Teori Pelanggaran Harapan – Asumsi – Konsep

Teori pelanggaran harapan atau expectancy violations theory adalah salah satu teori komunikasi khususnya teori komunikasi interpersonal yang dikenalkan pertama kali oleh Judee K. Burgoon dan kawan-kawan pada sekitaran tahun 1970an. Teori ini berbicara tentang pengaruh komunikasi nonverbal dan pengaruh perilaku manusia. Di tahun 1980an dan tahun 1990an, teori pelanggaran harapan kemudian berkembang menjadi teori pelanggaran harapan nonverbal yaitu sebuah teori yang juga dikemukakan oleh Judee K. Burgoon. Teori pelanggaran harapan nonverbal merupakan teori yang menjelaskan pelanggaran ruang pribadi yang diciptakan oleh manusia bagi diri mereka sendiri.

Teori pelanggaran harapan berpendapat bahwa penafsiran sebuah pesan tidak sesederhana seperti yang dikatakan atau bagaimana pesan dikatakan. Lebih dari itu, penafsiran sebuah pesan ditentukan oleh situasi, nilai ganjaran orang lain, dan bagaimana pesan-pesan memenuhi harapan seseorang atau tidak. Ketika apa yang kita harapkan terjadi dalam suatu interaksi tidak terjadi, maka kita akan mencatat seberapa sering hal itu terjadi dan memberi perhatian lebih terhadap berbagai kejadian yang ada.

Pelanggaran harapan terjadi ketika seseorang melakukan pelanggaran terhadap aturan verbal dan nonverbal seperti berdiri terlalu dekat atau mengatakan hal-hal yang tidak sesuai. Pelanggaran tidak selamanya bersifat negatif. Pelanggaran dapat menjadi positif manakala  tindakan dapat diterima atau para pelaku memiliki nilai ganjaran positif.

Teori pelanggaran harapan bersifat sosiopsikologis dan menekankan pada berbagai kode sosial baik komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi. Teori pelanggaran harapan didasarkan pada  teori pengurangan ketidakpastian yang menyatakan bahwa ketidakjelasan dalam perilaku orang lain dapat dikurangi melalui interaksi.  Teori lain yang juga berkaitan dengan teori pelanggaran harapan adalah teori disonansi kognitif. Kedua teori tersebut termasuk ke dalam teori-teori komunikasi antar pribadi.

Sejarah

Teori pelanggaran harapan awalnya dibentuk untuk menjelaskan efek komunikatif dari pelanggaran proksemik selama terjadinya interaksi interpersonal dan kelompok. Proksemik merujuk pada pengaturan, penggunaan, dan penafsiran ruang dan jarak. Istilah proksemik pertma kali dikenalkan oleh seorang antropologis bernama Edward T. Hall. Ia menjelaskan proksemik sebagai sebuah dimensi budaya tersembunyi atau sekumpulan bahasa diam yang digunakan secara universal, lintas budaya, dan mengekspresikan pemahaman pesan dalam sebuah budaya.

Baca juga :

Zona dalam Komunikasi

Menurut Edward T. Hall, terdapat empat zona proksemik, yaitu zona intim, zona pribadi, zona sosial, dan zona publik.

  1. Zona intim (0 – 18 inci) – zona intim adalah jarak dekat biasanya dilakukan oleh keluarga inti, teman dekat, kekasih, dan pasangan hidup.
  2. Zona pribadi (18 inci – 4 kaki) – disediakan untuk percakapan dengan teman, keluarga besar, rekan kerja, dan diskusi kelompok.
  3. Zona sosial (4 – 10 kaki) – diperuntukkan bagi kelompok yang baru terbentuk atau orang-orang baru.
  4. Zona publik (10 kaki – atau lebih) – diperuntukkan bagi khalayak luas, orang asing, dan lain-lain.

