Teori transisional dalam komunikasi organisasi mengacu pada teori-teori yang lahir di era transisi antara era teori manajemen ilmiah atau teori organisasi klasik ke era teori organisasi modern.
Hal ini ditegaskan oleh Papa dkk (2007) dan Romli (2014) yang menyatakan bahwa teori-teori transisional dalam komunikasi organisasi adalah teori-teori transisi dari teori organisasi klasik atau manajemen ilmiah yang menitikberatkan pada struktur dan desain organisasi ke teori-teori yang lebih menitikberatkan pada sistem dan perilaku yang lebih modern.
Dalam artian, teori-teori transisional ini adalah pengembangan dari teori-teori sebelumnya dengan melebarkan kajiannya pada hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan kekuasaan, psikologi kepatuhan, variabilitas perilaku setiap anggota organisasi, dan pentingnya peran komunikasi dalam organisasi.
Menurut teori transisional, struktur dan fungsi organisasi yang stabil saja tidak cukup untuk membuat organisasi menjadi lebih efisien. Adakalanya struktur organisasi yang kaku dapat menjadi faktor penyebab terjadinya hambatan komunikasi organisasi karena iklim komunikasi yang tidak baik.
Untuk itu, dibutuhkan faktor penentu lain yang harus diperhatikan oleh organisasi yang dapat membuat iklim komunikasi dalam organisasi menjadi lebih baik.
Faktor penentu yang dimaksud adalah hubungan manusia atau human relation. Dalam pandangan teori transisonal, manusia atau anggota organisasi adalah aset utama organisasi yang bersifat aktif serta dinamis. Karena itu, organisasi harus selalu mendengarkan aspirasi anggota organisasi dan turut mendukung kreatifitas yang dimiliki oleh masing-masing anggota organisasi.
Sejarah
Konsep tentang organisasi sejatinya dimulai pada pertengahan kedua abad 14 yang berasal dari biologi. Ketika itu, organisasi mengacu sebagai kondisi menjadi atau proses menjadi terorganisasi, cara hidup yang terorganisasi, serta struktur dari organisme atau bagian dari organisme.
Sedangkan, sebagian besar konsep organisasi dalam ilmu-ilmu sosial sendiri baru dimulai di penghujung abad 18 bersamaan dengan munculnya revolusi industri, revolusi Amerika, dan revolusi Perancis.
Ketika itu organisasi mengacu pada kumpulan beberapa orang yang terorganisasi guna mencapai tujuan tertentu sebagai bisnis, departemen pemerintah, sosial, dan lain-lain.
Konsep organisasi dalam ilmu-ilmu sosial ini mencerminkan pemikiran organisasi yang lebih besar terkait dengan komunikasi.
Hal ini membawa dampak banyaknya penelitian awal komunikasi yang dilakukan oleh para peneliti komunikasi yang sebagian besar menitikberatkan pada komunikasi vertikal atau komunikasi antara atasan dan bawahan, pola komunikasi organisasi, dan lingkungan komunikasi dalam komunikasi bisnis.
Kini, dapat kita temui berbagai pengertian organisasi menurut para ahli. Para ahli teori komunikasi organisasi kemudian merumuskan beberapa pendekatan sebagai cara untuk memahami evolusi konsep organisasi sejak awal kemunculannya hingga kini. Beberapa pendekatan tersebut diantaranya adalah :
- Pendekatan klasik dalam komunikasi organisasi yang memandang organisasi sebagai mesin. Teori-teori komunikasi organisasi yang berkaitan dengan pendekatan ini dikenal dengan teori organisasi klasik atau teori manajemen klasik.
- Pendekatan hubungan manusia dan sumber daya manusia dalam komunikasi organisasi yang memandang organisasi seperti sebuah keluarga. Teori-teori yang berkaitan dengan pendekatan ini dikenal dengan teori perilaku.
- Pendekatan sistem dalam komunikasi organisasi yang memandang organisasi sebagai organisme yang kompleks yang harus berinteraksi dengan lingkungannya. Teori-teori yang berkaitan dengan pendekatan ini dikenal dengan teori sistem.
- Pendekatan kultural dalam komunikasi organisasi yang memandang organisasi sebagai budaya. Teori-teori yang berkaitan dengan pendekatan ini dikenal dengan teori kultural.
