Ketika kita melihat apa yang dilakukan oleh orang lain, tak jarang kita akan mencoba untuk mengetahui atau memahami alasan mengapa mereka melakukan perbuatan tertentu. Begitu juga dengan perilaku yang kita tampilkan di hadapan orang lain. Dalam psikologi sosial, hal ini dinamakan dengan atribusi. Yang dimaksud dengan atribusi adalah proses dimana individu menjelaskan penyebab dari berbagai kejadian dan perilaku orang lain. Sementara itu, menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne, yang dimaksud dengan atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Rakhmat, 2001 : 93).
Teori atribusi menyuguhkan sebuah kerangka kerja untuk memahami bagaimana setiap individu menafsirkan perilaku mereka sendiri dan perilaku orang lain. Teori atribusi menekankan pada bagaimana individu menafsirkan berbagai kejadian dan bagaimana hal ini berkaitan dengan pemikiran dan perilaku mereka. Teori atribusi pertama kali dikemukakan oleh Fritz Heider (1958) dan dikembangkan lebih lanjut oleh Edward Jones dan Keith Davis (1965), Harold Kelley (1967, 1972), dan Bernard Weiner (1974).
Baca juga :
Pengertian
Beberapa ahli psikologi telah merumuskan berbagai pengertian atribusi dan dari pengertian tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah teori. Para ahli psikologi seperti Fritz Heider, Edward Jones, Harold Kelley, dan Bernard Weiner adalah ahli-ahli yang mendefinisikan atribusi dari sudut pandang masing-masing.
Adapun pengertian atribusi menurut mereka adalah sebagai berikut (Malle, 2007 : 74) :
1. Fritz Heider (1958)
Fritz Heider adalah salah satu ahli psikologi yang pertama kali mendefinisikan istilah atribusi. Terdapat dua pengertian atribusi menurut Heider, yaitu atribusi sebagai proses persepsi dan atribusi sebagai penilaian kausalitas.
a. Atribusi sebagai proses persepsi
Menurut Heider, atribusi merupakan inti dari proses persepsi manusia. Lebih jauh Heider berpendapat bahwa manusia terikat dalam proses psikologis yang menghubungkan pengalaman subyektif mereka dengan berbagai obyek yang ada. Kemudian, berbagai obyek tersebut direkonstruksi secara kognitif agar menjadi sumber-sumber akibat dari pengalaman perseptual. Sebaliknya, ketika orang mencoba untuk membayangkan sebuah obyek, maka mereka akan menghubungkan pengalaman tersebut ke dalam alam pikiran mereka. (Baca juga : Teori Perbandingan Sosial)
b. Atribusi sebagai penilaian kausalitas
Ketertarikan Heider pada kognisi sosial telah mengantarkannya pada perumusan atribusi selanjutnya. Menurutnya, kognisi sosial adalah proses dimana orang merasakan dan membuat penilaian tentang orang lain. Di sinilah kemudian muncul atribusi sebagai penilaian kausalitas yang menekankan pada penyebab orang berperilaku tertentu.
Terdapat dua jenis atribusi kausalitas yaitu atribusi personal dan atribusi impersonal. Yang dimaksud dengan atribusi personal adalah penyebab personal atau pribadi yang merujuk pada kepercayaan, hasrat, dan intensi yang mengarahkan pada perilaku manusia yang memiliki tujuan. Sedangkan, atribusi impersonal adalah penyebab diluar pribadi yang bersangkutan yang merujuk pada kekuatan yang tidak melibatkan intensi atau tujuan. Untuk itu, dalam ranah persepsi sosial, orang akan berupaya untuk menjelaskan terjadinya sebuah perilaku. (Baca juga : Teori Sosial Kognitif)
2. Edward E. Jones (1965)
Edward E. Jones adalah salah seorang peneliti yang tertarik pada suatu penilaian yang terkadang diberikan oleh seseorang ketika mereka mengamati perilaku orang lain. Inferensi yang dibuat umumnya terkait dengan disposisi orang yang lebih stabil seperti sifat, sikap, dan nilai. Misalnya, kita melihat orang bertato dan bertampang seram dan kemudian kita langsung menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah preman. Kita lebih suka membuat atribusi disposisi walaupun perilaku dalam situasi tertentu tidak menjamin simpulan yang dihasilkan.