Terkait dengan proksemik, Judee K. Burgoon menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan akan afiliasi dan ruang pribadi. Kita juga sekaligus ingin tetap dekat dengan orang lain namun dengan jarak tertentu. Berbagai literatur menyatakan bahwa adanya pelanggaran ruang pribadi menunjukkan bahwa orang membutuhkan sejumlah isolasi spasial antara mereka dengan orang lain untuk mencapai privasi dan perlindungan dari ancaman yang datang. Pelanggaran terhadap ruang pribadi orang lain merupakan pelanggaran harapan. Pelanggaran ruang pribadi atau wilayah memprovokasi sejumlah tanggapan negatif yang berasal dari kedekatan yang berlebihan sehingga menimbulkan stress dan gairah.

Berbagai penelitian yang menekankan pada proksemik atau pengaturan jarak telah dikembangkan oleh para ahli selama bertahun-tahun.  Pada tahun 1970an, sebagian penelitian tentang proksemik menekankan pada norma-norma sosial bagi ruang personal, jarak percakapan, dan pengaturan wilayah. Lebih lanjut Judee K. Burgoon menjelaskan bahwa berbagai penelitian tentang norma dan reaksi proksemik terhadap pelanggaran ruang pribadi dan pelanggaran teritorial menggambarkan ketidaksesuaian antara jarak dekat yang diinginkan dengan hasil positif yang ditimbulkan. Atau jarak dekat yang tidak diharapkan dengan konsekuensi negatif yang ditimbulkan.

Teori pelanggaran harapan diformulasikan untuk mengatasi kemungkinan konfilk ini dengan melakukan sintesis penelitian dari sudut pandang komunikasi dengan mempertimbangkan apa yang diharapkan komunikator, makna apa yang mereka berikan pada pola proksemik, dan konsekuensi apa yang terkait dengan jarak dan pengaturan spasial alternatif.

Teori pelanggaran harapan dibingkai dalam bentuk proposisi yang menyatakan sebuah hubungan empiris antara dua atau lebih variabel dan diberi tingkat abstraksi yang cukup tinggi untuk menghasilkan banyak hipotesis yang dapat diuji. Perancah proposisi ini adalah asumsi yang diterima secara luas tentang perilaku manuisa dan komunikasi interpersonal.

Baca juga:

Asumsi

Teori pelanggaran harapan memiliki tiga asumsi utama, yaitu :

1. Harapan mendorong interaksi manusia

Asumsi pertama menyatakan bahwa orang membawa harapan dalam interaksi mereka dengan orang lain ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor komunikator, faktor relasional, dan faktor konteks. Para pencetus teori pelanggaran harapan berpendapat bahwa orang-orang yang berinteraksi dengan orang lain memiliki sejumlah harapan tentang bagaimana sebuah pesan harus disampaikan dan bagaimana pembawa pesan harus mengirimkannya.

Bagi Judee K. Burgoon dan Jerold Hale, terdapat dua jenis harapan yaitu harapan pra-interaksi dan harapan interaksi. Yang dimaksud dengan harapan pra-interaksi adalah meliputi pengetahuan dan keterampilan interaksi yang dimiliki komunikator sebelum ia memasuki percakapan. Sementara itu, yang dimaksud dengan harapan interaksi adalah kemampuan seseorang untuk melakukan interaksi.

Baca juga :

2. Harapan bagi perilaku manusia dapat dipelajari

Asumsi kedua teori pelanggaran harapan, orang dapat mempelajari harapan mereka secara luas dari budaya dan individu yang berada dalam budaya tersebut. Harapan perilaku manusia dapat dipelajari  misalnya dari guru, orang tua, masyarakat, televisi, dan media online.

Baca juga : Komunikasi Sosial Menurut Para Ahli – Teori Perbandingan Sosial

3. Orang membuat prediksi tentang perilaku nonverbal

Asumsi ketiga teori pelanggaran harapan adalah bahwa orang dapat membuat prediksi terkait dengan komunikasi nonverbal seperti kontak mata, sentuhan, bahasa tubuh, dan lain-lain.

