Teori Komunikasi dalam Tradisi Retorika

Retorika memiliki dua macam pengertian, yaitu pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Pengertian sempit retorika adalah mengenai bicara dan pengertian luas retorika adalah seni penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisan.

Retorika memiliki sejarah yang sangat panjang dan sekaligus merupakan titik awal sejarah perkembangan ilmu komunikasi. Menurut para ahli, retorika merupakan salah satu disiplin akademis yang sangat mendominasi pada masa Yunani Kuno dan Romawi Kuno.

Pada mulanya, retorika hanya menitikberatkan pada persuasi namun retorika kemudian berevolusi hingga meliputi seluruh penggunaan lambang oleh manusia untuk mempengaruhi lingkungan sekitarnya dan membentuk dunia tempat mereka tinggal.

Retorika merupakan tradisi teori komunikasi tertua apabila dibandingkan dengan tradisi fenomenologi dalam teori komunikasi dan tradisi teori komunikasi lainnya.

Menurut Robert T. Craig, tradisi retorika memandang komunikasi sebagai sebuah seni praktek diskursus. Dalam artian bahwa komunikasi manusia merupakan sebuah bentuk seni yang seringkali ditampilkan pada berbagai macam bentuk seperti persuasi atau pidato.

Berdasarkan tradisi retorika, komunikasi dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan argumen yang kuat dan kredibel yang dapat mengarah pada keberhasilan persuasi terhadap khalayak.

Permasalahan komunikasi terjadi manakala komunikator mengalami ketidakpastian saat menampilkan seni mempersuasi orang lain selama proses interaksi sosial berlangsung.

Berbagai teori komunikasi menurut para ahli yang berada di bawah payung tradisi retorika umumnya menekankan pada beberapa topik seperti penggunaan simbol-simbol di setiap diskursus atau pidato yang efektif, cara berbicara di depan umum untuk mempersuasi massa, dan kesempurnaan diskursus publik melalui studi kritis dan pelatihan ekstensif.

Meskipun sebagian besar teori komunikasi dalam tradisi retorika berasal dari disiplin retorika namun beberapa asumsi teoretis sejatinya dipinjam dari disiplin ilmu lain seperti filsafat, semiotika dan linguistik, psikologi, dan aliran kritis.

Prinsip Dasar

Menurut Littlejohn dkk (2011) yang menjadi inti tradisi retorika adalah Lima Hukum Retorika atau The Five Canons of Rhetoric yaitu invention atau penemuan, arrangement atau penyusunan, style atau gaya, delivery atau penyampaian, dan memory atau peningatan.

  • Invention atau penemuan mengacu pada penggalian dan penemuan ide atau gagasan serta penelitian khalayak guna mengetahui metode persuasi yang akan digunakan.
  • Arrangement atau penyusunan mengacu pada pengorganisasian ide atau gagasan menjadi pesan.
  • Style atau gaya mengacu pada pemilihan kata-kata atau bahasa yang tepat.
  • Delivery atau penyampaian mengacu pada penyampaian pesan secara lisan oleh retor atau pembicara.
  • Memory atau pengingatan mengacu pada kemampuan retor atau pembicara untuk mengingat apa yang akan disampaikan kepada khalayak.

Littlejohn dkk lebih lanjut menjelaskan bahwa seiring dengan evolusi retorika, kelima hukum retorika tersebut kemudian berkembang tidak hanya digunakan untuk menyusun pidato melainkan juga digunakan untuk menggambarkan setiap konstruksi atau bentukan simbolis. Dengan demikian, konsep kelima hukum retorika menjadi sebagai berikut :

  • Invention atau penemuan mengacu pada proses pemaknaan simbol melalui penafsiran simbol-simbol.
  • Arrangement atau penyusunan mengacu pada proses pengorganisasian simbol-simbol.
  • Style atau gaya mengacu pada segala sesuatu yang terlibat dalam penyajian simbol-simbol seperti pemilihan sistem simbol hingga pemberian makna terhadap simbol-simbol.
  • Delivery atau penyampaian mengacu pada perwujudan simbol-simbol dalam bentuk fisik yang mencakup pesan-pesan nonverbal, verbal, dan bermedia.
  • Memory atau pengingatan mengacu pada sumber pengingatan budaya yang lebih luas seperti proses persepsi yang berdampak pada bagaimana kita mengingat dan mengolah informasi.

