Teori integratif adalah salah satu perspektif dalam teori organisasi yang menjelaskan bagaimana orang-orang, teknologi, dan lingkungan sebagai konsep dasar komunikasi organisasi saling berintegrasi untuk mempengaruhi semua yang terjadi dalam organisasi. Teori integratif lahir sebagai bentuk reaksi terhadap teori manajemen klasik atau teori organisasi klasik dan teori perilaku karena kedua teori tersebut dipandang gagal dalam mengintegrasikan struktur organisasi, teknologi, dan orang-orang dengan lingkungan yang lebih luas dimana organisasi itu berada.
Sebagaimana telah kita pahami bersama bahwa teori manajemen klasik lebih menitikberatkan perhatiannya pada struktur organisasi dan rancangan pekerjaan dibandingkan dengan manusia dan lingkungan organisasi.
Sementara itu, teori perilaku lebih menekankan pada manusia dan juga memiliki kecenderungan untuk mengabaikan pengaruh diluar batasan organisasi. Perbedaan sudut pandang inilah yang mendorong para ahli atau peneliti organisasi mengembangkan teori integratif.
Menurut Shockley-Zalabak (2006 : 80-87), terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami teori integratif yaitu pendekatan proses dan lingkungan serta pendekatan kultural.
Pendekatan proses dan lingkungan adalah pendekatan teori integratif yang berusaha untuk menggambarkan kompleksitas proses organisasi yang dipengaruhi oleh faktor internal organisasi dan lingkungan eksternal.
Sementara itu, pendekatan kultural teori integratif adalah pendekatan yang menjelaskan perilaku organisasi yang dipengaruhi budaya yang ada di dalam organisasi maupun yang ada di luar organisasi.
Masing-masing pendekatan terdiri dari beberapa teori yang dapat digunakan untuk memahami teori integratif. Teori-teori yang dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Pengambilan Keputusan
Salah satu tujuan penerapan komunikasi dalam organisasi adalah untuk mengambil keputusan. Pendekatan pengambilan keputusan adalah sebuah konsep yang dikenalkan oleh Herbert Simon. Konsep ini didasarkan atas pandangannya tentang organisasi sebagai sebuah struktur pengambil keputusan.
Bagi Simon, keputusan dibuat di semua tingkatan organisasi. Beberapa keputusan tersebut memberi dampak pada beberapa anggota organisasi dan beberapa yang lainnya merupakan keputusan yang relatif kurang penting dalam hal detil keputusan.
Setiap keputusan didasarkan atas sejumlah premis dan Simon menitikberatkan perhatiannya pada bagaimana premis-premis tersebut berkaitan dengan preferensi pengambil keputusan, kondisi sosial, dan komunikasi yang diterima dari unit organisasi.
Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manusia juga memiliki keterbatasan. Untuk memahami keterbatasan ini, Simon kemudian mengembangkan sebuah konsep lain yakni rasionalitas yang dibatasi sebagai sebuah cara untuk memahami pengolahan informasi dan pengambilan keputusan.
Konsep ini mengasumsikan bahwa orang berniat menjadi rasional tetapi dengan kapasitas pengolahan informasi yang terbatas.
Hal ini mengakibatkan proses pengambilan keputusan didasarkan atas persepsi selektif dan karenanya menunjukkan rasionalitas yang terbatas. Persepsi selektif sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hambatan komunikasi organisasi.
2. Integrasi Sosial-teknis
Konsep integrasi sosial-teknis dikenalkan oleh Eric Trist dan Kenneth Bamforth. Konsep ini mengacu pada keterkaitan antara aspek sosial dan teknis sebuah organisasi. Konsep ini didasarkan atas dua prinsip utama yaitu :
- Interaksi antara faktor-faktor sosial dan teknis organisasi yang menciptakan kondisi berhasil tidaknya kinerja organisasi. Interaksi ini terdiri dari hubungan linear dan hubungan tidak linear. Hubungan linear mengacu pada hubungan sebab akibat sedangkan hubungan tidak linear mengacu pada hubungan baik atau buruk yang kerapkali tidak dapat diprediksi.
- Optimasi salah satu aspek yang cenderung meningkatkan kuantitas hubungan yang tidak dapat diprediksi dan hubungan yang dapat membahayakan bagi kinerja sistem.
