Analisis Wacana Kritis – Pendekatan – Konsep

Analisis wacana kritis atau critical discourse analysis mewakili beragam teori, metodologi, dan definisi yang meliputi konsep-konsep teori wacana dan teori kritis yang menyarankan suatu metode untuk mengungkap hubungan di antara berbagai perspektif. Analisis wacana kritis atau critical discourse analiysis (CDA) adalah studi tentang teks, ujaran atau bicara, dan gambar-gambar visual untuk menemukan atau mengungkapkan berbagai makna yang dibagikan serta berkontribusi atau mewakili struktur-struktur sosial dan ideologi. Adapun yang menjadi landasan analisis wacana kritis adalah teori wacana yang digagas oleh Michel Foucault yang menyatakan bahwa :

Analisis wacana kritis atau critical discourse analysis (CDA) berbeda dengan analisis wacana dalam hal tujuan politis dan sosial. Akar analisis wacana kritis terletak dalam Retorika, teks linguistik, antropologi, filsafat, psikologi sosial, ilmu kognitif, studi literasi, dan sosiolinguistik serta linguistik terapan dan pragmatis.

Baca juga : Psikologi Komunikasi Filsafat KomunikasiOntologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Dalam tahun 1990an, analisis wacana kritis menggabungkan analisis yang lebih baik yaitu analisis  berbahasa secara lisan dengan minat pada kekuatan dan ketidaksetraaan sosial. Terlepas dari aksen yang berbeda satu sama lain, para analis wacana kritis menyatukan usaha mereka untuk mengungkapkan cara kerja bahasa dalam suatu kekuatan hubungan sosial  dan menormalisasi efek wacana yang terjadi.

Mereka memperlihatkan sebuah preferensi data yang kuat terkait dengan berbagai isu sosial seperti ketidaksetaraan gender dan rasisme. Contoh konkritnya adalah bagaimana pria dan wanita direpresentasikan dalam media dan bagaimana berbagai golongan etnik tampil dalam dokumen kebijakan. Para ahli analisis wacana kritis terinspirasi oleh beberapa pendahulu seperti Aliran Frankfrut dan Jurgen Habermas, Antonio Gramsci, Michel Faucoult, Mikhail Bakhtin, Michael Halliday, Robert Hodge dan Gunther Kress. (Baca juga : Komunikasi GenderTeori Feminisme Menurut Para Ahli)

Pengertian

Beberapa pengertian analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Menurut Teun A. van Dijk (1998) yang dimaksud dengan analisis wacana kritis adalah suatu pendekatan studi tentang teks dan ujaran, yang muncul dari linguistik kritis, semiotika kritis dan secara umum dari sosio-politik dan merupakan cara yang berbeda untuk menginvestigasi bahasa, wacana, dan komunikasi (Baca juga : Semiotika Komunikasi)
  • Menurut Norman Fairclough (1993) yang dimaksud dengan analisis wacana kritis adalah analisis wacana yang bertujuan untuk (a) mengeksplorasi secara sistematis hubungan antara kausalitas dan determinasi di antara praktek-praktek diskursif, kejadian-kejadian dan teks; (b) struktur sosial yang lebih luas dan struktur budaya, relasi, dan proses; (c) untuk menginvestigasi bagaimana praktek-praktek, kejadian, dan teks berkembang diluar dan secara ideologis dibentuk oleh relasi kekuatan dan bertahan dari kekuasaan; dan (d) untuk mengeksplorasi bagaimana opasitas hubungan antara wacana dan masyarakat sendiri adalah sebuah faktor mengamankan kekuasaan dan hegemoni.

Baca juga : Teori Semiotika Roland Barthes

Landasan Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritits dipengaruhi oleh teori wacana yang digagas oleh Michel Foucault, yang menyatakan bahwa :

  • Terdiri dari apa sajakah pengetahuan itu.
  • Bagaimana mengembangkan pengetahuan yang valid.
  • Bagimana hal tersebut terjadi.
  • Apakah fungsi yang dimiliki oleh subyek konstitusi dan membentuk masyarakat.
  • Apakah dampak pengetahuan tersebut berperan dalam perkembangan masyarakat secara keseluruhan.

Baca juga :

Konsep

Analisis wacana kritis terdIri dari 4 (dua) konsep utama yaitu wacana, kritis, ideologi dan kekuasaan.