Sebagaimana proses komunikasi efektif pada umumnya yang melibatkan komponen-komponen komunikasi, proses retorika juga melibatkan elemen-elemen retorika seperti retor atau pengguna simbol yakni orang yang menciptakan teks atau artefak yang ditujukan untuk khalayak tertentu.

Dengan demikian, teori komunikasi dalam tradisi retorika lebih banyak berkaitan dengan elemen-elemen proses retorika seperti retor atau komunikator atau pengguna simbol, pesan, dan khalayak.

Adapun contoh-contoh teori komunikasi dalam tradisi retorika menurut Littlejohn dkk (2011) adalah sebagai berikut :

1. Teori Kebenaran dan Retorika

Teori kebenaran dan retorika adalah salah satu contoh teori komunikasi dalam tradisi retorika yang dikembangkan oleh Richard Weaver.

Teori ini adalah salah satu teori tentang komunikator yang didasarkan atas konsep-konsep tentang manusia, kebenaran, dan peran retorika dalam mengkomunikasikan kebenaran.

Bagi Weaver, manusia memiliki cara tersendiri untuk mengkomunikasikan ide-ide yang mencerminkan diri mereka sebagai seorang manusia.

Retorika, dalam hal ini, merupakan jendela dimana manusia dapat dikenali oleh manusia lainnya.

2. Teori Invitational Rhetoric

Dalam tradisi retorika, teori invitational rhetoric adalah salah satu teori yang menekankan pada percakapan. Teori invitational rhetoric dikembangkan oleh Sonja K. Foss dan Cindy L. Griffin pada tahun 1955.

Teori ini didefinisikan sebagai sebuah invitasi untuk memahami perspektif orang lain sebagai cara untuk menciptakan sebuah hubungan yang didasarkan atas persamaan, nilai-nilai, dan penentuan nasib sendiri.

3. Teori Identifikasi

Teori identifikasi adalah salah satu teori produksi pesan sekaligus contoh teori komunikasi dalam tradisi retorika yang menekankan pada pesan. Teori identifikasi pertama kali dikemukakan oleh Kenneth Burke.

Identifikasi adalah istilah yang digunakan Burke untuk membahas retorika. Ia menggunakan istilah identifikasi untuk mengevaluasi persepsi tradisional retorika sebagai persuasi. Ia menyarankan bahwa kapanpun seseorang berusaha untuk mempersuasi orang lain, terjadilah identifikasi.

Agar terjadi persuasi, salah satu pihak harus mengidentifikasi dengan pihak lainnya. Karena itu, seseorang yang terpersuasi melihat salah satu pihak seperti yang lainnya.

4. Teori Critical Rhetoric

Teori ini digagas oleh Michael McGee dan Raymie McKerrow. Teori ini mengkritisi praktek retorika tradisional utamanya kewenangan untuk mengawasi siapa yang dapat berbicara dan waktu yang tepat untuk berbicara.

Teori critical rhetoric juga berusaha untuk mengkritisi dominasi dan kebebasan dalam praktek retorika tradisional.

5. Teori Equipment for Living

Teori equipment for living adalah teori komunikasi dalam tradisi retorika yang berusaha untuk menjelaskan media sebagai bentuk retorika. Adalah Kenneth Burke, sang penggagas teori dramatisme dalam teori komunikasi, yang mencetuskan teori ini.

Bagi Burke, selain untuk menciptakan identifikasi, fungsi retorika lainnya adalah untuk mendefinisikan situasi.

Setiap bagian diskursus adalah cara untuk memasuki dan merespon situasi. Retorika tidak hanya menyuguhkan nama untuk situasi melainkan juga menawarkan beberapa strategi untuk menghadapi situasi atau mengatasi permasalahan yang terjadi.

Demikianlah ulasan singkat tentang teori komunikasi dalam tradisi retorika. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang tradisi retorika serta beberapa contoh teori komunikasi yang berada dalam tradisi retorika.