Komunikasi merupakan cara mudah untuk dapat menyelesaikan masalah. Namun, pada faktanya komunikasi juga dapat menimbulkan masalah. Banyak yang menyepelekan masalah yang diakibatkan oleh komunikasi sebagai tujuan media dalam komunikasi massa . Padahal hal ini tidak boleh dianggap sepele dan hanya dibiarkan saja.
Masalah atau kesalahpahaman dalam komunikasi dapat terjadi baik dalam kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari macam-macam komunikasi kelompok .
Paling sering terjadi adalah di lingkungan kerja dan dalam pergaulan sehari-hari. Bahkan terkadang kita tidak menyedari masalah atau kesalahpahaman yang terjadi, karena kita menganggap semuanya baik-baik saja. Inilah yang kemudian diibaratkan seperti gunung es sebab kita tidak tahu dasarnya yang bisa jadi merupakan dasar dari masalah.
Terkadang kita terjebak pada fakta yang terlihat kasat mata…. “hubungan kita baik-baik kok, kita kompak, tidak ada masalah” , Ya memang kita tidak sampai saling memukul, saling menghina, saling membenci. Pendek kata hubungan yang terlihat harmoni bahkan bisa saja masih banyak canda tawa, masih ada acara kebersamaan.
Namun kerap saja menimbulkan kesalahpahaman. Untuk lebih memahami topik bahasan ini, mari kita kupas secara lengkap mengenai Teori Gunung Es Dalam Komunikasi.
Pengertian Teori Gunung Es
Teori Gunung Es (Iceberg Theory) merupakan instrument yang bisa digunakan untuk mencari akar penyebab sebuah permasalahan. Sebuah Gunung es biasanya yang tampak hanya bagian atasnya, sementara kebawahnya yang tidak tampak justru semakin besar.
Demikian dengan sebuah permasalahan dimana bagian dasarnya yang tidak terlihat. Sehingga penyelesaian Reaktif langsung kepada satu kejadian akan sangat melelahkan.
Gunung es berbentuk seperti kerucut dimana semakin menyempit pada bagian atas dan membesar pada bagian dasar sebagai penyebab keemasan dalam komunikasi .
Setiap bagian memiliki tingkatan pemikiran dimana ini disebut sebagai thinking system. System Thinking telah dikaitkan dengan suatu gunung es dimana tiga perempat setiap bagian berada di bawah kesadaran. Setiap bagian dapat memiliki resiko timbulnya permasalahan atau kesalahpahaman.
Konsep Teori Gunung Es Dalam Komunikasi
Dalam komunikasi jika dikaitkan dengan teori gunung es maka permasalahan dan kesalahpahaman akan tidak nampak. Sebab yang tampak dari gunung es tidak lain adalah hanya bagian puncaknya saja.
Maka tentu saja yang akan nampak adalah keadaan yang baik-baik saja. Padahal pada bagian dasarnya bisa jadi merupakan sumber dari masalah.
Namun yang terlihat baik-baik dalam media komunikasi modern saja nampaknya malah menyimpan berbagai permasalahan yang bisa timbul. Bahkan kerjasama yang terlihat baik-baik saja masih akan sering memunculkan kerjasama yanf tidak sinergy, proyek tidak tuntas, mengapa masalah selalu muncul ? mengapa masalah yang sama terus berulang ? dan lain-lain.
Fenomena ini nampak seperti gunung es dimana jangan terkecoh dalam keadaan yang nampaknya relatif baik-baik saja. Namun, bagian bawah yang tidak terlihat bisa jadi menyimpan beragam masalah. Oleh karena itu jangan berpuas diri dengan yang tampak saja. Jangan menganggap komunikasi pasti baik, dengan melihat hubungan yang tampak harmonis, canda tawa, saling menghormati, dll.
Teori gunung es memperluhatkan bagaimana kita tidak menyepelekan keadaan yang nampaknya baik-baik saja terutama dalam komunikasi kepemimpinan . Apalagi dalam komunikasi, sapaan say hai, canda tawa dan haha hihi belum tentu tidak menjadi pemicu timbulnya sebuah kesalahpahaman. Oleh sebab itu, konsep teori gunung es ini bisa menjadi sebuah panduan dan patokan untuk senantiasa waspada terhadap segala situasi dan kondisi yang nampaknya baik-baik saja.