A. Wacana

Wacana dibedakan dari teks khususnya gambar-gambar, tulisan-tulisan, dan utterances. Wacana adalah sebuah bentuk keseluruhan dari pengetahuan dan sebuah arena yang tidak membatasi ekspresi yang pasti. Menurut Michel Faoucault, penggunaan bahasa dan kata-kata ditentukan melalui  discursive formations yaitu berbagai macam konvensi dan aturan yang bersifat memaksa pengetahuan dan makna kita terhadap berbagai macam hal. Wacana adalah sebuah wilayah dimana hubungan sosial, praktek-praktek sosial, dan perilaku-perilaku sosial dibentuk dan dikelola. (Baca juga : Komunikasi Sosial)

B. Kritis

Kritis adalah aspek dari analisis wacana kritis yang merupakan ciri adanya kekhawatiran tentang menisfestasi kekuasaan dan kerja ideologi. Kekawatiran ini dapat kita telusuri melalui hasil kerja kaum Marxis dan pengaruh dari peneliti aliran Frankfrut yang berpendapat bahwa ideologi-ideologi yang pasti dikirimkan melalui teks dan bentuk-bentuk budaya. (Baca juga : Komunikasi Bisnis Lintas Budaya)

C. Ideologi dan kekuatan

Ideologi adalah konsep penting dalam analisis wacana kritis karena melalui ideologilah kekuatan dan ketidaksetaraan dikelola. Produksi tekstual dan penerimaan merupakan proses-proses sosial. Makna teks selalu di-encode di dalam kekuatan, meskipun makna-makna dan efek bahasa juga menghasilkan negosiasi antara produser, konsumen, dan konteks sosial/budaya yang lebih luas. Teks dapat terbuka bagi kontestasi beberapa macam individu dan kelompok (produser dan penerima pesan) untuk mempertahankan makna dan efek. Peran dari ideologi adalah menaturalisasi struktur-struktur dominan sehingga proses pembentukan makna dan pembentukan sosial menjadi kabur. (Baca juga : Sosiologi Komunikasi)

Asumsi

Analisis wacana kritis tidak menyediakan satu macam atau satu teori khusus atau metodologi penelitian. Lebih dari itu, beberapa teori dan metode penelitian telah dipengaruhi oleh perkembangan analisis wacana kritis. Teori-teori epistemologis, teori-teori sosial, teori-teori psikologi sosial teori wacana, dan teori-teori linguistik, dapat ditemukan dalam analisis wacana kritis.

Baca juga :

Pada hakikatnya, analisis wacana kritis membawa beragam teori untuk fokus pada aspek-aspek mikro wacana atau aspek-aspek makro struktur sosial.

  • Pada aspek mikro wacana, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa kekuatan manifestasi di dalam penggunaan berbagai pola kata-kata dan gambar-gambar. Setiap individu berpartisipasi dalam proses pembentukannya melalui penggunaan bahasa. Aspek mikro wacana meliputi kata-kata, kalimat-kalimat, dan gambar-gambar.
  • Pada aspek makro struktur sosial, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa identitas kita dibentuk di dalam dan melalui cara-cara kita memproduksi dan mengkonsumsi wacana-wacana. Bahasa membentuk dunia sosial dan budaya kita.

Menurut Janet M. Cramer (2009), dengan demikian, melalui kedua konteks di atas, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa berbagai struktur sosial, budaya, identitas, dan kekuasaan bersifat tidak tetap, dalam artian perubahan dalam penggunaan bahasa dapat merubah apa yang telah dibentuk. Perubahan sosial inilah yang merupakan tujuan dari analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis menitikberatkan pada studi dan analisis tentang bagaimana kekuatan hubungan, ketidaksetaraan, dan dominansi diciptakan dan diabadikan melalui wacana dalam berbagai konteks politis, sosial, dan historis.

Baca juga :

Adalah penting untuk memahami konteks dalam rangka untuk menganalisa intertekstualitas yaitu sebuah konsep yang digunakan oleh Norman Fairclough untuk menganalisa struktur dan organisasi teks dalam hubungannya dengan teks yang lain beserta konteksnya. Intertekstualitas merujuk pada cara teks yang berimplikasi pada teks yang lain.  Dibutuhkan sebuah analisis intertekstualitas bahwa hubungan antara teks dan struktur sosial ditemukan. Analisis ini menjadi penuh arti khususnya ketika beragam konteks dalam tataran wacana praktis dan teks terjadi.

Baca juga : Prinsip-prinsip Komunikasi

Pendekatan dalam Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis adalah sebuah pendekatan khusus dalam analisis wacana yang menitikberatkan pada kondisi-kondisi diskursif, komponen-komponen serta konsekuensi penyalahgunaan kekuatan yang dilakukan oleh kelompok dominan atau elit dan institusi. Para praktisi analisis wacana kritis menggunakan metode atau alat yang berbeda untuk mengungkap mekanisme dimana  wacana berfungsi. Diantara para peneliti yang turut serta mengembangkan analisis wacana kritis adalah Teun A. van Dijk,  Ruth Wodak dan Norman Fairclough.

