Konseling menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengarahan atau pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya.
Makna lain konseling adalah penyuluhan atau pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah.
Adapun tujuan konseling adalah untuk merubah tingkah laku konseli sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh konseli.
Untuk menunjang tujuan tersebut, konselor biasanya melakukan berbagai macam hal untuk memfasilitasi dan memberikan dukungan kepada konseli, bersama-sama dengan konseli membuat berbagai alternatif pemecahan masalah demi perubahan ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam konseling (Mulawarman, 2017 : 7-8).
Dari pengertian dan tujuan konseling di atas, terlihat bahwa konseling adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh seorang konselor yang memiliki kemampuan profesional dalam menangani berbagai permasalahan yang berkaitan erat dengan keputusan pribadi, sosial, karier, dan pendidikan serta memahami berbagai proses psikis maupun dinamika perilaku pada diri konseli. Konseling kerapkali melibatkan interaksi dan komunikasi antara konselor dan konseli baik secara verbal maupun nonverbal (Mulawarman, 2017 : 7).
Lebih lanjut Mulawarman (2017) menjelaskan bahwa sebagai proses komunikasi antara konselor dan konseli, konseling umumnya melibatkan kemampuan konselor dalam menangkap pesan yang disampaikan oleh konseli dan mengkomunikasikannya kembali kepada konseli.
Kemampuan konselor ini mencakup beberapa teknik komunikasi dalam konseling. Teknik-teknik komunikasi dalam konseling ini harus terus dipelajari dan dilatih oleh konselor agar proses komunikasi dalam konseling berlangsung dengan efektif.
Adapun beberapa teknik komunikasi dalam konseling yang perlu dikuasai oleh konselor, di antaranya adalah :
1. Menghampiri konseli
Menghampiri mengacu pada cara agar konselor dapat bersama dengan konseli baik secara fisik maupun psikologis. Karakteristik perilaku menghampiri yang efektif adalah mengatakan kepada konseli bahwa konselor ada bersama mereka sehingga mereka dapat berbagai cerita kepada konselor.
Selain itu, karakteristik perilaku menghampiri yang efektif lainnya adalah menempatkan konselor pada posisi untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh konseli.
Contoh perilaku menghampiri di antaranya adalah menganggukan kepala tanda setuju, menunjukkan ekspresi wajah tenang dan tersenyum, posisi tubuh yang condong ke arah konseli, jarak yang sesuai antara konselor dan konseli, dan mendengarkan dengan aktif (Baca juga : Penerapan Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan)
2. Mendengarkan dengan aktif
Mendengarkan mengacu pada kemampuan konselor untuk menangkap dan memahami pesan yang dikomunikasikan oleh konseli, baik pesan verbal maupun pesan nonverbal.
Mendengarkan dengan aktif umumnya memerlukan keterampilan lain seperti mendengarkan dan memahami pesan verbal yang disampaikan oleh konseli, mendengarkan dan menafsirkan pesan nonverbal yang disampaikan oleh konseli, mendengarkan dan memahami konseli dalam konteks tertentu, dan mendengarkan dengan empati.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh konselor di antaranya adalah menghindari distraksi, menyiapkan diri secara psikologis untuk mendengarkan, tetap bersikap terbuka, berpikir analisis, mengidentifikasi argument dan fakta yang mendukung, bersikap objektif, dan lain-lain (Baca juga : 10 Penerapan Analisis Transaksional dalam Komunikasi Konseling).
3. Bersikap empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk mengenal dan mengakui perasaan konseli tanpa harus mengalami emosi yang sama dengan yang dialami konseli.
Empati merupakan upaya yang dilakukan oleh konselor untuk memahami dunia konseli. Empati dilakukan dengan cara mendengarkan konseli dengan penuh perhatian, memahami konseli serta memahami apa yang menjadi perhatian konseli. Pemahaman mengenai dunia konseli kemudian harus dibagi dengan konseli melalui pernyataan baik secara verbal maupun nonverbal.
Contoh pernyataan yang menunjukkan sikap empati adalah “Saya memahami apa yang Anda rasakan” (Baca juga : Urgensi Komunikasi dalam Konseling Lintas Budaya).
