalmas A. Taylor menyatakan bahwa suatu hubungan selalu melibatkan perbedaan tingkatan kedekatan atau derajat penetrasi sosial. Teori penetrasi sosial menyatakan bahwa relationship development dapat terjadi utamanya melalui self-disclosure atau pengungkapan diri. Teori ini juga disokong oleh berbagai asumsi yang menyatakan bahwa relationship development bersifat sistematis dan dapat diprediksi. Melalui pengungkapan diri atau self-disclosure, relationship development akan berjalan dari lapisan terluar ke lapisan terdalam yang merupakan lapisan yang memiliki derajat kedekatan lebih tinggi. Dapat dikatakan bahwa self-disclosure atau pengungkapan diri merupakan langkah utama untuk membawa suatu hubungan ke derajat hubungan yang lebih dekat.

Baca juga:

Sejarah

Di akhir tahun 1960an dan awal 1970an, kehidupan sosial di Amerika Serikat mengalami perubahan, orang mulai menempatkan lebih banyak penekanan pada keterbukaan dan kebebasan relasional dalam hubungan personal mereka. Dalam merespon adanya perubahan budaya, para peneliti mengembangkan beberapa teori untuk mengeksplorasi bagaimana keterbukaan dan self-disclosure meningkatkan derajat keintiman dalam hubungan. Menurut pandangan situasional komunikas interpersonal, dimana komunikasi interpersonal terjadi ketika sejumlah kecil orang berkomunikasi secara tatap muka telah digantikan dengan sebuah pandangan baru. Pandangan baru itu menyatakan bahwa sejumlah orang dan lingkungan fisik tidak lagi penting dibandingkan dengan siapa yang menjadi mitra relasi bagi satu sama lain dan bagaimana dan apa yang mereka komunikasikan.

Baca juga:

Selama periode itu, beberapa ahli psikologi yaitu Irwin Altman dan Dalmas A. Taylor mengembangkan teori penetrasi sosial untuk membantu kita memahami bagaimana self-disclosure atau pengungkapan diri memfasilitasi kedekatan hubungan dan tahapan-tahapan yang harus dilalui masing-masing individu agar dapat berjalan sebagaimana mereka bergerak dari derajat kedekatan yang minim ke hubungan yang lebih dekat lagi. Kesamaan antara teori penetrasi sosial dengan teori pengurangan ketidakpastian adalah bahwa teori penetrasi sosial merupakan sebuah teori ilmiah dari paradigma post-positivisme.

Baca juga : Proses Komunikasi Interpersonal – Etika Komunikasi Antar Pribadi.

Dalam bukunya, Social Penetration : The Development of Interpersonal Relationships, mereka memulai inti gagasannya yang menyatakan bahwa relational development adalah sebuah proses dimana salah satu pihak yang termasuk dalam serangkaian tahapan yang meningkatkan kedekatan individu untuk lebih mempelajari terkait informasi tentang mitra mereka. Beberapa tahun kemudian, Mark Knapp mempublikasikan buku yang berjudul Social Intercourse : From Greeting to Goodbye dimana ia mengembangkan beberapa gagasan Alman dan Taylor untuk mengidentifikasi dan menggambarkan tahapan kebersamaan dan keberpisahan yang secara khusus mencirikan sebuah hubungan yang intim.

Baca juga :

Asumsi

Menurut Richard West (2013), teori penetrasi sosial memiliki 4 (empat) asumsi utama, yaitu :

  1. Relationship development bergerak dari lapisan superfisial ke lapisan yang lebih dekat hubungannya.
  2. Hubungan interpersonal dibangun dalam lingkungan yang sistematis dan dapat diprediksi
  3. Relational development dapat berjalan balik yang menghasilkan de-penetrasi dan disolusi.

Baca juga:

Konsep Dasar

Terdapat dua konsep dasar dalam teori penetrasi sosial, yaitu pengungkapan diri atau self-disclosure dan timbal-balik atau reciprocity.