Berikut adalah beberapa pendekatan dalam analisis wacana kritis yang diungkapkan oleh beberapa ahli, yaitu :

a. Pendekatan Norman Fairclough

Dalam pendekatan analisis wacana kritis Fairclough, terdapat 3 (tiga) tingkatan analisis yaitu teks, proses produksi dan menerima teks, dan konteks sosial yang lebih besar dimana teks diciptakan dan dikonsumsi.

  • Teks
  • Proses produksi (membuat, menulis, berbicara) dan menerima (membaca, mendengar, menafsirkan) teks (yang disebut dengan praktek-praktek diskursif)
  • Konteks sosial yang lebih besar dimana teks diciptakan dan dikonsumsi

Teks melakukan aspek ideasional dan interpersonal yang diidentifikasi oleh Halliday yaitu mereka menyampaikan representasi tertentu dari dunia dan membangun hubungan antar peserta. Selain itu, mereka menyediakan blok bangunan untuk konstruksi identitas, baik dalam cara orang mengidentifikasi diri mereka sendiri dan bagaimana mereka diidentifikasi oleh orang lain. Praktik diskursif mengacu pada peraturan dan konvensi yang dengannya teks diproduksi dan dikonsumsi.

b. Pendekatan Ruth Wodak

Pendekatan analisis wacana kritis yang digagas oleh Ruth Wodak disebut juga dengan wacana sosiolinguistik yang didasarkan pada tradisi sosiolinguistik Bernsteinian, aliran Frankfrut khususnya Jurgen Habermas.  Menurutnya, wacana sosiolinguistik adalah sosiolinguistik yang tidak hanya secara eksplisit didedikasikan untuk mempelajari teks dalam konteks, namun juga berbagai factor lainnya yang memiliki kepentingan yang setara.

Wacana sosiolinguistik adalah sebuah pendekatan yang memiliki kapabilitas dalam mengidentifikasi dan menggambarkan mekanisme-mekanisme yang berkontribusi pada wacana yang melekat dalam konteks khusus seperti struktur dan fungsi media  atau institusi seperti rumah sakit dan lain-lain yang tidak dapat menghindari dampak komunikasi.

c. Pendekatan Teun A. van Dijk

Teun A. van Dijk adalah satu diantara para praktisi analisis wacana kritis yang paling sering menjadi rujukan berbagai penelitan dalam wacana media.  Pada intinya, ia memandang analisis wacana sebagai analisis ideology karena menurutnya, ideologi secara khusus namun tidak ekslusif diekspresikan dan diproduksi dalam wacana dan komunikasi tersmasuk pesan-pesan nonverbal dalam semiotika seperti gambar, fotografi, dan film.

Pendekatannya dalam menganalisis berbagai ideology memiliki 3 (tiga) bagian yaitu analisis sosial (menyelidiki keseluruhan struktur-struktur sosial atau disebut juga dengan konteks), analisis kognitif, dan analisis wacana utamanya berdasarkan teks (sintak, leksikon, semantik local, tema, struktur-struktur skematik).

Prinsip

Terlepas dari berbagai pendekatan interdisipliner, analisis wacana kritis disatukan dengan beberapa prinsip-prinsip dasar sebagaimana yang telah  diidentifikasi oleh Ruth Wodak dan Norman Fairclough, yaitu :

  1. Orientasi terhadap masalah-masalah sosial seperti rasisme, seksisme, dan perubahan sosial.
  2. Ekletisisme dalam teori dan metode.
  3. Investasi “dari dalam” yang berarti bahwa analisis dimulai dengan artifak tekstualnya yang pertama daripada membuat data sesuai dengan teori.
  4. Pertimbangan hubungan intertekstual dan interdisipatif.
  5. Sebuah akuntansi konteks historis.
  6. Spesifikasi metode analisis yang tepat yang digunakan dalam penelitian tertentu (karena pendekatan ekletik).
  7. Penerapan hasil analisis-analisis sering menuju tujuan mengubah praktik diskursif dan sosial yang menindas.

