Di Negeri Paman Sam, beberapa film sebut saja Braveheart (1995), Titanic (1997), Saving Private Ryan (1998), The Lord of the Rings : The Fellowship of the Ring (2001), Avatar (2009), dan La La Land (2016) adalah sedikit dari sekian banyak judul film yang berhasil meraih Academy Award atau Piala Oscar untuk kategori sinematografi terbaik. Penghargaan ini diberikan sejak pertama kali Academy Award diselenggarakan pada tahun 1920an.
Di Indonesia sendiri, merujuk pada sejarah perfilman Indonesia, beberapa film yang berhasil meraih Piala Citra untuk kategori sinematografi terbaik diantaranya adalah Ibunda (1986), Tjoet Nja’ Dien (1988), Mengejar Matahari (2004), 5 cm (2013), dan Pengabdi Setan (2017). Pemberian penghargaan sinematografi terbaik di Indonesia diberikan sejak media tahun 1950an hingga kini melalui ajang Festival Film Indonesia.
Film-film tersebut memang layak untuk meraih penghargaan karena dipandang memiliki kualitas seni bahasa visual atau pengisahan visual yang sangat luar biasa yang dapat membangkitkan emosi kesedihan, ketakutan, atau rasa senang melalui keahlian sintaktis sinematik yang telah dikembangkan selama lebih dari satu abad.
Sinematografi pada dasarnya adalah seni pengisahan secara visual. Dapat dikatakan bahwa sinematografi merupakan seni dari seorang sinematografer atau direktur fotografi dalam sebuah film. Seorang sinematografer harus memiliki cita rasa seni fotografi dan pemahaman yang baik mengenai teknik dasar fotografi, macam-macam lensa kamera, macam-macam komposisi fotografi, jenis-jenis kamera video serta cara kerja kamera video. Hal ini hanya dapat diperoleh melalui pengalaman pembelajaran yang berlangsung secara terus menerus.
Dalam sinematografi terdapat beberapa konsep dasar yang harus dipahami dengan baik ketika memproduksi, mengambil gambar, dan menyunting sebuah proyek pembuatan film untuk memastikan hasil yang berkualitas tinggi. Konsep-konsep yang dimaksud dikenal dengan istilah The Five C’s of Cinematography yang meliputi camera angels, continuity, cutting, close-ups, dan composition. Pada kesempatan kali ini, kita akan fokus pada komposisi dalam sinematografi.
Pengertian
Secara umum, komposisi merupakan salah satu bagian terpenting dalam komunikasi visual. Kata komposisi atau composition berasal dari kata Latin yaitu componere yang berarti “menempatkan secara bersama-sama”. Dalam seni visual, komposisi adalah menempatkan berbagai elemen visual ke dalam sebuah karya seni sebagai pembeda dari subyek. Istilah komposisi seringkali dipertukarkan dengan berbagai istilah lain seperti desain, penataan visual atau struktur formal bergantung pada konteks. Komposisi memiliki aturannya sendiri.
Sejatinya, aturan-aturan terkait komposisi dipinjam dari aturan komposisi melukis yang telah ada jauh sebelum lahirnya sinema dan fotografi. Para pembuat film dan fotografer meminjam beberapa teknik komposisi yang digunakan oleh pelukis dan menerapkannya sebagai batu loncatan bagi ide-ide baru dan dalam tataran praktis.
Dalam sinematografi, komposisi merujuk pada seni pembingkaian gambar. Pencahayaan, tata warna dan ruang sangat penting dalam komposisi sebuah gambar dan dapat meninggalkan kesan mendalam terhadap khalayak. Komposisi melahirkan pengaturan tentang apa yang dilihat atau tidak dilihat oleh khalayak penonton serta bagaimana gambar-gambar tersebut disajikan.
Film adalah media visual yang dapat “berbicara” kepada khalayak yang menggambarkan sesuatu tanpa harus mendengar dialog atau tanpa menggunakan kata-kata. Komposisi yang baik dalam sinematografi dapat memperkuat cara pikiran mengatur informasi. Komposisi dan sinematografi memilih dan menekankan beberapa elemen seperti ukuran, bentuk, urutan, dominasi, hierarki, pola, resonansi, dan ketidaksesuaian dengan cara memberi makna pada hal-hal yang difoto. Terdapat beberapa aturan dasar teknik komposisi yang dapat diterapkan dalam sinematografi dan memberikan dampak besar dalam proses pembuatan film (Baca juga : Fungsi Pencahayaan dalam Bidang Sinematografi).