4. Menangkap pesan
Teknik komunikasi dalam koseling selanjutnya adalah menangkap pesan. Menangkap pesan adalah suatu teknik komunikasi yang digunakan untuk menyatakan kembali apa yang disampaikan oleh klien terkait dengan permasalahan yang dihadapi.
Tujuan teknik ini adalah untuk mengatakan kembali kepada konseli bahwa konselor memahami apa yang disampaikan oleh konseli serta mengendapkan apa yang telah disampaikan oleh konseli dalam bentuk ringkasan, memberi arah wawancara konseling, dan memeriksa kembali persepsi konselor tentang apa yang diungkapkan oleh konseli (Baca juga : Makna Komunikasi dalam Bimbingan Konseling).
5. Memberikan pertanyaan
Agar konseli bersedia mengungkapkan apa yang ia pikirkan, rasakan, dan alami kepada konselor maka konselor dapat memberikan pertanyaan kepada konseli dalam bentuk pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup.
Tujuan konselor memberikan pertanyaan adalah untuk mendorong konseli untuk tidak menggunakan komunikasi asertif ketika hendak mengekspresikan dirinya, membantu konseli agar kembali fokus pada permasalahan, membantu konseli untuk mengidentifikasi kembali pengalaman atau perilaku atau perasaan yang hilang dari diri konseli, membantu konseli untuk terus berusaha, dan membantu konseli untuk memahami dirinya sendiri dan situasi permasalahan yang sedang dihadapi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh konselor ketika memberikan pertanyaan kepada konseli adalah memperhatikan situasi kondisi konseling dan konseli; menguasai materi yang berhubungan erat dengan pertanyaan; mengajukan pertanyaan secara jelas, terarah, dan tidak keluar dari topik permasalahan, dan segera memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang disampaikan dengan baik dan simpatik (Baca juga: Komunikasi yang Efektif).
6. Memberikan dorongan minimal
Dalam konseling, konselor adakalanya perlu memberikan semacam dorongan minimal terhadap apa yang disampaikan oleh konseli. Tujuan pemberian dorongan minimal ini adalah agar konseli dapat dengan bebas mengekspresikan dirinya dan memberikan arahan kepada konseli agar tujuan pembicaraan dapat tercapai.
Waktu yang tepat untuk memberikan dorongan minimal ini adalah saat konseli menghentikan pembicaraannya atau saat konseli kurang fokus pada apa yang dibicarakan atau saat konselor merasa ragu dengan apa yang disampaikan oleh konseli (Baca juga: Komunikasi Interpersonal).
7. Memberikan arahan kepada konseli
Teknik komunikasi dalam konseling lainnya yang dapat diterapkan oleh konselor adalah mengarahkan konseli atau memberikan arahan kepada konseli. Maksudnya adalah konselor mengajak dan mengarahkan konseli untuk melakukan sesuatu misalnya bermain peran atau membayangkan sesuatu (Baca juga : Contoh Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan).
8. Menyimpulkan sementara
Adakalanya konselor perlu untuk menyimpulkan sementara apa yang telah dibicarakan dengan konseli agar nantinya arah pembicaraan menjadi semakin jelas.
Tujuan dilakukannya penyimpulan sementara adalah memberikan kesempatan kepada konseli untuk melihat kembali apa yang telah dibicarakan, mencegah konseli mengulang apa yang telah dikatakan, memberikan arah kepada konseli, membantu klien untuk mengidentifikasi bagian yang hilang dari kisah yang disampaikan kepada konselor, dan membantu agar konselor dan konseli lebih fokus pada konseli (Baca juga : Contoh Komunikasi Interpersonal dalam Kebidanan).
9. Memimpin jalannya konseling
Teknik komunikasi dalam konseling berikutnya adalah mempin jalannya konseling. Konselor juga dapat menggunakan teknik ini selama berlangsungnya proses konseling.
Teknik memimpin adalah teknik dalam konseling guna mengarahkan atau memimpin jalannya konseling agar maksud dan tujuan konseling dapat terlihat dengan jelas. Pada umumnya, teknik ini disebut juga dengan teknik bertanya karena dalam penerapannya kerap menggunakan kalimat tanya (Baca juga : Cara Komunikasi Multidisiplin dalam Keperawatan).
10. Memusatkan perhatian pada masalah
Selama proses konseling, konselor dapat menggunakan teknik ini sebagai alat bantu bagi konseli untuk lebih fokus pada topik pembicaraan.