- Pendekatan kritis dalam komunikasi organisasi yang memandang organisasi sebagai medan perang. Teori-teori yang berkaitan dengan pendekatan ini dikenal dengan teori kritis.
Dari beberapa pendekatan di atas, di manakah letak teori transisional dalam komunikasi organisasi? Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa teori transisional dalam organisasi lahir di era transisi antara era teori-teori organisasi klasik atau teori manajemen ilmiah dan era teori-teori organisasi modern.
Beberapa literatur menyebutkan bahwa era transisi ini disebut juga dengan era teori organisasi neo-klasik yang dimulai pada tahun 1920an ketika berbagai macam kritik sosial dimulai.
Era teori organisasi neo-klasik lahir sebagai bentuk reaksi terhadap era teori organisasi klasik yang lebih menekankan pada struktur dan desain organisasi tanpa melihat pentingnya peran manusia dalam organisasi. Di era ini, para ahli mengenalkan ilmu perilaku ke dalam pemikiran manajemen.
Yang menjadi sumber utama teori-teori organisasi neo-klasik adalah para ahli sosiologi dan ahli psikologi sosial yang menaruh perhatian pada interaksi dan hubungan di dalam kelompok serta ahli psikologi yang menitikberatkan pada perilaku individu.
Dari para ahli inilah kemudian lahir teori-teori transisional sebagai bentuk perbaikan terhadap berbagai kekurangan yang dimiliki teori organisasi klasik atau teori manajemen ilmiah.
Jenis Teori
Dari berbagai literatur disebutkan bahwa terdapat beberapa teori yang dapat digunakan untuk membantu memahami teori transisional. Menurut Pace dkk (1993) dan Romli (2014) menyebutkan bahwa teori-teori yang termasuk dalam teori transisional adalah teori sistem dan teori perilaku dalam komunikasi organisasi. Sementara itu, Papa dkk (2007) menyebutkan dua macam teori transisional yaitu teori administratif dan teori fungsi eksekutif.
Berikut adalah beberapa teori transisional dalam komunikasi organisasi menurut para ahli :
1. Teori Hubungan Manusia
Teori hubungan manusia dalam komunikasi organisasi digagas oleh Elton Mayo melalui eskperimennya yang dikenal dengan the Howthorne Studies. Dari hasil eksperimen disimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam produktivitas kerja karyawan adalah hubungan antar karyawan.
Produktivitas kerja karyawan akan meningkat karena hubungan antar karyawan yang baik dan menjadi bagian tim pendukung dimana masing-masing karyawan memiliki efek yang signifikan pada hasil kerja tim.
Hasil lainnya menunjukkan bahwa perhatian yang diberikan oleh pimpinan kepada karyawan dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja karyawan. Teori X dan Y dalam komunikasi organisasi adalah contoh teori yang berkaitan erat dengan teori hubungan manusia.
2. Teori Proses Fusi
Teori proses fusi digagas oleh E.W Bakke di tahun 1950an. Bakke menyatakan bahwa setiap individu di dalam organisasi berharap untuk menggunakan organisasi untuk mencapai tujuan pribadinya lebih jauh lagi. Semenetara itu, organisasi berusaha untuk mengggunakan individu untuk mencapai tujuan organisasi lebih jauh lagi.
Penyatuan perbedaan kepentingan inilah yang coba digambarkan oleh Bakke melalui teori proses fusi. Dengan demikian, teori proses fusi berusaha untuk menjelaskan bagaimana organisasi dan individu dalam organisasi mengakomodasi kepentingan yang berbeda.
3. Teori Peniti Penyambung
Teori atau model peniti penyambung adalah teori atau model yang digagas oleh Rensis Likert. Teori atau model peniti penyambung memandang organisasi sebagai sejumlah unit kerja yang saling tumpang tindih dimana setiap anggota unit merupakan pemimpin bagi unit lainnya.
Melalui model ini, seorang manajer memiliki dua tugas utama yaitu memelihara kesatuan, menciptakan dan menumbuhkembangkan rasa memiliki di setiap anggota organisasi, dan menjadi representasi kelompok dalam setiap rapat dengan penyelia dan staf manajemen.
Individu-individu inilah yang berperan sebagai peniti penyambung di dalam suatu organisasi dan mereka jugalah yang menjadi fokus kegiatan pengembangan kepemimpinan.
