Tradisi Fenomenologi dalam Teori Komunikasi

Berdasarkan sejarah perkembangan ilmu komunikasi, terdapat tiga disiplin ilmu yang secara konsisten mempelajari ilmu komunikasi yaitu ilmu filsafat, sosiologi, dan psikologi.

Karena itulah, berbagai teori komunikasi menurut para ahli yang kita kenal sekarang ini merupakan buah pemikiran maupun penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari ketiga disiplin ilmu tersebut.

Beragamnya teori komunikasi menunjukkan tidak adanya konsensus yang universal tentang teori komunikasi secara umum. Hal ini mendorong para ahli untuk mendefinisikan bidang teori komunikasi dengan berbagai macam cara dan mencakup serangkaian teori yang berbeda.

Salah satu ahli teori yang berupaya untuk menyatukan berbagai bidang akademis teori komunikasi  adalah Robert T. Craig melalui artikelnya yang berjudul Communication Theory as a Field (1999). Craig menitikberatkan pada teori komunikasi sebagai disiplin praktis dan menunjukkan bagaimana berbagai tradisi teori komunikasi dapat terlibat dalam dialog tentang praktik komunikasi.

Menurut Craig, terdapat tujuh tradisi teori komunikasi yaitu tradisi retorika, tradisi semiotika, tradisi fenomenologi, tradisi sibernetik, tradisi sosio-psikologis, tradisi sosio-kultural, dan tradisi kritis. Pada kesempatan kali ini, kita akan mengulas secara singkat tentang tradisi fenomenologi dalam teori komunikasi.

Tradisi fenomenologi adalah salah satu tradisi teori komunikasi yang melihat proses komunikasi dari sudut pandang filsafat. Tradisi fenomenologi memandang komunikasi yang efektif sebagai dialog yang disertai dengan nilai-nilai keterbukaan dan otentisitas baik dalam ucapan maupun tindakan.

Tradisi fenomenologi digunakan oleh para ahli untuk menganalisa komunikasi dalam rangka mencari kesalahpahaman yang terjadi dan melihat bagaimana kesalahpahaman tersebut dikoreksi demi perbaikan masyarakat secara keseluruhan.

Berbagai teori yang berada dalam lingkup tradisi fenomenologi mengasumsikan bahwa orang-orang secara aktif menafsirkan apa yang terjadi di sekitar mereka dan berusaha untuk memahami dunia melalui pengalaman pribadi. Dengan demikian, tradisi fenomenologi mengkaji pengalaman sadar manusia dan cara mengalaminya.

Baca juga : Filsafat Komunikasi

Pengertian

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya dalam artikel teori fenomenologi bahwa secara umum fenomenologi dipahami sebagai sebuah bidang disiplin dalam filsafat dan gerakan dalam sejarah filsafat. Sebagai sebuah disiplin dalam filsafat, fenomenologi adalah studi struktur pengalaman sadar atau kesadaran.

Fenomenologi mempelajari pengalaman sadar sebagaimana yang dialami dari subyektif atau sudut pandang orang pertama bersamaan dengan berbagai kondisi pengalaman yang relevan.

Sementara itu, fenomenologi sebagai gerakan dalam sejarah filsafat adalah tradisi filsafat yang diluncurkan di awal pertengahan abad 20 oleh Edmund Husserl Martin Heidegger, Maurice Merleau-Ponty, Jean-Paul Sartre, dan lain-lain. Gerakan ini menitikberatkan tujuan dan arah dalam tataran teori dan praksis yang disebut Richard L. Lanigan (1977) dengan pengalaman sadar.

Pengalaman sadar yang dimaksud meliputi persepsi, pemikiran, memori, imajinasi, emosi, keinginan, kemauan untuk kesadaran tubuh, tindakan yang diwujudkan, aktivitas sosial, dan aktivitas linguistik. Berbagai struktur pengalaman ini biasanya melibatkan intensionalitas yakni keterarahan pengalaman terhadap hal-hal di dunia dan sifat kesadaran tentang sesuatu.

Pengalaman ini selajutnya diarahkan melalui konsep, pemikiran,  gagasan, gambar, dan lain-lain yang membentuk makna dari pengalaman yang diberikan serta berbeda dari hal-hal disajikan.