Baca juga :
3. Para ahli psikologi sosial
Para ahli psikologi sosial menyatakan bahwa responsibility attributions dan blame attributions merupakan penilaian yang bersifat moral. Ketika keluaran atau hasil negatif terjadi maka orang akan mencoba untuk menemukan siapa yang bertanggung jawab terhadap keluaran tersebut dan siapa yang harus disalahkan. Kerapkali, responsibility attributions berhubungan langsung dengan atribusi kausalitas namun kadangkala lebih kompleks. Responsibility attributions didasarkan pada kausalitas dan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang.
Itulah beberapa pengertian atribusi yang diungkapkan oleh para ahli. Dengan demikian, pada umumnya yang dimaksud dengan atribusi adalah berbagai inferensi atau simpulan yang digambarkan oleh manusia mengenai penyebab terjadinya sesuatu atau perilaku orang lain dan perilaku dirinya sendiri.
Baca juga : Komunikasi Sosial Menurut Para Ahli – Pengantar Ilmu Komunikasi – Psikologi Komunikasi
Asumsi Dasar
Pada umumnya, teori atribusi menekankan pada bagaimana setiap individu menafsirkan berbagai kejadian dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan pemikiran dan perilaku mereka. Teori atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan. Orang akan berusaha untuk memahami mengapa orang lain melakukan sesuatu dan memberikan penyebab bagi perilaku.
Terkait dengan hal ini, Heider menyatakan bahwa orang dapat membuat dua atribusi yaitu atribusi internal dan atribusi eksternal. Atribusi internal adalah inferensi yang dibuat oleh seseorang tentang sikap, karakter, atau pribadi seseorang. Sementara itu, atribusi eksternal adalah inferensi yang dibuat seseorang terakit dengan situasi dimana ia berada.
Baca juga : Sistem Pers Otoriter – Tujuan Media Relations
Teori-teori Atribusi
Meskipun disebut sebagai teori atribusi, namun sejatinya teori atribusi meliputi beberapa macam teori atribusi yang telah dirumuskan oleh para ahli psikologi, diantaranya adalah teori atribusi Fritz Heider, teori atribusi Edward Jones dan Keith Davis, teori atribusi Harold Kelley, dan teori atribusi Bernard Weiner.
a. Teori Atribusi Fritz Heider
Fritz Heider adalah peneliti pertama yang mengenalkan teori atribusi saat teori-teori belajar dari pendekatan behaviorisme (contohnya teori operant conditioning), teori-teori memori dan teori-teori psikoanalisis mendominasi ranah psikologi akademis. Teori-teori tersebut jarang sekali digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia. Sebaliknya, melalui teori atribusinya, Heider mencoba untuk menekankan bahwa mempelajari atribusi sangatlah penting karena atribusi memberikan pengaruh pada apa yang dirasakan dan apa yang dilakukan oleh manusia.
Heider juga merupakan peneliti pertama yang mengkaji tentang proses atribusi khususnya pada bagaimana seseorang membangun sebuah impresi atau kesan bagi orang lain. Menurutnya, impresi atau kesan ini dibangun melalui tuga tahapan proses yaitu pengamatan perilaku, menentukan apakah perilaku itu disengaja atau tidak, dan mengelempokkan perilaku ke dalam perilaku yang termotivasi secara internal atau eksternal. (Baca juga : Teori Interaksi Simbolik).
b. Teori Atribusi Edward Jones dan Keith Davis
Pada tahun 1965, Edward Jones dan Keith Davis mempublikasikan sebuah teori correspondent inference atau inferensi koresponden. Berdasarkan teori inferensi koresponden, kita cenderung menggunakan informasi tentang perilaku orang lain dan efeknya untuk menggambarkan sebuah inferensi koresponden dimana perilaku tersebut dikaitkan dengan karakteristik disposisi atau kepribadian. Hal ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
- Pertama, mengidentifikasi maksud dari efek perilaku seseorang. Kita cenderung untuk menarik inferensi koresponden jika perilaku tersebut muncul dengan disengaja dibandingkan dengan tidak disengaja.
- Kedua, kita cenderung memutuskan ada korespondensi bila dampak dari perilaku tersebut tidak diinginkan secara sosial.
Baca juga : Proses Interaksi Sosial – Jenis-jenis Interaksi Sosial
Inferensi koresponden dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu efek-efek yang tidak umum, keinginan sosial, dan kebebasan memilih.
- Efek-efek tidak umum – berbagai elemen pola tindakan yang tidak dibagi dengan pola tindakan alternative.