Penerapan Teori Gunung Es Dalam Komunikasi
Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Terutama dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan kerja. Saat kita mengerjakan sesuatu yang membutuhkan koordinasi, barulah kita bisa melihat efektifitas komunikasi yang sebenarnya. Terutama dalam hal yang membutuhkan kerjasama banyak pihak, maka terlihat bahwa koordinasi yang didasari komunikasi sangat sulit di atur.
Setiap individu merasa benar dengan cara berfikirnya, tidak ada kesepakatan atas analisis & sumber masalah, metoda, prioritas, dan lain-lain. Hasilnya, saat merencanakan sesuatu dari kesepakatan yang dipaksakan implementasinya akan menimbulkan banyak masalah.
Dalam kondisi yang lebih parah ketidakefektifan komunikasi ini makin tidak terlihat lagi karena makin ke dasar samudra. Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa teori gunung es dan penerapannya dalam komunikasi.
Dalam kondisi demikian maka banyak orang yang akan memilih untuk diam . Dalam hal ini diam dinilai merupakan pilihan terbaik, sebab beberapa orang menilai bahwa “Diam adalah emas”.
Nampaknya keliatan baik-baik saja namun pada faktanya diam karena efek kebuntuan komunikasi , hanya akan menimbulkan bencana serta sebagai penyebab terjadinya konflik dalam komunikasi. Bahkan lebih parah lagi, keadaan dikesankan menjadi baik walaupun kenyataannya tidak baik.
Saat bencana datang, kita pun masih belum menyadari bahwa ada masalah mendasar dalam hubungan dan komunikasi, kita sibuk dengan meredamkan api bencana, tanpa melihat akar masalahnya yang lebih dalam. Biasanya dalam suasana ini banyak muncul rumor – gosip yang semakin memperarah efektivitas komunikasi.
Akibatnya akan terlihat tingkat komitment yang semakin luntur kalau ada masalah bukan mencari penyelesaian, tapi sibuk mencari korban untuk disalahkan.
Semua menyelamatkan diri dan muka masing masing. deadline diabaikan, masalah dijadikan alasan, turn over karyawan meningkat, yang di dalam terus mencari oppotunity yang lebih baik. Ditingkat ini bisa dikatakan penyakit komunikasi sudah sangat kronis. Inilah yang merupakan bencana besar yang tidak terlihat, sebab pada kenyataannya kondisi ini akan di tutupi dengan keharmonisan, berita baik dan argumentasi yang masuk akal.
Kondisi yang demikian tidak akan bisa dibaca oleh pimpinan, apalagi pimpinan yang tidak peka. Efeknya tentu akan sangat besar dan dapat menimbulkan masalah besar.
Maka tentunya tidak akan menjadi proses komunikasi efektif apakah kita harus menunggu hingga bencana ini terjadi dan hanya tingga menyisakan penyesalan. Oleh karena itu, akan nampak betapa teori gunung es sangat-sangat erat hubungannya dengan komunikasi kita.
Sadar atau tidak sadar hal ini merupakan hal yang akan selalu kita hadapi dalam pola komunikasi organisasi . Terlebih lagi, masalah miss-komunikasi yang kadang kita anggap sepele, dapat menimbulkan bencana yang tak terduga. Sebab kebanyakan dari kita hanya melihat masalah di permukaan saja. Memang bukanlah hal mudah untuk mendapatkan realita kebenaran.
Fenomena gunung es dalam komunikasi menjadi hal yang harus diwaspadai dalam komunikasi organisasi . Sebab nyatanya kita tidak akan dapat melihat permasalahan yang nampak dipermukaan, karena memang pada dasarnya permasalahan tersebut tidak nampak.
Sehingga yang akan dirasakan adalah kondisi yang baik-baik saja. Tentu saja hal ini akan seperti bom waktu, dan tinggal menunggu kapan bencana akan muncul.
Teori Gunung Es Dalam Komunikasi memiliki peran penting untuk dijadikan sebagai patokan dalam menyelesaikan masalah. Tentunya hal ini juga menjadi kewaspadaan kita untuk tidak menyepelekan masalah kecil dalam komunikasi. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.