Hal ini diamini oleh Lanigan yang menjelaskan bahwa sebagai sebuah teori, fenomenologi mengkhususkan dirinya pada sifat dan fungsi kesadaran. Ketika kesadaran digambarkan sebagai sebuah fenomena manusia maka fenomenologi digambarkan sebagai sebuah sikap atau filsafat dari manusia.

Sementara itu, sebagai praksis, fenomenologi berjalan dengan sebuah metodologi investigatif yang menjelaskan pengalaman. Penerapan metodologi ini memiliki rentang penjelasan yang sama dengan permasalahan pengalaman yang dimiliki.

Dengan kata lain, fenomenologi menurut Lanigan adalah gerakan sejarah, filsafat dalam tradisi eksistensial, dan metodologi penelitian dalam filsafat ilmu. Sifat filsafat inilah yang kemudian diterapkan Lanigan dalam komunikasi.

Komunikasi, menurut tradisi fenomenologi adalah dialog atau pengalaman keberbedaan. Tradisi fenomenologi mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai pengalaman diri dan orang lain dalam dialog.

Menurut tradisi fenomenologi, berbagai macam permasalahan komunikasi yang terjadi diakibatkan adanya kesenjangan antara berbagai sudut pandang subyektif.

Dalam artian, seseorang tidak dapat secara langsung mengalami kesadaran orang lain dan potensi terjadinya pemahaman intersubyektif menjadi terbatas. Tradisi fenomenologi mencari keaslian cara saat kita mengalami diri dan orang lain. Hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi disebabkan oleh berkembangnya ketidaksadaran diri, perbedaan yang tidak diterima, atau berbagai agenda strategis yang menghalangi keterbukaan kepada orang lain.

Baca juga : Hakikat Filsafat Komunikasi

Prinsip Dasar

Dalam tradisi fenomenologi, terdapat beberapa prinsip dasar yang disarikan oleh Stanley Deetz, yaitu :

  1. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman secara langsung. Dalam artian, kita mengetahui dunia karena kita terikat didalamnya.
  2. Makna tentang sesuatu terdiri atas potensi sesuatu tersebut dalam hidup seseorang. Dengan kata lain, makna sebuah obyek ditentukan oleh bagaimana kita terhubung dengan obyek tersebut.
  3. Bahasa adalah alat makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia.

Proses pemberian makna atau interpretasi inilah yang menurut Littlejohn dan Foss (2011) menjadi inti bagi sebagian besar pemikiran fenomenologi.

Interpretasi adalah proses memberikan makna secara aktif kepada sebuah pengalaman. Dalam tradisi fenomenologi, interpretasi secara literal membentuk apa yang nyata bagi seseorang. Dengan kata lain, realitas tidak dapat dilepaskan dari interpretasi.

Lebih lanjut Littlejohn dan Foss menjelaskan bahwa interpretasi merupakan proses pikiran yang aktif atau tindakan kreatif yang mengklaifikasi pengalaman personal. Interpretasi merupakan proses yang pemberian makna yang berkesinambungan terhadap apa yang kita lihat dan lakukan.

Proses ini disebut juga dengan siklus hermeneutik. Siklus hermeneutik diawali ketika kita membentuk sebuah interpretasi dari sebuah kejadian atau situasi kemudian menguji interpretasi tersebut dengan cara melihat kembali secara lebih dekat pada spesifikasi kejadian atau situasi dan begitu seterusnya.

Baca juga : Manfaat Filsafat dalam Ilmu Komunikasi 

Aliran dalam Tradisi Fenomenologi

Menurut Littlejohn dan Foss (2011), terdapat tiga jenis aliran pemikiran dalam tradisi fenomenologi, yaitu fenomenologi klasik, fenomenologi persepsi, dan fenomenologi hermeneutik.

  • Fenomenologi klasik

Fenomenologi klasik adalah salah satu aliran dalam tradisi fenomenologi yang kerapkali dikaitkan dengan sang penemu fenomenologi modern yaitu Edmund Husserl.

Husserl memaknai fenomenologi sebagai studi ilmiah tentang struktur kesadaran dan kemudian mengembangkan metode untuk memeriksa struktur kesadaran dalam dirinya sendiri dan mengesampingkan masalah mengenai hubungan kesadaran dengan dunia fisik.