- Keinginan sosial – perilaku yang tidak diinginkan secara sosial dapat menuntun pada inferensi koresponden dibandingkan dengan perilaku yang diinginkan secara sosial.
- Kebebasan memilih – semakin besar kebebasan memilih maka semakin besar pula inferensi koresponden.
Teori inferensi koresponden memiliki keterbatasan, diantaranya adalah :
- Teori ini mengasumsikan bahwa pengamat memutuskan kesamaan efek dengan membandingkan perilaku aktual aktor dengan beberapa tindakan yang tidak dipilih. Sejatinya, pengamat jarang mempertimbangkan tindakan yang tidak dipilih.
- Kesimpulan koresponden kerapkali digambarkan bahkan ketika kita menilai tindakan seseorang tidak disengaja.
- Proses yang terlibat dalam menarik kesimpulan tentang perilaku orang lain lebih kompleks daripada yang disarankan dalam teori inferensi koresponden.
Baca juga : Komunikasi Multimedia – Komunikasi Asertif
3. Teori Atribusi Harold Kelley
Harold Kelley adalah salah satu ahli yang mengembangkan teori atribusi lebih lanjut yang dikenal dengan model kovarians Kelley. Model ini merupakan teori atribusi dimana orang membuat kesimpulan sebab akibat untuk menjelaskan mengapa orang lain dan diri kita berperilaku dengan cara tertentu. Hal ini berkaitan dengan persepsi sosial dan persepsi diri.
Prinsip kovariasi menyatakan bahwa sebuah efek dikaitkan dengan salah satu penyebabnya yang mungkin dan berlebihan. Dalam artian bahwa perilaku tertentu dikaitkan dengan potensi penyebab yang muncul pada saat bersamaan. Prinsip ini berguna bila individu memiliki kesempatan untuk mengamati perilaku tersebut selama beberapa kali. Penyebab hasil dapat dikaitkan dengan orang (internal), stimulus (eksternal), keadaan, atau beberapa kombinasi dari faktor-faktor ini. Atribusi dibuat berdasarkan tiga kriteria, yaitu konsensus, keistimewaan, dan konsistensi.
- Konsensus – menggambarkan bagaimana orang lain, dalam keadaan yang sama, akan berperilaku.
- Konsistensi – merujuk pada apakah orang yang diamati akan berperilaku dengan cara yang sama, dalam situasi yang sama, setiap waktu.
- Keistimewaan – merujuk pada berbagai variasi dalam mengamati perilaku orang lain dalam situasi yang berbeda.
Baca juga : Teori Strategi Komunikasi – Teori Negosiasi
4. Teori Atribusi Bernard Weiner
Bernard Weiner mengembangkan sebuah kerangka kerja teoretis yang sangat berpengaruh dalam psikologi sosial hingga kini. Teori atribusi yang dikembangkan oleh Weiner lebih menekankan pada pencapaian. Menurut Weiner, faktor-faktor penting yang mempengaruhi atribusi adalah kemampuan, upaya atau usaha, kesulitasn tugas, dan keberuntungan. Atribusi dikelompokkan ke dalam tiga dimensi kausalitas, yaitu :
- Locus of control – internal dan eksternal
- Stability – apakah penyebab berubah setiap waktu atau tidak
- Controllability – penyebab seseorang dapat mengendalikan keterampilan dan penyebab seseorang tidak dapat mengendalikan tindakan orang lain dan lain-lain
Ketiga dimensi tersebut secara bersama-sama menciptakan delapan skenario yang digunakan orang untuk menjelaskan pencapaian dan kekecewaan mereka. Kedelapan skenario itu adalah (McDermott, 2009 : 61) :
- Internal – stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya tidak terlalu pintar”.
- Internal – stabil – dapat dikontrol, misalnya “saya selalu menunggu hingga menit-menit akhir”.
- Internal – tidak stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya merasa sakit”.
- Internal – tidak stabil – dapat dikontrol, misalnya “saya lupa tentang pendaftaran itu”.
- Eksternal – stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya harapan dosen yang tidak realistis
- Eksternal – stabil – dapat dikontrol, misalnya “guru membenci saya”.
- Eksternal – tidak stabil – tidak dapat dikontrol, misalnya “saya tadi di mobil yang mengalami kecelakaan”.
- Eksternal – tidak stabil – dapat dikontrol, misalnya “kucing itu makan makanan saya”.