Baca juga : Cara Berkomunikasi dengan BaikHambatan Komunikasi Lintas Budaya

Proposisi

Menurut Judee K. Burgoon, L. A Stern, dan L. Dillman, terdapat  6 (enam)  proposisi utama  yang dikemukakan oleh teori pelanggaran harapan, yaitu :

  1. Orang mengembangkan harapan tentang perilaku komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal dari orang lain. (Baca juga : Perbedaan Komunikasi Verbal dan Nonverbal)
  2. Pelanggaran harapan menyebabkan distraksi yang mengarahkan penerima pesan lebih jauh untuk mengalihkan perhatian mereka kepada yang lain, hubungan, dan makna pelanggaran.
  3. Valensi ganjaran komunikator menentukan penafsiran ambigu komunikasi.
  4. Valensi ganjaran komunikator menentukan bagaimana evaluasi perilaku.
  5. Valensi pelanggaran ditentukan oleh tiga faktor yaitu evaluasi perilaku, apakah perilaku lebih disukai atau kurang disukai dibandingkan harapan, dan magnitud pelanggaran. Pelanggaran positif terjadi saat perilaku lebih disukai dibandingkan dengan harapan. Pelanggaran negatif terjadi ketika perilaku kurang disukai.
  6. Pelanggaran positif menghasilkan lebih banyak keluaran yang disukai dibandingkan dengan perilaku yang sesuai dengan harapan. Sementara itu, pelanggaran negatif menghasilkan lebih banyak keluaran yang tidak disukai dibandingkan dengan perilaku yang sesuai dengan harapan.

Baca juga :

Konsep Dasar

Sebagai makhluk sosial yang memiliki ruang pribadi sendiri, tentunya kita tidak ingin ruang pribadi kita dilanggar oleh orang lain. Kita hanya akan memberikan kebebasan hanya kepada orang-orang terdekat dan tersayang untuk bisa dekat dengan kita. Suatu hubungan dapat mempengaruhi interaksi dan kebebasan ruang pribadi. Menurut teori pelanggaran harapan, kita cenderung untuk memperlihatkan perilaku yang tidak diharapkan ketika ruang pribadi kita atau perilaku yang diharapkan mengalami pelanggaran.

Baca juga : Bahasa JurnalistikSemiotika Sosial

Terkait dengan hal ini, menurut Judee K. Burgoon, dalam teori pelanggaran harapan memiliki beberapa konsep dasar, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Expectations – harapan

Sebagai sebuah teori komunikasi, teori pelanggaran harapan secara khusus menekankan pada harapan seseorang terkait dengan apa yang dilakukan dalam interaksi interpersonal. Harapan adalah kognisi abadi tentang perilaku yang diantisipasi.  Terdapat dua macam harapan yaitu prediktif dan preskriptif.

  • Predictive expectations – perilaku dan komunikasi terjadi berdasarkan harapan-harapan dalam sebuah lingkungan, situasi, atau konteks tertentu.
  • Prescriptive expectations – cara yang dilakukan orang lain memperlihatkan perilaku dan berkomunikasi dalam lingkungan, situasi, atau konteks.

Dari berbagai jenis harapan di atas, dapat kita lihat bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi harapan seseorang, yaitu variabel interaktan atau aktor, variabel lingkungan, dan variabel yang berhubungan dengan sifat interaksi.

  • Variabel aktor – merujuk pada karakteristik individu seperti jenis kelamin, umur, ras, budaya, dan status.
  • Variabel lingkungan – merujuk pada jumlah ruang yang tersedia dan sifat wilayah yang ada saat interaksi berlangsung.
  • Variabel interaksi – merujuk pada norma-norma sosial, tujuan interaksi, dan keformalan situasi.

Ketiga faktor tersebut nantinya berkembang menjadi karakteristik komunikator, karakteristik hubungan, dan konteks. Yang termasuk ke dalam karakteristik komunikator adalah usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, penampilan individu, kepribadian, dan gaya komunikasi. Sementara itu, yang termasuk ke dalam karakteristik hubungan adalah kesamaan, kekeluargaan, status,  kesukaan, jenis hubungan yang dijalin oleh seseorang dengan yang lain, pengalaman yang dibagi dengan orang lain, dan kedekatan antara seseorang dengan orang lain. Terakhir, konteks merujuk pada karakteristik lingkungan dan interaksi.  Jika seseorang memiliki kemampuan untuk memberikan ganjaran atau hukuman kepada individu lainnya di masa mendatang maka orang tersebut memiliki valensi ganjaran positif.

