10 Teori Produksi Pesan Menurut Para Ahli

Proses komunikasi efektif berlangsung melalui tahap-tahap komunikasi dan seringkali melibatkan komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan, encoding, saluran, decoding, penerima pesan, umpan balik, dan konteks. Pesan secara umum merujuk pada informasi yang ingin disampaikan atau dikomunikasikan oleh sumber pesan kepada penerima pesan. Tanpa adanya pesan, maka komunikasi pun tidak akan terjadi. Agar pesan dapat diterima dengan baik oleh komunikate atau penerima pesan, maka pesan komunikasi yang terdiri dari isi pesan dan lambang harus diproduksi yang sangat hati-hati.

Produksi pesan sangat penting dalam komunikasi dan telah menjadi salah satu ranah penelitian komunikasi. Para peneliti komunikasi tertarik untuk melakukan analisis apa yang dikatakan oleh setiap individu dalam proses komunikasi, termasuk dimensi-dimensi abstraksi pesan, kesesuaian pendengar, jenis-jenis perancangan strategi pesan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk mengkoordinasikan berbagai macam tujuan, jenis-jenis tema isi pesan, pemilihan kata-kata yang khusus, dan lain-lain (Wilson, 2013 : 15)

Berbagai analisis yang dilakukan oleh para ahli tersebut telah melahirkan sejumlah teori yang menitikberatkan pada pesan dan bertujuan untuk menjelaskan mengapa setiap individu mengatakan apa yang mereka lakukan selama proses interaksi dan bagaimana mereka memproses pesan-pesan komunikasi.

Pada kesempatan kali disajikan berbagai teori produksi pesan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, dan G. Oetzel (2016) ; Steven R. Wilson (2013), Virginia M. McDermott (2009), dan Katherine Miller (2004).  Beberapa ahli fokus pada produksi pesan (Miller, 2004), beberapa ahli juga fokus pada produksi pesan disertai dengan strategi dan penerapannya (Littlejohn dkk, 2016).

Adapun teori produksi pesan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

  1. Constructivist Theory

Constructivist theory adalah teori yang dikembangkan oleh kaum konstruktivisme. Konstruktivisme sendiri merupakan sebuah kerangka kerja teoretis yang menjelaskan mengapa orang-orang berkomunikasi seperti yang mereka lakukan dan mengapa beberapa komunikator lebih berhasil dibandingkan komunikator lainnya. Teori ini dikembangkan pada tahun 1980an oleh Jesse Delia dan kawan-kawan yang berpendapat bahwa pilihan komunikatif yang dilakukan oleh orang-orang dipengaruhi oleh skema situasi atau peta mental mereka. Mereka cenderung untuk menyertakan lebih banyak makna terhadap situasi dan tindakan yang dilakukan oleh orang lain dan memungkinkan mereka menjadi pusat dalam komunikasi yang mereka lakukan serta bagaimana mereka mengembangkan pesan-pesan komunikasi untuk mencapai tujuan mereka.

  1. Teori Action Assembly

Teori action assembly adalah salah satu teori komunikasi antar pribadi yang termasuk dalam teori-teori pesan dalam hubungan interpersonal. Teori yang dipublikasikan oleh John Greene pada tahun 1984 ini menjelaskan dari mana asal pemikiran kita dan bagaimana kita mengartikan pemikiran tersebut ke daalam komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Greene menyatakan bahwa orang-orang mengorganisasikan dan menyimpan pengetahuan tentang makna sesuatu hal, bagaimana melakukan sesuatu dan menggunakan pengetahuan tersebut ke dalam sebuah tindakan.

  1. Teori Tindak Tutur (Speech Act Theory)

Speech act theory adalah teori tentang bagaimana orang-orang mengatakan berbagai macam hal dengan menggunakan kata-kata. Teori ini digagas pada tahun 1960an oleh John Austin dan dikembangkan lebih lanjut oleh John Searle di tahun 1970an. Speech act theory menjelaskan bagaimana orang-orang mengunakan bahasa sebagai tindakan dan bertujuan untuk mengelompokkan tindak koomunikasi. Teori ini juga menjelaskan bagaimana pendengar mendasarkan asumsinya tentang tindak tutur untuk membuat interaksi menjadi lebih bermakna (Baca juga: Gangguan Makna dalam Komunikasi).

  1. Teori Manajemen Koordinasi Makna (The Coordinated Management Of Meaning)

Teori ini menekankan bahwa komunikasi adalah proses dimana orang-orang memberi makna terhadap lingkungan sekitar mereka dan memproduksi sebuah realitas sosial. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Barnett Pearce dan Vernon Cronen di penghujung tahun 1970an. The coordinated management of meaning theory berpendapat bahwa komunikasi adalah merupakan inti untuk menjadi manusia.

Selain itu, teori ini juga menyatakan bahwa manusia seringkali menciptakan realitas dari percakapan mereka sendiri. Penciptaan makna dalam suatu interkasi dicapai dengan menerapkan beberapa aturan yang mencakup isi komunikasi, tindakan yang dilakukan, situasi, hubungan antara komunikator, latar belakang individu, dan pola budaya. Tujuan komunikasi tidak selalu harus mencapai kesepakatan namun untuk mencapai tingkat koordinasi (Baca juga : Makna Komunikasi dalam Hubungan Interpersonal).