Beberapa teknik komposisi sinematografi yang dimaksud diantaranya adalah :
1. Rule of Thirds
Komposisi dalam sinematografi yang pertama adalah rule of thirds. Yang dimaksud dengan rule of thirds adalah teknik komposisi yang membagi frame ke dalam 3×3 bagian atau 9 kotak.
Aturan ini mengusulkan bahwa titik awal perkiraan yang berguna untuk setiap pengelompokkan komposisi adalah menempatkan point of interest utama di tempat kejadian pada salah satu dari empat persimpangan garis interior. Aturan komposisi ini merupakan atuan sederhana yang efektif untuk komposisi frame apapun. Aturan komposisi ini juga telah digunakan oleh seniman selama berabad-abad (Baca juga: Tugas Kru dalam Film).
2. Headroom
Headroom atau head room adalah salah satu konsep komposisi estetika yang membahas posisi vertikal relatif subyek di dalam frame gambar. Headroom sejatinya mengacu pada jarak antara bagian atas kepala subyek dan bagian atas frame. Namun, istilah ini terkadang digunakan sebagai pengganti lead room, nose room, atau look room. Jumlah headroom yang secara estetika dianggap menyenangkan adalah kuantitas yang dinamis, yang berubah secara relatif terhadap seberapa banyak frame yang diisi oleh subyek (Baca juga: Tugas Asisten Sutradara).
3. Noseroom atau Lookroom
Noseroom atau lookroom atau looking room adalah salah satu konsep komposisi yang cenderung menempatkan aktor di tangah-tengah frame gambar. Noseroom atau lookroom adalah ruang antara subyek dan tepi layar. Jika sebuah karakter diputar ke samping, seolah-olah pandangannya memiliki bobot visual tertentu. Hasilnya, kita jarang memposisikan kepala di bagian tengah frame dengan tepat, kecuali saat sang aktor kurang lebih melihat melihat langsung ke arah kamera atau menjauh dari kamera. Umumnya, semakin kepala berpaling ke samping maka semakin banyak noseroom yang diperbolehkan (Baca juga : Tugas Editor Film).
4. Lead Room atau Lead Space
Yang dimaksud dengan lead room adalah ruang terbuka yang dilihat oleh aktor dalam film dan ruang ini berada di depan atau di hadapan aktor. Jika aktor sedang melihat frame kiri, maka aktor harus ditempatkan pada frame kanan begitu juga sebalikyan. Hal ini membuat framing atau pembingkaian menjadi nyaman karena subyek sedang melihat ruang terbuka di depannya (Baca juga : Tugas Produser Film).
5. Leading Lines
Leading lines pada umumnya adalah garis imajiner yang membentang dari satu obyek ke obyek lain untuk menarik perhatian khalayak dari fokus obyek utama ke obyek sekunder. Leading lines menciptakan adanya pergerakan yang menambah energi gambar (Baca juga : Jenis-jenis Kamera Digital).
6. Diagonals
Sebagaimana halnya leading lines, diagonal juga menarik perhatian khalayak ke arah yang menciptakan gerakan. Teknik komposisi ini lebih banyak diterapkan dalam fotografi, namun dalam sinematografi teknik komposisi ini juga merupakan cara yang bagus untuk menciptakan kinesis (Baca juga : Karakteristik Audiens dalam Komunikasi Massa).
7. Figure to ground
Komposisi dalam sinematografi selanjutnya adalah figure to ground. Komposisi ini berkaitan erat dengan mata manusia yang cenderung memperhatikan hal-hal yang kontras. Adanya kontras antara subyek dan latar belakang dapat menciptakan kedalaman dan dapat membantu khalayak untuk mengarahkan subyek ke dalam ruang (Baca juga: Mediamorfosis dalam Komunikasi Massa).
8. Pattern and repetition
Komposisi dalam sinematografi selanjutnya adalah pattern dan repetition. Komposisi ini terkait dengan ketertarikan manusia pada pola. Dengan menggunakan pola dan pengulangan, akan menarik perhatian khalayak kepada gambar (Baca juga: Karakteristik Komunikasi Massa).