Pendekatan ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan kebutuhan sosial dan psikologis manusia dengan tujuan organisasi. Pendekatan ini juga menunjukkan pentingnya komunikasi dalam dunia kerja, pemenuhan kebutuhan lingkungan, dan pemenuhan kebutuhan pribadi karyawan.
3. Teori Kontingensi
Teori kontingensi adalah salah satu teori organisasi yang menyatakan bahwa tidak ada cara terbaik untuk mengatur perusahaan, memimpin perusahaan, atau untuk membuat keputusan selain mengoptimalkan tindakan yang bergantung pada situasi internal maupun eksternal perusahaan.
Namun perlu dipahami bahwa gaya organisasi, gaya kepemimpinan atau komunikasi kepemimpinan, dan gaya pengambilan keputusan yang optimal belum tentu berhasil untuk situasi yang lain karena bergantung pada kendala yang dihadapi dalam internal maupun eksternal perusahaan.
Kendala yang dimaksud dapat berupa ukuran organisasi atau perusahaan, cara organisasi atau perusahaan beradaptasi dengan lingkungannya, dan perbedaan antara sumber daya dan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan.
Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Joan Woodward dan dikembangkan lebih lanjut oleh Paul Lawrence dan Jay Lorsch.
4. Teori Sistem
Salah satu pendekatan penting dalam komunikasi organisasi adalah pendekatan sistem. Pendekatan sistem dalam komunikasi organisasi adalah pendekatan yang memandang organisasi sebagai sebuah sistem yang terdiri dari subsistem-subsistem yang tergantung satu sama lain.
Teori sistem adalah salah satu teori organisasi sekaligus teori komunikasi organisasi yang memandang organisasi sebagai sistem sosial terbuka yang harus berinteraksi dengan lingkungannya agar bisa bertahan.
Menurut teori sistem, organisasi bergantung pada lingkungannya untuk beberapa hal penting seperti pelanggan, penyuplai atau pemasok, karyawan, manajemen, pemegang saham, dan pemerintah. Menurut para ahli, teori sistem ditujukan untuk memahami proses komunikasi dalam organisasi dan proses perilaku organisasi.
Salah satu teori sistem yang seringkali dijadikan rujukan adalah teori sistem sosial dalam komunikasi organisasi yang diterapkan oleh Daniel Katz dan Robert Kahn.
Teori sistem sosial Katz dan Kahn mengidentifikasi perilaku organisasi melalui pemetaan siklus berulang dari input, throughput, output, dan feedback antara organisasi dan lingkungan eksternalnya. Sistem menerima input dari lingkungan kemudia sistem mengolah input secara internal.
Proses pengolahan input ini disebut dengan throughput dan kemudian melepaskan output ke dalam lingkungan sebagai upaya untuk mencapai keseimbangan. Sistem kemudian mencari umpan balik untuk menentukan apakah output dapat mencapai keseimbangan dengan efektif atau tidak.
5. Elemen-elemen Budaya
Budaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam organisasi. Menurut Terrence Deal dan Allen Kennedy, terdapat lima elemen dasar budaya organisasi yaitu lingkungan bisnis, nilai-nilai, kepahlawanan, ritual, dan jaringan budaya. Masing-masing elemen berkontribusi pada perilaku dan membantu karyawan mengerjakan tugasnya dengan sedikit lebih baik.
Intinya, budaya organisasi yang kuat memberikan kontribusi besar terhadap pengelolaan organisasi melalui penjabaran secara umum tata cara orang-orang berperilaku dan membantu orang-orang merasa lebih baik dengan apa yang mereka lakukan dan memungkinkan mereka untuk bekerja keras dan memiliki produktivitas kerja yang sangat baik.
Teori integratif memberikan berbagai implikasi bagi komunikasi organisasi diantaranya adalah adanya beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi organisasi yang tidak hanya terkait dengan apa yang terjadi dalam organisasi melainkan juga bagaimana organisasi berkomunikasi dengan lingkungan, pelanggan, dan stakeholder lainnya.
Selain itu, peran komunikasi dalam organisasi atau fungsi komunikasi dalam organisasi lainnya adalah menyampaikan pesan-pesan tentang budaya dan mempengaruhi perilaku.
Demikianlah ulasan singkat tentang teori integratif dalam komunikasi organisasi. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori integratif dan implikasinya pada komunikasi organisasi.