7 Teori Komunikasi Intrapersonal Menurut Para Ahli

Beberapa ahli teori telah menyatakan bahwa komunikasi intrapersonal adalah tentang komunikasi dengan diri sendiri. Berdasarkan sudut pandang ini, komunikasi intrapersonal terjadi ketika pengirim pesan dan penerima pesan adalah orang yang sama. Beberapa peneliti telah mengembangkan komunikasi dengan diri sendiri yang mencakup berbagai macam perilaku kognitif, entitas mental, serta pengetahuan dan proses yang biasanya dikaitkan dengan asosiasi dan perbandingan.

Pengertian Istilah

Di kalangan ilmuwan, istilah intrapersonal merujuk pada berbagai makna. Yang pertama adalah istilah intrapersonal yang merujuk pada perilaku kognitif secara luas. Dan, yang kedua adalah komunikasi intrapersonal yang merujuk pada proses-proses komunikasi internal  seperti penafsiran pesan yang disampaikan oleh orang lain, menentukan tujuan dan taktik, jaminan diri, penemuan diri, dan khayalan diri. Dari segi psikologi komunikasi, komunikasi intrapersonal dimaknai sebagai proses pengolahan informasi yang meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir.

Di sini, manusia dipandang sebagai pengolah informasi dimana perilaku manusia merupakan produk strategi pengolahan informasi yang rasional, yang mengarahkan penyandian, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi (Rakhmat, 2001 : 29).

Baca juga : Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli

Dari ulasan singkat di atas, terlihat bahwa komunikasi intrapersonal terkait erat dengan psikologi kognitif. Psikologi kognitif adalah studi ilmiah tentang otak manusia sebagai pengolah informasi. Para ahli psikologi kognitif mencoba untuk membangun model-model kognitif pengolahan informasi yang berlangsung dalam otak manusia termasuk persepsi, perhatian, bahasa, memori, berpikir, dan kesadaran. Kognisi merujuk pada proses mengurangi, mengelaborasi, mentransformasikan, dan menyimpan stimuli. Kognisi juga mengacu pada apa yang terjadi dalam otak manusia yang menyebabkan kita berperilaku dalam cara tertentu. Untuk alasan itulah para ahli kemudian mencoba untuk membedah komunikasi intrapersonal melalui berbagai teori yang berkaitan dengan sisi kognitif manusia. (Baca juga : Teori Sosial Kognitif)

Menurut Marianne Dainton dan Elaine D. Zelley, terdapat 4 (empat) teori komunikasi intrapersonal yang menekankan pada aspek kognitif dan aspek komunikasi intrapersonal, yaitu teori message design logic, teori akomodasi komunikasi, teori pengurangan ketidakpastian, dan teori pelanggaran harapan. Keempat teori tersebut menekankan pada proses internal yang berfungsi sebagai anteseden pada penciptaan makna yang sangat pribadi. Masing-masing perspektif berlaku untuk berbagai konteks komunikasi dan menggambarkan proses yang didorong secara internal yang diperlukan untuk membawa makna individu ke berbagai pesan. Dengan demikian, komunikasi intrapersonal memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai konteks komunikasi.

Teori komunikasi intrapersonal lainnya menekankan pada memori sebagai bagian dari proses pengolahan informasi. Menurut Rakhmat (2001), memori berperan penting dalam komunikasi intrapersonal utamanya dalam mempengaruhi persepsi maupun berpikir. Lebih lanjut Rakhmat menyatakan bahwa mempelajari memori membawa kita pada psikologi kognitif terutama  pada model manusia sebagai pengolah informasi. Terkait dengan hal ini, Robert T. Craig menyarankan para ahli komunikasi untuk mendalami lebih lanjut mengenai  psikologi kognitif guna menemukan cara baru untuk menganalisa pesan dan pengolahan pesan (Rakhmat, 2001 : 62). Adapun teori komunikasi intrapersonal yang menekankan pada memori adalah teori aus, teori interferensi, dan teori pengolahan informasi. (Baca juga : Teori Operant Conditioning)

Berikut adalah ulasan singkat beberapa teori komunikasi intrapersonal yang diungkapkan oleh para ahli :

1. Teori Message Design Logic

Teori message design logic adalah salah satu teori komunkasi organisasi yang dicetuskan oleh Daniel O’Kafee (1988). Teori ini dikembangkan O’Kafee guna mengupas dan memahami dilema yang dihadapi komunikator ketika berhadapan dengan suatu konflik atau konfrontasi dengan orang lain dalam hal ini rekan kerja. O’Kafee berpendapat bahwa orang akan membentuk jenis-jenis pesan yang berbeda karena orang memikirkan komunikasi secara berbeda. Teori ini mengaitkan komunikasi dengan proses pembentukan pesan. Dengan kata lain, orang yang memiliki pandangan yang berbeda tentang sifat dan fungsi-fungsi komunikasi akan membentuk berbagai jenis pesan yang berbeda pula.