A. Pengungkapan diri atau self-disclosure

Yang menjadi salah satu konsep dasar dari teori penetrasi sosial adalah pengungkapan diri atau self-disclosure.Yang dimaksud dengan self-disclosure atau pengungkapan diri adalah tindakan yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain tentang diri kita yang kita yakini mereka belum mengetahuinya. Dari percakapan yang kita lakukan dengan orang lain yang memiliki  hubungan dengan tingkat kedekatan yang cukup tinggi, pengungkapan diri melibatkan proses berbagai sebagian diri kita dengan orang lain. Merujuk  teori penetrasi sosial, pengungkapan diri dapat bermacam-macam dilihat dari keluasan dan kedalaman topik yang dibahas dengan orang lain.

Keluasan atau breadth menggambarkan rentang topik yang kita bicarakan, sementara itu yang dimaksud dengan kedalaman atau depth adalah mengukur seberapa dekat atau seberapa pribadi pengungkapan diri yang kita lakukan. Salah satu cara untuk memandang perbedaan hubungan yang kita miliki adalah dengan melakukan analisa sebarapa banyak atau seberapa sedikit pengungkapan diri yang dilakukan kepada berbagai orang yang berbeda dalam lingkaran sosial kita.

Prinsip-prinsip Pengungkapan Diri atau Self-Disclosure

Menurut Dalmas A. Taylor, yang dimaksud dengan pengungkapan diri atau self-disclosure adalah sebuah proses pertukaran. Pengungkapan diri atau self-disclosure memiliki beberapa prinsip, yaitu :

  • Pengungkapan diri atau self-disclosure diri umumnya bergerak dalam tahapan-tahapan kecil

Pengungkapan diri umumnya diawali dengan hal-hal kecil seperti penggunaan baju yang tepat ketika kita memasuki lingkungan yang baru. Ketika kita masuk ke dalam lingkungan baru dan mengikuti semua aturan yang berlaku dalam lingkungan baru itu maka kita akan dihargai, dipercaya, membangun kredibiltas, dan kita akan mendapat tempat di lingkungan yang baru. Demikian pula ketika kita berkomunikasi dengan orang lain. Ketika kita memiliki rasa percaya diri yang tinggi maka informasi pribadi akan dengan mudah dikemukakan. Namun hal ini membutuhkan beberapa tahapan kecil sejalan dengan cara kita mengenal teman kita. Kita juga harus bisa menjaga agar suara kita tidak lebih keras dari apa kita katakan.

  • Pengungkapan diri atau self-disclosure bergerak dari informasi yang bersifat impersonal ke informasi yang bersifat lebih akrab

Masih ingatkah dengan video polisi yang bernyanyi lagu film India ketika sedang jaga? Apapun yang kita lakukan terutama ketika kita masih bekerja di salah satu perusahaan atau insitusi hendaknya kita tetap menaati peraturan yang berlaku. Karena sejatinya ketika kita mengekspos apa yang kita lakukan ke ranah publik maka kita tidak hanya merepresentasikan diri kita melainkan kita juga merepresentasikan tempat kita bekerja dan reputasinya.

  • Pengungkapan diri atau self-disclosure bersifat timbal balik

Pengungkapan diri atau self-disclosure bersifat timbal balik khususnya ketika berada pada tahap-tahap awal relationship development. Pengungkapan diri secara timbal balik merupakan sebuah komponen dalam teori penetrasi sosial. Pengungkapan diri secara timbal balik merupakan sebuah proses dimana ketika seorang individu melepaskan atau mengungkapkan informasi pribadi dalam tingkatan kedekatan yang pasti, dan pihak lainnya akan melakukan hal yang sama dalam tingkatan yang sama pula.

Pengungkapan diri secara timbal balik merupakan pengungkapan diri secara dua arah. Pengungkapan diri secara timbal balik dapat menginduksi perasaan positif yang mendorong relational development ke arah berikutnya. Pengungkapan diri secara timbal balik terjadi manakala keterbukaan seorang individu dibalas juga dengan keterbukaan yang sama dari individu lainnya.

  • Pengungkapan diri atau self-disclosure melibatkan resiko

“Jangan menilai buku dari sampulnya.” Itulah kata-kata bijak yang sering kita dengar yang umumnya dikaitkan dengan cara kita menilai orang lain karena apa yang kita lihat bisa jadi bukan realitas yang sebenarnya. Terkadang referensi atau komentar yang kita berikan kepada orang lain dapat menimbulkan konflik. Meskipun demikian, pengungkapan diri yang beresiko juga dapat memberikan hasil yang positif.

  • Pengungkapan diri atau self-disclosure melibatkan kepercayaan

Kepercayaan itu harganya mahal. Kepercayaan yang kita bangun dengan teman atau rekan kerja membutuhkan waktu yang tidak lama namun hanya membutuhkan waktu sekejap untuk merusak kepercayaan. Karena itu, kita perlu memahami bahwa self-revelation mengkomunikasikan sebuah ukuran kepercayaan dan rasa percaya diri.

Baca juga:

B. Timbal-balik atau reciprocity

Konsep dasar kedua dari tepri penetrasi sosial yang tidak kalah pentingnya dari pengungkapan diri adalah timbal balik atau reciprocity. Ketika diterapkan ke dalam pengungkapan diri, norma timbal-balik menyatakan bahwa ketika seorang individu melepaskan sesuatu tentang dirinya sendiri, orang lain seharusnya merespon dengan memberika informasi yang sama baik terkait jumlah informasi  serta kedalaman informasi yang dibagikan. Informasi adalah sebuah sumber daya dan ketika kita membuka beberapa hal tentang diri kita kepada orang lain, maka kita cenderung untuk berharap bahwa orang lain pun akan membuka beberapa hal terkait dirinya kepada kita. Telah dikatakan sebelumnya bahwa timbal-balik adalah sebuah norma bukan hukum universal. Terkadang, seorang mitra  ketika membentuk suatu hubungan akan melakukan hal yang sama di lain waktu.

Baca juga :

Tahapan Membangun Hubungan

Menurut teori penetrasi sosial, terdapat serangkaian tahapan yang harus dilalui ketika ingin membangun sebuah hubungan, yaitu :

  • Orientation stage – orang memulai pembicaraan yang pendek dan sederhana
  • Exploratory-affective stage – setiap individu mulai melepaskan dirinya sendiri dengan mengekspresikan sikap-sikap peribadi tentang topik-topik umum seperti pemerintahan dan pendidikan. Tahapan ini adalah tahap pertemanan kasual dan banyka hubungan tidak bergerak lebih lanjut dari tahapan ini
  • Affective stage – orang mulai berbicara tentang hal-hal yang bersifat pribadi dan personal. Kritik dan argument berkembang. Pada tahapan ini dapat terjadi sentuhan intim dan pelukan
  • Stable stage – hubungan berkembang menjangkau tingkatan dimana hal-hal personal dibagikan, dan salah satu pihak dapat memprediksi reaksi emosional dari orang lain
  • Depenetration – ketika sebuah hubungan mulai jatuh dan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Pada tahapan ini terjadi penarikan pengungkapan diri yang dapat mengakibatkan berakhirnya suatu hubungan.

Baca juga:

Kritik terhadap Teori Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial tidak lepas dari berbagai kritik, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Teori penetrasi sosial dipandang sangat sederhana menyamakan pengungkapandiri atau self-disclosure dengan kedekatan hubungan atau relational closeness.
  • Teori penetrasi sosial tidak dudukung dengan data-data yang utuh.
  • Ruang lingkup teori penetrasi sosial sangat terbatas.
  • Teori penetrasi sosial tidak mempertimbangkan aspek gender (Baca juga : Komunikasi Gender – Teori Feminisme Menurut Para Ahli)
  • Dalam hubungan yang sangat dekat maka egosentris akan berkurang.

Baca juga :

Manfaat Mempelajari Teori Penetrasi Sosial

Mempelajari teori penetrasi sosial dapat mempelajari manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Kita memahami sejarah kemunculan teori penetrasi sosial.
  • Kita memahami berbagai asumsi dalam teori penetrasi sosial.
  • Kita memahami berbagai konsep dasar teori penetrasi sosial.
  • Kita memahami berbagai kritik yang diungkapkan oleh para peneliti terhadap teori penetrasi sosial

Demikianlah ulasan singkat tentang teori penetrasi sosial yang digagas oleh Irwin Altman dan Dalmas A. Taylor beserta kritik yang menyertainya. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita khususnya tentang teori penetrasi sosial, teori komunikasi, serta ilmu komunikasi pada umumnya.