4. Teori Sistem Sosial
Salah satu teori sistem sosial dalam komunikasi organisasi yang dipandang mewakili teori transisional adalah teori sistem sosial yang dikembangkan oleh Daniel Katz dan Robert Kahn.
Mereka menerapkan konsep sistem terbuka ke dalam organsiasi. Mereka berpendapat bahwa organisasi dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang menekankan pada hubungan antar individu dalam organisasi yang saling berkomunikasi satu sama lain, masing-masing menerima pesan dan menyimpan informasi.
5. Teori Administratif
Teori selanjutnya yang dapat digunakan untuk menjelaskan teori transisional adalah teori administratif yang dikembangkan oleh Mary Parker Follet pada tahun 1920an.
Teori administratif Follet dibangun berdasarkan atas dua prinsip. Pertama, prinsip tanggapan timbal balik, yaitu prinsip yang memandang interaksi manusia yang kerapkali memberikan pengaruh secara serentak. Dan kedua, prinsip tujuan universal integrasi, yaitu prinsip yang merujuk pada adanya perpaduan yang harmonis antara perbedaan-perbedaan yang ada sehingga diperoleh bentuk, entitas, serta hasil yang baru.
Follet juga menekankan bahwa demokrasi dibangun dan dipertahankan melalui cara-cara tertentu yang mengintegrasikan berbagai kepentingan yang berbeda guna mencapai integrasi kepentingan. Lebih lanjut Follet menyatakan bahwa integrasi kepentingan bergantung pada kekuasaan bersama dan karenanya segala ide atau gagasan klasik tentang kekuasaan dan kewenangan harus dikurangi.
6. Teori Fungsi Eksekutif
Teori administratif Follet adalah salah satu teori yang mempengaruhi Chester Irving Barnard dalam mengembangkan teori fungsi eksekutif.
Teori fungsi eksekutif yang digagas di tahun 1930an ini menyatakan bahwa teori-teori organisasi klasik atau teori manajemen ilmiah dipandang gagal dalam memberikan penjelasan yang komprehensif mengenai pentingnya perilaku organisasi.
Hal ini mendorong Barnard untuk merumuskan beberapa gagasan guna memperbaiki kegagalan-kegagalan tersebut yang dituangkan dalam bukunya yang bertajuk The Functions of Executive. Adapun hal-hal yang dipandang perlu untuk diperbaiki atau dijelaskan lebih lanjut adalah hal-hal yang berkaitan dengan perilaku individu dalam organisasi, kepatuhan anggota organisasi, dan komunikasi dalam organisasi.
Bagi Barnard, individu merupakan aset penting organisasi dan keinginan masing-masing individu untuk saling bekerja sama merupakan faktor penentu efektivitas organisasi.
Selain individu, kepatuhan individu sebagai anggota organisasi sangat penting karena dengan mematuhi semua perintah organisasi maka tujuan organisasi dapat tercapai. Namun pemberian perintah ini tidaklah cuma-cuma dalam artian organisasi dapat memberikan semacam ganjaran, penghargaan, insentif, atau bujukan agar setiap anggota individu dapat mematuhi setiap perintah organisasi.
Hal terakhir yang menjadi perhatian Barnard adalah pentingnya konsep komunikasi dalam organisasi dalam melakukan analisis struktur organisasi.
Menurut Barnard, dikarenakan komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam organisasi informal maka segala sesuatu yang berkaitan dengan peroses pengambilan keputusan dalam organisasi tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Hal ini menegaskan bahwa fungsi eksekutif menurut Barnard adalah untuk membentuk dan memelihara sistem komunikasi.
Manfaat Mempelajari Teori Transisional dalam Komunikasi Organisasi
Mempelajari teori transisional dalam komunikasi organisasi dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :
- Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian teori transisional dalam komunikasi organisasi.
- Kita dapat mengetahui dan memahami sejarah teori transisional dalam komunikasi organisasi.
- Kita dapat mengetahui dan memahami berbagai teori yang tercakup dalam teori transisional dalam komunikasi organisasi menurut para ahli.
Demikianlah ulasan singkat tentang teori transisional dalam komunikasi organisasi. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori komunikasi organisasi khususnya teori transisional dan beberapa teori yang tercakup di dalamnya.