Menurut Husserl, kebenaran hanya bisa dipastikan melalui pengalaman secara langsung. Namun kita juga harus disiplin dalam cara kita mengalami berbagai macam hal.

Hanya melalui kesadaran perhatianlah kebenaran dapat diketahui. Dalam rangka mencapai kebenaran melalui perhatian kesadaran, kita harus mengesampingkan berbagai macam bias atau kesalahan yang kita timbulkan seperti pengelompokkan pemikiran dan kebiasaan  mengalami sesuatu seperti apa adanya. Dengan cara ini, berbagai obyek di dunia akan menampilkan dirinya kepada kesadaran kita.

Pendekatan fenomenologi yang dikemukakan Husserl pada intinya menyatakan bahwa kita dapat mengalami dunia jika kita tidak menyertakan berbagai kategori dalam proses tersebut.

  • Fenomenologi persepsi

Fenomenologi persepsi atau Phenomenology of Perception sejatinya merupakan judul sebuah buku yang ditulis oleh seorang ahli filsafat berkebangsaan Perancis yang bernama Maurice Merlau-Ponty (1944). Melalui bukunya, Merleau-Ponty mengembangkan interpretasi metode fenomenologi miliknya sebagai reaksi terhadap Husserl.

Yang menjadi bahan acuannya adalah berbagai macam manuskrip milik Husserl yang tidak dipublikasikan dan keterikatannya yang mendalam dengan pemikir lainnya seperti Martin Heidegger dan Eugen Fink.

Dalam pandangan Merleau-Ponty, dunia merupakan bidang perseptual dan kesadaran manusia bertugas untuk menciptakan makna terhadap dunia. Antara dunia dan manusia terdapat keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai manusia, kita dipengaruhi oleh dunia dan dunia pun mempengaruhi kita dengan cara kita mengalaminya.

Bagi Merleau-Ponty manusia merupakan kesatuan mental dan fisik yang berperan memberikan atau menciptakan makna terhadap berbagai macam hal yang ada di dunia.

Pemberian makna terhadap berbagai macam hal di dunia dan setiap pengalaman fenomenologis bersifat subyektif. Karena itulah, berbagai macam hal di dunia dan kejadian berada dalam hubungan timbal balik atau hubungan dialogis dimana masing-masing pihak saling pengaruh mempengaruhi.

Dengan demikian, fenomenologi bagi Merleau-Ponty adalah sebuah metode yang menggambarkan sifat kontak perseptual manusia dengan dunia.

  • Fenomenologi hermeneutik

Aliran ketiga dalam tradisi fenomenologi adalah fenomenologi hermeneutik. Tokoh yang kerapkali dikaitkan dengan fenomenologi hermeneutik adalah murid Husserl yang bernama Martin Heidegger dan kemudian diikuti oleh murid-muridnya seperti Hans-Georg Gadamer dan Paul Ricoeur.

Fenomenologi hermeneutik mempelajari struktur pengalaman interpretatif yakni bagaimana kita memahami dan terikat dengan berbagai macam hal di sekitar kita di dunia manusia termasuk diri kita sendiri dan orang lain.

Fenomenologi hermeneutik merupakan perluasan tradisi fenomenologi persepsi dan diterapkan secara lebih lengkap dalam komunikasi. Bagi Heidegger, realitas sesuatu tidak diketahui dengan analisis atau reduksi yang cermat tetapi oleh pengalaman alami yang diciptakan oleh penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga :

Manfaat Mempelajari Tradisi Fenomenologi dalam Teori Komunikasi

Mempelajari tradisi fenomenologi dalam teori komunikasi dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :

  • Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian fenomenologi.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian tradisi fenomenologi dalam teori komunikasi.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami beberapa prinsip dasar dalam tradisi fenomenologi.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami berbagai macam aliran pemikiran dalam tradisi fenomenologi.

Demikianlah ulasan singkat tentang tradisi fenomenologi dalam teori komunikasi. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang fenomenologi sebagai salah satu tradisi teori komunikasi terkait dengan prinsip dan berbagai varian pemikiran yang ada dalam tradisi fenomenologi.