Hal ini perlu dilakukan mengingat saat konseling biasanya konseli akan menyampaikan sejumlah permasalahan yang tengah dihadapi kepada konselor. Untuk itu, konselor hendaknya dapat membantu konseli agar fokus pada permasalahan tertentu yang lebih penting (Baca juga : Cara Komunikasi yang Efektif dengan Pasien).
11. Konfrontasi
Teknik komunikasi dalam konseling berikutnya adalah konfrontasi. Teknik konfrontasi adalah teknik menantang konseli yang diterapkan oleh konselor manakala konselor melihat adanya ketidakkonsistenan antara apa yang disampaikan oleh konseli dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, dan lain-lain.
Tujuan digunakannya teknik konfrontasi dalam konseling adalah untuk mendorong konseli agar lebih jujur tentang dirinya sendiri. Teknik konfrontasi perlu dilakukan dengan hati-hati dengan cara melihat waktu dan saat yang tepat, tidak menyalahkan konseli, dilakukan dengan perilaku menghampiri dan empati (Baca juga : Cara Berkomunikasi dengan Baik).
12. Menjelaskan kata-kata yang kurang jelas atau meragukan
Jika saat konseling terdapat kata-kata konseli yang dirasa kurang jelas atau meragukan bagi konselor, konselor dapat menggunakan teknik ini untuk menjelaskan atau mengklarifikasi kata-kata yang kurang jelas atau meragukan tersebut.
Tujuan diterapkannya teknik ini adalah untuk mengajak konseli agar menyampaikan pesan dengan jelas dan logis. Teknik ini dilakukan oleh konselor dengan menggunakan kata-kata pendahuluan seperti pada intinya, pada pokonya, dengan kata lain, singkat kata, dan lain sebagainya (Baca juga : Cara Menciptakan Keharmonisan dalam Komunikasi).
13. Merefleksikan perasan
Teknik berikutnya yang kerap diterapkan dalam konseling adalah teknik merefleksikan perasaan. Teknik ini digunakan konselor untuk memantulkan kembali perasaan atau sikap yang terkandung di balik pernyataan konseli.
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan kata-kata pendahuluan seperti agaknya, sepertinya, dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh konselor yaitu menghindari stereotip, memilih waktu yang tepat untuk menanggapi pernyataan konseli, menggunakan kata-kata yang tepat enggambarkan perasaan atau sikap konseli, dan menyesuaikan bahasa yang tepat atau sesuai dengan konseli (Baca juga : Penyebab Keberhasilan dalam Komunikasi).
14. Diam
Diam adalah salah satu teknik komunikasi dalam konseling yang ditandai dengan tidak adanya suara atau tidak adanya interaksi antara konselor dan konseli dalam proses konseling.
Adapun tujuan digunakannya teknik diam dalam konseling adalah menunggu dan memberikan kesempatan kepada konseli untuk berpikir sebelum mengekspresikan dirinya, menunjang perilaku menghampiri, memberikan kesempatan kepada konseli untuk beristirahat atau mengorganisasi pesan, menunjang sikap empati konselor kepada konseli agar konseli bebas berbicara, mendorong konseli atau dan memberikan motivasi kepada konseli untuk mencapai tujuan konseling. Teknik diam ini dapat dilakukan oleh konselor maupun konseli (Baca juga : Makna Diam dalam Komunikasi).
15. Membuat simpulan akhir
Teknik komunikasi dalam konseling yang terakhir adalah membuat simpulan akhir dari pembicaraan yang telah dilakukan antara konselor dan konseli. Pada umumnya, simpulan yang dibuat oleh konselor meliputi perasaan konseli setelah konseling, pematangan rencana konseli, pemahaman konseli, dan berbagai pokok pembicaraan yang akan dilakukan pada konseling berikutnya jika dibutuhkan (Baca juga: Komunikasi Non Verbal).
Manfaat Mempelajari Teknik Komunikasi dalam Konseling
Mempelajari teknik komunikasi dalam konseling dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :
- Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian konseling.
- Kita dapat mengetahui dan memahami beberapa teknik komunikasi yang umum diterapkan dalam konseling.
Demikianlah ulasan singkat tentang teknik komunikasi dalam konseling. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang konseling dan beberapa teknik komunikasi yang umum diterapkan dalam konseling.