Menurut O’Kafee, terdapat 3 (tiga) jenis logika perancangan pesan, yaitu  expressive message logic, conventional design logic, dan rhetorical message design logic.

A. Expressive message logic

Pola yang fokus pada pengirim pesan dan ekspresi diri. Orang yang menggunakan pola ini memandang komunikasi sebagai pengiriman perasaan dan pikiran dirinya kepada orang lain. Mereka merasa kesulitan untuk menahan apa yang dipikirkannya. Mereka juga memandang bahwa nilai-nilai seperti keterbukaan, kejujuran, dan kejelasan sangatlah penting dalam komunikasi. Namun mereka juga tidak percaya pada siapapun yang tampaknya terlalu startegis dalam komunikasi yang dilakukan. Komunikator seringkali memberikan sedikit perhatian pada konteks dan kesesuaian perilaku dengan konteks tertentu. Mereka juga merasakan tekanan untuk mengatakan apa yang ada di pikiran mereka.

B. Conventional design logic

Orang menggunakan pola ini memandang komunikasi sebagai sebuah permainan berbasis aturan yang dilakukan dengan cara bekerja sama. Selain itu, mereka menekankan pada kesesuaian dimana setiap individu memandang konteks komunikasi, peran komunikasi, dan hubungan sebagai panduan bagi perilaku. Mereka menaruh perhatian pada mengatakan dan melakukan hal yang benar dalam berbagai situasi kesesuaian dan melakukan hal yang benar. Untuk melakukan hal yang dianggap benar, mereka akan mengikuti berbagai aturan.

C,. Rhetorical message design logic

Seorang menggunakan pola ini memandang komunikasi sebagai alat yang ampuh untuk menciptakan berbagai situasi dan menegosiasikan berbagai tujuan. Pendekatan ini lebih menekankan pada fleksibilitas, kepuasan dan keterampilan komunikasi dibandingkan dengan ekspresi diri atau kesesuaian sosial. Mereka yang menggunakan pola ini akan memberikan perhatian pada komunikasi yang dilakukan orang lain sebagai upaya untuk mengetahui sudut pandang orang lain. Mereka akan mencoba untuk mengantisipasi dan mencegah berbagai permasalahan dengan mendefinisikan kembali situasi guna mencapai manfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam interaksi.

2. Teori Akomodasi Komunikasi

Teori akomodasi komunikasi adalah teori yang terkait dengan teori identitas sosial yang menjelaskan bahwa orang akan menyesuaikan komunikasinya dengan cara meminimalisir perbedaan sosial.  Selain terkait dengan teori identitas sosial, teori akomodasi komunikasi juga terkait atau memiliki kesamaan dengan teori psikologi sosial lainnya seperti teori atraksi, teori proses pertukaran sosial (teori pertukaran sosial), teori proses atribusi kausalitas (teori atribusi), dan teori kekhasan antar kelompok. Teori akomodasi komunikasi juga digunakan dalam komunikasi antar budaya,  komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, dan lain-lain.

Teori akomodasi komunikasi yang dikembangkan oleh Howard Giles dan kawan-kawan awalnya dikenal sebagai speech accommodation theory. Teori akomodasi komunikasi  menyediakan  sebuah platform informatif untuk memahami bagaimana kita mengadaptasi komunikasi kita ketika berinteraksi dengan orang lain. Intinya, Giles dan kawan-kawan berpendapat bahwa ketika kita berinteraksi dengan orang lain, setiap individu akan mengakomodasi pola tutur dan bahasa mereka atau melakukan penyesuaian pola tutur mereka atau dengan membedakan tutur bahasa yang digunakan.

Teori akomodasi komunikasi mengeksplorasi beragam alasan mengapa individu menekankan atau meminimalisir perbedaan sosial antara dirinya sendiri dan lawan bicara mereka melalui komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Teori akomodasi komunikasi berkaitan dengan hubungan antara bahasa, konteks, dan identitas. Teori ini berfokus pada faktor antar kelompok dan interpersonal yang mengarah pada akomodasi, dan juga cara-cara yang memungkinkan kekuatan, konteks makro dan konteks mikro yang mempengaruhi perilaku komunikasi.