Baca juga :

Kritera Analisis Wacana Kritis

Menurut Teun A. van Dijk, sebagai sebuah kasus dalam berbagai bidang kajian, pendekatan, dan subdisiplin dalam bahasa dan kajian wacana, sangatlah tidak mudah untuk tidak membatasi secara terukur prinsip-prinsip khusus, praktis, tujuan, teori, dan metode analisis wacana kritis. Bekerja sdengan analisis wacana kritis umumnya dicirikan dengan berbagai kriteria berikut :

  • Analisis wacana kritis berorientasi pada masalah atau isu, bukan pada paradigma. Beberapa pendekatan teoritis dan metodologis sesuai selama dapat secara efektif mempelajari masalah-masalah sosial yang relevan seperti seksisme, rasisme, kolonialisme, dan bentuk ketidaksetaraan sosial lainnya.
  • Analisis wacana kritis tidak bercirikan sebuah aliran, kajian, atau subdisiplin analisis wacana, namun secara eksplisist merupakan sebuah pendekatan kritis, posisi, atau dasar yang mempelajari teks dan ujaran atau bicara.
  • Dalam rangka untuk mempelajari masalah-masalah sosial atau isu-isu secara cukup, analisis wacana kritis bekerja secara inter- atau multidisiplin, dan khususnya menitikberatkan pada hubungan antara wacana dan masyarakat (termasuk kognisi sosial, politik, dan budaya).
  • Secara historis dan sistematis, analisis wacana kritis adalah bagian dari spektrum studi budaya yang luas dalam ilmu humanis dan ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi, penelitian komunikasi massa, literasi hukum, dan ilmu politik. (Baca juga : Komunikasi Politik)
  • Studi analisis wacana kritis memberikan perhatian kepada semua tingkatan dan dimensi wacana seperti tata bahasa (fonologi, sintaks, semantik), gaya, retoris, skema organisasi, tindakan ujaran, strategi pragmatis, dan interaksi di antara yang lainnya.
  • Beberapa studi dalam analisis wacana kritis yang tidak terbatas pada pendekatan wacana verbal namun juga memberikan perhatian pada dimensi-dimensi semiotika lainnya (gambar, film, suara, musik, gesture, dan lain-lain) dari berbagai kejadian komunikatif. (Baca juga : Komunikasi Nonverbal)
  • Ketika mempelajari peran wacana dalam masyarakat, analisis wacana kritis menitikberatkan secara khusus pada hubungan kekuatan, dominasi, dan ketidaksetaraan dan cara bagaimana ketiganya direproduksi atau ditolak oleh anggota kelompok sosial melalui teks dan ujaran.
  • Analisis wacana kritis banyak yang terkait secara diskursif melegitimasi berbagai struktur dan strategi dominasi dan penolakan dalam hubungan sosial seperti kelas, gender, etnik, ras, orientasi seksual, bahasa, religi, usia, atau kebangsaan.
  • Analisis wacana kritis banyak yang terkait dengan ideologi yang memainkan peran reproduksi atau penolakan melawan dominasi atau ketidaksetaraan.
  • Di antara tujuan-tujuan yang bersifat deskriptif, eksplanotori, dan praktis, analisis wacana kritis mencoba untuk mengungkapkan apa yang secara implisit tersembunyi atau dengan kata lain tidak terlihat secara segera dalam hubungan diskursif . Karena itu, secara khusus analisis wacana kritis menekankan pada strategi manipulasi, legitimasi, konsen manufaktur, dan cara-cara diskursif lainnya untuk mempengaruhi pikiran (dan secara tidak langsung terhadap tindakan) orang dalam minatnya pada kekuatan penuh.
  • Percobaan untuk menemukan diskursif berarti kontrol mental dan pengaruh sosial berimplikasi pada sebuah pendirian kritis dan oposisi untuk melawan kekuatan dan kaum elit khususnya mereka yang menyalahgunakan kekuatan.
  • Di lain pihak, kajian dalam analisis wacana kritis mencoba untuk memformulasi seluruh sudut pandang atau perspektif solidaritas dengan kelompok dominan.

Baca juga : Strategi Komunikasi Politik

Manfaat Mempelajari Analisis Wacana Kritis

Mempelajari analisis wacana kritis tentunya memberikan manfaat kepada kita, diantaranya adalah kita dapat mengetahui serta memahami pengertian analisis wacana kritis, perbedaan antara analisis wacana kritis dan analisis wacana, landasan analisis wacana kritis, konsep, asumsi, pendekatan-pendekatan dalam analisis wacana kritis, dan prinsip-prinsip dalam analisis wacana kritis. (Baca juga : Jenis Metode Penelitian Kualitatif)

Demikianlah uraian singkat tentang analisis wacana kritis beserta seluk-beluknya. Semoga dapat menambah wawasan kita tentang analisis wacana kritis yang merupakan salah satu metode penelitian komunikasi.