9. Balance
Keseimbangan visual ataupun kekurangseimbangan visual adalah salah satu bagian penting komposisi dalam sinematografi. Setiap elemen dalam komposisi visual memiliki bobot visual masing-masing. Elemen-elemen tersebut dapat diatur ke dalam komposisi yang seimbang maupun komposisi yang tidak seimbang. Bobot visual sebuah obyek utamanya ditentukan oleh ukuran obyek dan dipengaruhi oleh posisi obyek tersebut dalam sebuah frame, warna obyek, serta pergerakan obyek (Baca juga: Teori Komunikasi Massa).
10. Frame within a Frame
Terkadang komposisi menuntut sebuah frame yang berbeda dari aspek rasio film. Untuk mengatasinya adalah dengan dengan menggunakan frame within a frame dalam artian menggunakan elemen-elemen framing dalam mengambil gambar. Frame within a frame sangat berguna bagi film berformat layar lebar dan dapat digunakan tidak hanya untuk mengubah aspek rasio pengambilan gambar tetapi juga untuk memusatkan perhatian pada elemen cerita yang penting (Baca juga: Karakteristik Komunikasi Massa).
11. Static Composition
Kemudian, komposisi dalam sinematografi berikutnya adalah static composition atau komposisi statis. Yang dimaksud dengan komposisi statis adalah komposisi yang mayoritas menggunakan garis horizontal dan garis vertikal. Secara teori, garis horizontal dan vertikal bersifat menenangkan (Baca juga: Teori Komunikasi Massa McQuail).
12. Dynamic Composition
Selain komposisi statis atau static composition, ada pula yang disebut dengan komposisi dinamis atau dinamic composition. Komposisi dinamis adalah komposisi yang memiliki banyak garis diagonal. Dinamisme atau kegembiraan berasal dari fakta bahwa diagonal agak mengganggu (Baca juga: Fungsi Emosi dalam Komunikasi Massa).
13. Deep Space Composition
Komposisi dalam sinematografi selanjutnya adalah deep space composition. Yang dimaksud dengan deep space composition adalah komposisi visual yang secara total menempatkan informasi atau subyek yang penting pada semua bagian frame dan menciptakan sebuah ilusi kedalaman (Baca juga : Tradisi dalam Komunikasi Massa).
14. Shot Composition
Pada umumnya, dalam sebuah komposisi terbagi menjadi tiga bidang yaitu background atau latar belakang, middleground atau latar tengah, dan foreground atau latar depan. Yang dimaksud dengan latar belakang sebuah komposisi adalah bidang dalam komposisi yang terletak jauh di belakang aktor. Sedangkan, yang dimaksud dengan latar tengah sebuah komposisi adalah bidang visual yang terletak antara latar belakang dan latar depan.
Terakhir, yang dimaksud dengan latar depan sebuah komposisi adalah bidang visual yang tampak paling dekat dengan actor. Skala komponen ini sering berkorelasi dengan dominasi gambar. Biasanya, latar depan seringkali paling dominan karena skala obyek gambar yang lebih besar. Namun hal ini tidaklah mutlak karena terdapat berbagai macam faktor lainnya yang dapat mengubah dominasi komposisi (Baca juga : Anonimitas dalam Komunikasi Massa).
15. Framing
Framing dan komposisi adalah bagian terpenting dalam sinematografi. Framing adalah memposisikan kamera berdasarkan adegan yang diputuskan untuk diambil gambarnya. Sebuah frame dapat berupa frame statis maupun frame bergerak tergantung pada jenis adegan yang akan diambil gambarnya (Baca juga: Komponen-komponen komunikasi massa).
Manfaat Mempelajari Komposisi dalam Sinematografi
Mempelajari komposisi dalam sinematografi dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :
- Kita mengetahui dan memahami pengertian sinematografi secara umum.
- Kita mengetahui dan memahami beberapa komposisi dalam sinematografi.
- Kita dapat menerapkannya saat belajar membuat film pendek atau untuk tugas-tugas perkuliahan.
Demikianlah ulasan singkat tentang komposisi dalam sinematografi. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita secara umum tentang manajemen produksi film khususnya komposisi dalam sinematografi.