  1. Teori Identifikasi (Theory of Identification)

Teori identifikasi pertama kali digagas oleh Kenneth Burke (1969). Burke menggunakan istilah identifikasi untuk membedakan tindakan dan gerakan. Tindakan merujuk pada kegiatan bertujuan sedangkan gerakan tidak memiliki tujuan. Melalui teorinya, Burke menjelaskan mengenai peran bahasa dalam tindakan manusia yang dapat mengarahkan manusia pada kebersamaan atau bahkan perpisahan.

  1. Teori Logika Desain Pesan (Message Design Logics Theory)

Teori message design logic adalah salah satu teori komunikasi intrapersonal dan teori komunikasi organisasi. Teori ini merupakan sebuah konsep komunikasi yang mempengaruhi jenis pesan yang dibentuk oleh individu. Teori yang dicetuskan oleh Barbara O’Keefe memiliki tiga premis, yaitu logika ekspresif, logika konvensional, dan logika retorika (Baca juga : Komunikasi Intrapersonal).

  1. Teori Mendapatkan Kepatuhan (Compliance Gaining)

Mendapatkan kepatuhan adalah istilah yang digunakan dalam ilmu sosial yang mencakup tindakan yang disengaja untuk mengubah perilaku. Teori mendapatkan kepatuhan melibatkan usaha agar orang lain melakukan apa yang kita inginkan atau menghentikan melakukan sesuatu. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Gerald Marwell dan David Schmitt pada tahun 1967. Mereka menggunakan pendekatan teori pertukaran sebagai dasar merumuskan teori mendapatkan kepatuhan. Teori ini secara inheren berorientasi pada kekuatan. Dengan kata lain, kita dapat mendapatkan kepatuhan dari orang lain jika kita memiliki kekuatan dalam hal sumber daya dan dapat memberikan apa yang mereka inginkan. Dari serangkaian penelitian yang telah mereka lakukan, mereka mengidentifikasi 16 taktik mendapatkan kepatuhan yang dikelompokkan ke dalam lima strategi atau taktik yaitu penghargaan, hukuman, keahlian, komitmen impersonal, dan komitmen personal (Baca juga : Komunikasi Persuasif).

  1. Model Tujuan-Rencana-Tindakan (Goals-Plans-Actions Model)

Model ini dikembangkan oleh James Dillard untuk menjelaskan bagaimana pesan diproduksi dan efek yang mereka miliki. Model ini berpendapat bahwa produksi pesan dapat digambarkan sebagai urutan yang melibatkan tiga komponen, yaitu tujuan, rencana, dan tindakan. Tujuan adalah komponen pertama yang didefinisikan sebagai keadaan di masa depan yang dimiliki seseorang untuk mencapai atau mempertahankan sesuatu.

Tujuan memotivasi dirumuskannya rencana yang merupakan representasi kognitif dari perilaku yang dimaksudkan untuk memungkinkan pencapaian tujuan. Komponen terakhir yaitu tindakan merupakan perilaku yang ditimbulkan sebagai bentuk mewujudkan tujuan. Respon perilaku dari target pesan merupakan umpan balik terhadap sumber pesan yang dapat menghasilkan perubahan dalam tujuan dan rencana.

  1. Teori Kesantunan (Politeness Theory)

Teori kesantunan atau politeness theory adalah salah satu teori komunikasi interpersonal yang dipublikasikan oleh Penelope Brown dan Stephen Levinson (1980). Teori ini menyatakan bahwa orang-orang akan menggunakan pesan-pesan yang berbeda tergantung pada persepsi mereka terhadap situasi dan siapa yang menjadi pendengar. Teori ini menekankan pada bagaimana orang-orang membentuk pesan-pesan komunikasi dan berbagai faktor yang mempengaruhi produksi pesan (Baca juga : Komunikasi Interpersonal).

  1. Teori Invitational Rhetoric

Teori ini adalah teori retorika yang dikembangkan oleh Sonja K. Foss dan Cindy L. Griffin (1995). Invitational rhetoric didefinisikan sebagai invitasi untuk memahami sebagai sarana untuk menciptakan hubungan yang berakar pada persamaan, nilai dan penentuan nasib sendiri. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang perspektif orang lain (Baca juga : Makna Budaya dalam Komunikasi).

Manfaat Mempelajari Teori Produksi Pesan

Mempelajari teori produksi pesan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :

  • Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian pesan
  • Kita dapat mengetahui dan memahami berbagai teori produksi pesan menurut para ahli
  • Kita dapat menerapkannya dalam berbagai penelitian komunikasi dan penyusunan strategi komunikasi yang efektif

Demikianlah ulasan singkat tentang berbagai teori produksi pesan yang dirumuskan oleh para ahli. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang pesan sebagai salah satu unsur komunikasi dan berbagai teori yang menganalisis produksi pesan.