Beberapa prinsip dan konsep dari teori identitas sosial juga dapat diterapkan dalam teori akomodasi komunikasi. Di bawah pengaruh psikologi sosial, teori akomodasi komunikasi memiliki beberapa asumsi sebagai berikut :

  • Terdapat kesamaan dan ketidaksamaan tutur kata dan perilaku dalam setiap percakapan.
  • Cara kita menerima tutur kata dan perilaku orang lain menentukan evaluasi kita terhadap percakapan yang dilakukan.
  • Bahasa sebagai alat komunikasi dan perilaku memiliki kemapuan untuk mengkomunikasikan status sosial dan rasa memiliki kelompok antara orang-orang dalam sebuah percakapan.
  • Norma-norma memandu proses akomodasi yang bervariasi sesuai dengan tingkat kesesuaiannya.

Teori ini menggambarkan dua proses akomodasi utama yaitu konvergen dan divergen. Konvergen mengacu pada strategi di mana individu menyesuaikan diri dengan perilaku komunikatif masing-masing untuk mengurangi perbedaan sosial. Sementara itu, divergen mengacu pada contoh di mana individu menonjolkan perbedaan komunikasi dan nonverbal antara mereka dan lawan bicara mereka. Terkadang ketika individu mencoba untuk terlibat dalam konvergensi mereka juga dapat berakhir dengan akomodatif, dan meskipun niat baik mereka, konvergensi mereka dapat dilihat sebagai merendahkan.

3. Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty Reduction Theory)

Teori pengurangan ketidakpastian atau uncertainty reduction theory dirumuskan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese (1975) untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang asing yang terikat dalam percakapan pertama mereka bersama-sama. Para peneliti sebelumnya menggunakan pendekatan komunikasi interpersonal dari perspektif empiris. Hipotesis yang dibangun berasal dari teori-teori psikologi sosial. Kurangnya perhatian pada proses komunikasi interpersonal telah memotivasi Berger dan Calabrese untuk membentuk hipotesis yang melibatkan perilaku komunikasi secara langsung.

Teori pengurangan ketidakpastian dibangun dengan tujuh asumsi, yaitu :

  • Orang mengalami ketidakpastian dalam konteks interpersonal.
  • Ketidakpastian adalah hal tidak menyenangkan dan menghasilkan tekanan kognitif.
  • Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah mengurangi ketidakpastian atau meningkatkan prediktabilitas.
  • Komunikasi interpersonal adalah proses perkembangan yang terjadi melalui beberapa tahapan.
  • Komunikasi interpersonal adalah sarana utama pengurangan ketidakpastian.
  • Kuantitas dan sifat informasi yang orang bagi akan berubah sepanjang waktu.
  • Hal ini dimungkinkan untuk memprediksi perilaku orang secara hukum.

Menurut Berger, terdapat beberapa kondisi yang membuat orang menjadi termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian, yaitu :

  • Melakukan antisipasi interaksi di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa kita akan lebih termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian tentang seseorang yang mungkin saja akan kita temui lagi di masa depan.
  • Nilai insentif, termasuk di dalamnya adalah gagasan bahwa kita diminta untuk belajar lebih banyak tentang seseorang jika individu yang bersangkutan memiliki potensi untuk memberi kita imbalan atau hukuman.
  • Penyimpangan terjadi jika seseorang yang tidak biasa menghalangi harapan kita dengan cara tertentu makan teori ini menyarankan agar individu lebih cenderung mengurangi ketidakpastian mereka tentang individu.

Terdapat 2 (dua) macam ketidakpastian yaitu ketidakpastian perilaku dan ketidakpastian kognitif. Yang dimaksud dengan ketidakpastian perilaku adalah bagaimana untuk bertindak dengan sesuai. Sedangkan yang dimaksud dengan ketidakpastian kognitif adalah bagaimana untuk berpikir tentang seseorang atau sesuatu.

Baca juga : Teori Manajemen Koordinasi Makna

4. Teori Pelanggaran Harapan (Expectancy Violations Theory)

Teori pelanggaran harapan atau expectancy violations theory yang dikembangkan oleh Judee Burgoon menjelaskan tentang bagaimana komunikasi nonverbal mempengaruhi perilaku orang. Orang cenderung untuk mengharapkan atau memprediksi orang untuk berperilaku dengan cara tertentu selama percakapan yang terkadang dilanggar karena status hubungan komunikator, situasi dimana mereka berada, dan keadaan mental mereka. Pelanggaran ini terkadang dianggap positif atau negatif menurut situasi dan orang-orang yang terlibat.