2. Communicator reward valence – valensi ganjaran komunikator

Istilah valensi ganjaran komunikator digunakan untuk menggambarkan hasil penilaian. Dapat dikatakan bahwa valensi ganjaran komunikator adalah sebuah evaluasi yang dibuat oleh seseorang tentang orang lain yang melakukan pelanggaran harapan. Adapun konsep dibalik valensi ganjaran komunikator menurut Em Griffin adalah jumlah atribusi positif dan negatif yang dibawa oleh individu lainnya ditambah dengan potensi untuk memberi ganjaran atau menghukum individu lain sebagai penerima pesan di masa mendatang.

Terkait dengan ganjaran dan hukuman, dalam teori pertukaran sosial telah dijelaskan bahwa setiap individu akan mencari ganjaran dan berupaya untuk menghindari hukuman. Ketika individu berinteraksi dengan individu lainnya, maka ia akan menilai berbagai atribusi baik positif maupun negatif yang dibawa oleh individu lainnya.

Baca juga : Komunikasi Bisnis Menurut Para Ahli

3. Violation valence – valensi pelanggaran

Judee K. Burgoon meyakini bahwa deviasi atau penyimpangan atau pelanggaran dari harapan memiliki nilai gairah. Istilah nilai gairah digunakan untuk menggambarkan konsekuensi deviasi atau penyimpangan dari harapan. Ketika harapan seseorang dilanggar, akan membangkitkan minat atau perhatian seseorang dan kemudian ia akan menggunakan mekanisme tertentu untuk mengatasi pelanggaran tersebut. Saat gairah terjadi, minat atau perhatian seseorang terhadap penyimpangan atau deviasi akan meningkat dan seseorang menjadi kurang memperhatikan pesan dan lebih memperhatikan sumber gairah.

Seseorang mungkin saja akan mengalami peningkatan gairah kognitif dan gairah fisik. Yang dimaksud dengan gairah kognitif adalah kewaspadaan atau orientasi terhadap pelanggaran dimana indera intuitif kita semakin meningkat. Gairah fisik mencakup perilaku yang dimiliki komunkator saat berinteraksi. Begitu ada gairah maka ancaman bisa terjadi.

Baca juga : Komunikasi Islam – Teori Efek Media Massa

Kritik

Teori pelanggaran harapan tidak lepas dari berbagai kritik, diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Teori pelanggaran harapan menempatkan harapan yang dipengaruhi secara negatif.
  • Harapan digambarkan sebagai hal yang tidak sesuai dan tidak jelas.
  • Harapan ditunjukkan lebih banyak bagi orang-orang yang tidak dikenal dibandingkan dengan orang-orang yang berkaitan dengan diri sendiri.
  • Ketika orang tidak begitu saling mengenal, mereka akan berupaya untuk berkomunikasi untuk mengenal satu sama lain.
  • Pelanggaran sebagian besar dipandang sebagai hal yang negatif dan tidak pasti.
  • Harapan dan pelanggaran bersifat situasional dan memiliki konsekuensi masing-masing yang tidak diperlihatkan dalam teori.
  • Terdapat pengukuran yang tidak valid dari berbagai variabel yang digunakan dalam teori.
  • Nilai ganjaran dipandang sebagai harapan yang belum tentu valid dalam berbagai kasus.

Baca juga : Teori Komunikasi Organisasi Menurut Para Ahli

Manfaat Mempelajari Teori Pelanggaran Harapan

Mempelajari teori pelanggaran haraapan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai sebagai berikut :

  • Kita memahami sejarah dan latar belakang dibentuknya teori pelanggaran harapan.
  • Kita memahami berbagai asumsi teori pelanggaran harapan.
  • Kita memahami berbagai proposisi teori pelanggaran harapan.
  • Kita memahami berbagai konsep dasar dalam teori pelanggaran harapan.
  • Kita memahami kritik terhadap teori pelanggaran harapan.

Demikianlah ulasan singkat tentang teori pelanggaran harapan yang digagas oleh Judee K. Burgoon dan kawan-kawan. Semoga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang teori komunikasi pada umumnya dan teori komunikasi interpersonal pada khususnya.