Baca juga : Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan – Komunikasi Pembelajaran
Kesalahan dalam Atribusi
Terdapat beberapa jenis kesalahan dalam atribusi, diantaranya adalah kesalahan atribusi yang mendasar, bias melayani diri sendiri, atribusi defensif, dan efek faktor pengamat.
A. Kesalahan atribusi yang mendasar
Kesalahan atribusi yang umum di mana orang terlalu menekankan perilaku personal atau disposisi (internal) perilaku negatif orang lain atau hasil buruk dan meremehkan faktor situasional (eksternal). Ketika menafsirkan tindakan atau hasil positif orang lain, bagaimanapun orang terlalu menekankan penyebab situasional dan meremehkan penyebab disposisi. Contoh kesalahan atribusi yang mendasar adalah “Jika kamu gagal, maka berarti kamu bodoh”. Dari contoh tersebut terlihat bahwa terdapat kecenderungan untuk merendahkan peran disposisi atau faktor internal atau faktor-faktor pribadi. Merujuk apa yang dinyatakan oleh Heider bahwa orang-orang adalah prototipe dari asal usulnya maka dengan memandang orang sebagai sebuah prototipe dari asal usulnya sejatinya menuntun kita pada kesalahan atribusi yang mendasar.
B. Bisa melayani diri sendiri
Kesalahan dimana individu mengaitkan kesuksesan dan kegagalan mereka dengan faktor yang berbeda. Keberhasilan seseorang dan hasil positif dikaitkan dengan karakteristik internal dan disposisi sedangkan kegagalan seseorang atau hasil negatif dianggap berasal dari sebab eksternal dan situasional.
C. Atribusi defensif
Kecenderungan untuk menyalahkan korban atas kemalangan mereka sendiri. Atribusi defensif dapat disebut sebagai pengembangan dari kesalahan atribusi yang mendasar.
D. Efek aktor pengamat
Karena adanya perbedaan perspektif dan perbedaan informasi tentang suatu kejadian dan partisipan. Setiap aktor memiliki informasi yang lebih tentang perilaku di masa lalu dan lebih waspada terhadap faktor-faktor situasional dibandingkan pengamat. Ketika pengamat memiliki informasi yang lebih tentang seseorang dan situasi, maka mereka akan menjadi kurang rawan terhadap kecenderungan tersebut.
Baca juga : Media Massa Menurut Para Ahli – Teori Media Massa
Kelebihan dan Kekurangan Teori Atribusi
Teori atribusi pun dipandang memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan teori atribusi adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan teori atribusi
- Teori atribusi menyediakan kemampuan dalam memberikan prediksi guna membantu kita mengatasi semua yang ditawarkan oleh kehidupan.
- Teori atribusi efektif dalam memprediksi perilaku ketika identifikasi penyebabnya dilakukan dengan benar.
b. Kekurangan teori atribusi
- Kesimpulan yang tidak akurat dapat menyebabkan penilaian yang salah.
- Dapat menimbulkan pengharapan adanya perilaku tertentu dari diri sendiri atau orang lain yang bisa saja tidak akan menjadi kenyataan.
- Dalam teori atribusi, berbagai penyebab lain mungkin diabaikan.
- Dalam teori atribusi, kesimpulan yang dibuat oleh seseorang kemungkinan besar menjadi bias karena cenderung melestarikan citra dirinya.
Baca juga : Macam-macam Media Komunikasi – Komunikasi Langsung dan Tidak Langsung
Kritik
Teori atribusi secara umum tidak lepas dari kritik, berikut adalah beberapa diantaranya :
- Teori atribusi dipandang terlalu mekanis dan reduksionis karena mengasumsikan orang adalah pemikir yang rasional, logis, dan sistematis.
- Teori atribusi dipandang tidak berhasil dalam mengatasi faktor budaya, sosial dan sejarah yang membentuk atribusi kausalitas.
Baca juga :
Manfaat Mempelajari Teori Atribusi
Mempelajari teori atribusi dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Kita memahami berbagai pengertian atribusi yang diungkapkan para ahli
- Kita memahami asumsi dasar teori atribusi
- Kita memahami berbagai teori dalam teori atribusi
- Kita memahami berbagai kesalahan dalam atribusi
- Kita memahami kelebihan dan kekurangan teori atribusi
- Kita memahami kritik terhadap teori atribusi
Demikianlah ulasan singkat tentang teori atibusi sebagai salah satu teori komunikasi interpersonal yang berakar dari psikologi sosial. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang teori komunikasi dan ilmu komunikasi pada umumnya.