Teori ini bersifat sosiopsikologis dan menitikberatkan pada kode-kode sosial baik dalam komunikasi intrapersonal maupun komunikasi interpersonal. Teori pelanggaran harapan juga terkait erat dengan teori komunikasi lainnya seperti teori disonansi kognitif dan teori pengurangan ketidakpastian yang merupakan bagian dari teori komunikasi interpersonal atau teori-teori komunikasi antar pribadi.

Teori  pelangaran harapan membangun sejumlah aksioma komunikasi. Menurut Burgoon, asumsi utama teori pelanggaran harapan adalah manusia memiliki kebutuhan untuk bersaing bagi ruang personal dan afiliasi.  Secara khusus, manusia membutuhkan sejumlah ruang pribadi atau jarak atau privasi. Orang juga menginginkan sejumlah kedekatan dengan orang lain atau afiliasi.

Selain menjelaskan kebutuhan ruang dan privasi individu, teori pelanggaran harapan juga membuat prediksi yang lebih spesifik mengenai bagaimana individu akan bereaksi terhadap pelanggaran yang diberikan. Sebelum membuat prediksi tentang timbal balik atau kompensasi maka individu harus mengevaluasi tiga konsep inti dalam teori pelanggaran harapan yaitu harapan, valensi pelanggaran, dan valensi penghargaan komunikator.

Baca juga : Teori Interaksi Simbolik

5. Teori Aus (Disuse Theory)

Teori aus atau disuse theory berpendapat bahwa memori manusia akan hilang seiring dengan berjalannya waktu. Melalui sejumlah eksperimen, William James dan Benton J. Underwood membuktikan bahwa semakin sering kita mengingat maka akan semakin buruk kemampuan kita mengingat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak selalu waktu yang dapat membuat memori kita menjadi aus namun juga berbagai faktor lainnya (Rakhmat, 2001 : 65).

Baca juga : Teori Negosiasi

6. Teori interferensi (Interference Theory)

Teori interferensi atau interference theory menggambarkan memori sebagai sebuah kanvas dan pengalaman adalah lukisan pada kanvas tersebut. Jika kita telah melukis pemandangan sebelumnya pada kanvas kemudian kita mencoba untuk merekam lukisan manusia maka lukisan manusia menyebabkan terhapusnya lukisan yang pertama. Hal ini dinamakan interferensi.

Contoh lain adalah ketika kita mencoba untuk menghafal halaman pertama rumus matematika, berhasil. Kemudian, kita lanjutkan dengan menghafal halaman kedua, dan berhasil juga. Namun, ingatan kita tentang rumus matematika pada halaman akan berkurang. Hal ini dinamakan inhibisi retroaktif.

Contoh lainnya adalah sebagaimana yang telah dijelaskan dalam teori aus bahwa semakin banyak kita mengingat maka akan semakin buruk daya ingat kita. Ketika masa sekolah dulu, seorang teman pernah berkelakar ketika masa ujian. Ia berkata, “Semakin banyak kita menghafal maka akan semakin banyak yang kita lupa. Tapi jika tidak ada yang kita hafal maka kita tidak akan lupa.” Hal ini dinamakan inhibisi proaktif (Rakhmat, 2001 : 65).

Baca juga : Teori Pertukaran Sosial

7. Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)

Teori pengolahan informasi merupakan salah satu paradigma psikologi kognitif yang memandang bahwa otak manusia dianalogikan dengan komputer ketika mengolah informasi.  Secara singkat, proses pengolahan informasi adalah informasi mula-mula disimpan pada sensory storage atau ruang penyimpanan inderawi, kemudian masuk ke dalam short-term memory atau memori jangka pendek, lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan dalam long-term memory atau memori jangka panjang (Rakhmat, 2001 : 66).

Baca juga : Karakteristik New MediaKomunikasi Multimedia

Manfaat Mempelajari Teori Komunikasi Intrapersonal

Mempelajari teori komunikasi intrapersonal dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya adalah kita memahami latar belakang teori komunikasi intrapersonal yang sebaian besar berakar pada pendekatan psikologi kognitif. Selain itu, kita juga dapat memahami beberapa teori komunikasi intarpersonal yang diungkapkan oleh para ahli.

Demikianlah ulasan singkat tentang beberapa teori komunikasi intrapersonal yang diungkapkan oleh para ahli. Semoga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang teori komunikasi khususnya teori komunikasi intrapersonal serta ilmu komunikasi pada umumnya.