Hegemoni Media Massa – Ideologi – Penerapan

Perkembangan media massa mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat. Hal itu telah mendorong banyak ilmuwan untuk melakukan penelitian dan merumuskan konsep-konsep baru mengenai bagaimana media berinteraksi dan mempengaruhi masyarakat. Konsep-konsep etika komunikasi dalam media, pengaruh media massa terhadap perkembangan anak dan lain sebagainya perlahan-lahan mulai dirumuskan. Salah satu konsep penting yang muncul pada kurang lebih akhir abad ke-20 adalah mengenai hegemoni media massa. Bagi kamu yang ingin mempelajari media massa, maka konsep ini dapat membantumu untuk memahami pengaruh media massa terhadap masyarakat.

Baca juga:

Pengertian Hegemoni

Untuk memahami hegemoni, maka pertama kali kita harus memahami mengenai hegemoni. Dari segi kebahasaan, hegemoni berasal bahasa Yunani, egemonia, yang memiliki arti penguasa atau pemimpin. Hegemoni dapat diartikan sebagai bentuk penguasaan terhadap kelompok tertentu dengan menggunakan sumber daya kekuasaan tertentu seperti misalnya intelektualisme atau moralitas. Hegemoni dalam arti positif berarti masyarakat atau pihak yang dikuasai menyepakati nilai-nilai yang dibawa oleh penguasa dan mengikuti kepemimpinan mereka.

Hegemoni memiliki berbagai kekuatan untuk mempengaruhi masyarakat. Salah satu bentuk kekuatan hegemoni adalah adanya kemampuan untuk menciptakan cara berpikir atau wacana tertentu yang dominan, dianggap benar sehingga masyarakat meyakini wacana tersebut sebagai sesuatu yang benar. Sementara itu hegemoni juga dapat membuat wacana lain dianggap sebagai sesuatu yang salah.

Media merupakan salah satu media yang secara tidak sengaja dapat menjadi alat untuk menyebarkan wacana yang dipandang dominan tersebut. Wacana itu disebarkan dan berusaha untuk diresapkan ke dalam benak masyarakat sehingga menjadi konsensus bersama. Sementara itu nilai atau wacana lain dipandang sebagai menyimpang akan berusaha untuk dikurangi atau dilawan. Sebagai contohnya, pemberitaan mengenai demonstrasi buruh di tengah masyarakat industri yang cenderung berpihak ke perusahaan, wacana yang dikembangkan di tengah kondisi tersebut sering kali berkutat di hal-hal tentang perlunya pihak buruh bermusyawarah dan kerja sama dengan pihak perusahaan. Dominasi wacana yang dimunculkan dalam konteks tersebut menyebabkan munculnya pandangan bahwa demonstrasi buruh adalah hal yang salah.

Baca juga:

Salah satu ilmuwan yang mencetuskan teori tentang hegemoni adalah Antonio Gramsci. Teori hegemoni milik Gramsci menekankan adanya konflik dalam lingkungan sosial untuk memperebutkan penerimaan publik. Kelompok yang dominan menguasai masyarakat akan berusaha untuk menyebarkan ideologi atau kebenarannya agar diterima di masyarakat, sementara kelompok subordinat yang memiliki pengalaman yang berbeda dengan kelompok dominan (baik karena ras, umur, dan lainnya) maka mereka berusaha untuk “ditaklukkan” oleh kelompok dominan. Salah satu caranya adalah dengan membuat mereka awam terhadap banyak hal, atau dengan kata lain menciptakan atau mengondisikan agar kelompok yang belum sepakat memiliki nalar awam sehingga mereka mudah menerima gagasan yang diberikan oleh kelompok dominan.

Hegemoni dalam Media Massa

Dalam dunia politik, salah satu fungsi ideal media massa adalah untuk mengawasi penguasa yang sedang menjalankan pemerintahan. Kritik-kritik yang membangun diharapkan datang dari media massa kepada pemerintah. Hegemoni media massa dapat diartikan sebagai sebuah penggunaan media massa untuk melakukan hegemoni terhadap kelompok-kelompok tertentu yang belum sepakat dengan gagasan ideologis para penguasa sehingga mereka sepakat dan mengikuti wacana yang dikembangkan oleh penguasa.

Pada saat ini media massa malah digunakan sebagai alat untuk menyebarluaskan gagasan tertentu yang mendukung atau memperkuat kekuasaan kelompok tertentu sehingga diterima secara luas oleh masyarakat menjadi sebuah ideologi. Pada saat ini, para konglomerat pemilik media, yang notabene juga merupakan aktor politik, berusaha menyebarluaskan wacana bahwa mereka pro pada rakyat, dengan menayangkan program-program tertentu untuk menarik perhatian publik walaupun sesungguhnya tujuan dari penayangan itu adalah agar publik simpati dan sepakat dengan kemauan atau kekuasaan mereka.

Baca juga:

Pemberlakuan Pembatasan Wacana

Di Indonesia, ada beberapa fakta atau fenomena yang dapat dianggap sebagai sebuah upaya untuk melakukan hegemoni pada bidang politik. Beberapa contoh hegemoni media massa antara lain adalah pembatasan wacana tentang PKI dan hal-hal negatif dari pemerintah tidak diperbolehkan selama masa orde baru. Contoh lain misalnya adalah penyebarluasan gagasan-gagasan tertentu untuk memihak salah satu aktor politik di tengah pemilu. Misalnya, media massa televisi untuk membantu meningkatkan peluang dipilih rakyat saat masa pemilu presiden.

Dua stasiun televisi pada tahun 2014 lalu sangat terlihat menyampaikan wacana-wacana yang mendukung atau memperbaiki citra salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bertarung pada Pemilu 2014 lalu. Upaya ini berhasil membuat masyarakat mengikuti atau mempercayai salah satu medua dan kemudian bertarung satu sama lain dengan teman atau orang lain yang tidak sepakat tentang pandangan terhadap pasangan lainnya melalui akun-akun sosial media ataupun berdiskusi secara langsung.

Konstruksi Realitas Sosial Media Massa

Selain mempengaruhi dalam masalah politik, media massa juga dapat melakukan upaya hegemoni atas kehidupan keseharian. Misalnya dengan memberikan wacana-wacana tertentu seperti bagaimana cara kita berpakaian, makan, dan lainnya yang sesuai dengan sudut pandang penguasa atau kelompok tertentu. Contohnya adalah dalam masalah pembentukan kriteria kecantikan.

Media massa membentuk kriteria postur tubuh ideal bagi wanita. Wanita yang berbadan ideal haruslah memiliki pinggang yang kecil seperti layaknya model-model Victoria’s Secret. Padahal pada masa pramodern wanita yang berbadan ideal justru haruslah wanita yang cenderung gemuk. Selain itu, media massa juga dapat mempengaruhi anggapan tentang wanita yang cantik. Pada zaman dahulu misalnya, kriteria wanita cantik berbeda – beda mengikuti daerah mereka tinggal. Akan tetapi, saat ini kriteria kecantikan fisik hampir seragam, yaitu berkulit putih, tinggi, langsing, berhidung mancung, dll.

Itulah beberapa wujud hegemoni media massa dalam kehidupan kita sehari-hari. Agar tidak terjebak pada pandangan atau keyakinan tertentu yang keliru, maka kita harus berpikir lebih kritis dan memahami bahwa media massa berpeluang untuk mempengaruhi kita secara tidak sadar untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan.

Baca juga: