Teori integratif dalam komunikasi organisasi sejatinya adalah salah satu perspektif teori organisasi yang dirumuskan oleh para ahli. Teori integratif berpendapat bahwa orang-orang, teknologi, dan lingkungan saling berintegrasi dan masing-masing memberikan pengaruh pada organisasi.
Menurut Shockley-Zalabak (2006), teori ini lahir sebagai bentuk reaksi terhadap teori-teori yang berada dalam lingkup perspektif manajemen ilmiah dan perspektif perilaku manusia.
Teori integratif berpendapat bahwa teori-teori dalam perspektif manajemen ilmiah dan perspektif perilaku manusia dipandang tidak berhasil dalam mengintegrasikan berbagai faktor dalam organisasi seperti struktur organisasi, teknologi yang digunakan, serta lingkungan dimana organisasi itu berada.
Melalui teori integratif para ahli mempertanyakan tentang bagaimana struktur organisasi, teknologi, dan orang-orang berkaitan dengan lingkungan mereka.
Mereka menekankan pada hubungan di antara rancangan organisasi, motivasi karyawan, partisipasi komunikasi, dan nilai-nilai organisasi karena faktor-faktor ini berhubungan dengan kemampuan organisasi agar dapat berfungsi di lingkungannya. Teori ini mencerminkan gabungan pemikiran yang dikembangkan oleh para ahli aliran manajemen ilmiah dan aliran perilaku manusia.
Sejarah
Komunikasi organisasi menurut Richmond dan McCroskey (2009) adalah sekelompok individu yang teroganisir dan saling bekerja sama di dalam sistem yang terbuka, terstruktur, dan terorganisasi untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Suminar dkk, komunikasi organisasi melibatkan proses pertukaran pesan dalam menstimulasi makna di dalam organisasi dan antara organisasi dan lingkungannya. Dalam artian, komunikasi organisasi melibatkan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik, dan komunikasi massa.
Menurut Shockley-Zalabak (2006), komunikasi organisasi dapat dipelajari dan dipahami melalui tiga perspektif utama yaitu the Functional approach, the Meaning-Centered approach, dan Emerging Perspectives. Berbagai teori organisasi atau teori komunikasi organisasi menurut para ahli yang kita kenal hingga saat ini tidak dapat dilepaskan dari ketiga perspektif komunikasi organisasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Lebih lanjut Shockley-Zalabak menyatakan bahwa teori-teori organisasi atau teori komunikasi organisasi yang berkaitan dengan ketiga perspektif tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa perspektif, diantaranya adalah perspektif manajemen ilmiah, perilaku manusia, dan integratif.
Perspektif manajemen ilmiah pertama kali dikenalkan oleh F.W Taylor melalui bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management (1913). Perspektif manajemen ilmiah merupakan pendekatan teoretis organisasi yang menekankan pada desain organisasi, pelatihan karyawan guna efisiensi, rantai komando, dan pembagian pekerja.
Perspektif ini didasarkan pada asumsi bahwa organisasi dan pekerjaan dapat dirancang dan dikembangkan secara rasional atau ilmiah. Tokoh-tokoh perspektif manajemen ilmiah diantaranya adalah Frederick Taylor, Henri Fayol, dan Max Weber. Teori-teori yang dikembangkan oleh ketiga tokoh tersebut umumnya disebut dengan teori organisasi klasik.
Sementara itu, perspektif perilaku manusia atau teori perilaku dalam komunikasi organisasi merupakan teori-teori organisasi yang menekankan pada interaksi antar individu, motivasi masing-masing individu, dan pengaruh setiap individu terhadap organisasi.
Perspektif ini didasarkan pada asumsi bahwa pekerjaan hanya dapat diselesaikan oleh setiap individu yang menekankan pada kerja sama, partisipasi, kepuasan, dan keterampilan interpersonal. Tokoh-tokoh perspektif perilaku manusia diantaranya adalah Mary Parker Follet, Elton Mayo, Douglas McGregor, dan Rensis Likert.
Teori-teori yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh tersebut tercakup dalam teori hubungan manusia dalam komunikasi organisasi dan teori sumber daya manusia dalam komunikasi organisasi.
Dari ulasan singkat di atas terlihat bahwa teori-teori yang termasuk dalam perspektif manajemen ilmiah lebih fokus pada struktur organisasi dan rancangan pekerjaan dibandingkan dengan manusia dan lingkungan organisasi.
Sementara itu, teori-teori yang termasuk dalam perspektif perilaku manusia lebih fokus manusia dan cenderung untuk mengabaikan pengaruh diluar batasan organisasi.
Adanya perbedaan perspektif inilah yang menjadi alasan dikembangkannya teori integratif oleh para ahli. Para ahli teori integratif berusaha untuk menjelaskan bagaimana orang-orang, teknologi, dan lingkungan berintegrasi untuk mempengaruhi berbagai macam hal yang terjadi di dalam organisasi.
Pendekatan Teori Integratif
Untuk memahami lebih jauh tentang teori integratif dalam komunikasi organisasi, Shockley-Zalabak (2006) mengembangkan dua pendekatan teori organisasi yaitu pendekatan proses dan lingkungan serta pendekatan kultural.
- Pendekatan proses dan lingkungan
Pendekatan ini menggambarkan bagaimana proses yang kompleks dalam organisasi mempengaruhi operasi internal organisasi dan dipengaruhi oleh lingkungan ekspternal.
Para peneliti menggunakan perspektif ini sebagai upaya untuk menjelaskan bagaimana manusia dan sistem teknis berinteraksi dengan lingkungan dimana organisasi itu berada. Teori-teori yang termasuk dalam pendekatan ini diantaranya adalah teori pengambilan keputusan, teori integrasi sosial teknis, teori kontigensi, dan teori sistem.
- Pendekatan kultural
Pendekatan ini menggambarkan bagaimana anggota organisasi secara kolektif menafsirkan dunia organisasi di sekitar mereka untuk menentukan pentingnya kejadian dalam organisasi.
Pendekatan ini menjelaskan pengaruh budaya yang ada di dalam organisasi dan di luar organisasi terhadap perilaku organisasi. Adapun teori organisasi yang termasuk pendekatan kultural diantaranya adalah teori elemen-elemen budaya, teori Z, formasi budaya organisasi, dan teori sense-making.
Jenis Teori
Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan teori integratif dalam komunikasi organisasi sebagaimana dijelaskan secara singkat oleh Shockley-Zalabak (2006) :
1. Teori Pengambilan Keputusan
Herbert Simon adalah tokoh yang mengenalkan teori pengambilan keputusan. Teori ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang proses pengambilan keputusan dalam organisasi.
Menurut Simon, pengambilan keputusan adalah proses yang melalui beberapa tahapan yang berbeda yakni tahap intelijensia, tahapan desain, dan tahapan pilihan.
Tahapan intelijensia berkaitan dengan identifikasi permasalahan dan pengumpulan data; tahapan desain adalah proses merancang solusi dan solusi alternatif dari berbagai permasalahan yang dihadapi; dan tahapan pilihan adalah tahapan dimana solusi-solusi yang dianggap mungkin dibandingkan satu sama lain untuk menemukan solusi terbaik.
2. Teori Sosial-teknis
Teori yang dikembangkan oleh Eric Trist dan Kenneth Bamforth ini didasarkan pada kajian yang mereka lakukan tentang perilaku pekerja tambang dalam merespon perubahan yang terjadi dalam pola dan alur pekerjaan. Trist dan Bamforth berpendapat bahwa sistem sosial dan proses-proses teknis pekerjaan perlu disadari dan dioptimalkan untuk meningkatkan kinerja organisasi.
3. Teori Kontingensi
Teori kontingensi yang pertama kali dikembangkan oleh Joan Woodward dan dikembangkan lebih lanjut oleh Paul Lawrence dan Jay Lorsch ini adalah salah satu teori organisasi yang menyatakan bahwa tidak ada cara yang yang terbaik untuk mengelola organisasi.
Bentuk atau cara yang paling sesuai untuk mengelola organisasi bergantung pada jenis pekerjaan atau lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan. Dengan kata lain, untuk mengelola organisasi tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi organisasi.
4. Teori Sistem
Teori sistem dalam komunikasi organisasi memandang organisasi sebagai organisme yang kompleks yang harus berinteraksi dengan lingkungannya agar dapat bertahan. Teori sistem sejatinya berasal dari biologi dan ilmu-ilmu teknik yang kemudian diadopsi oleh para ahli teori organisasi.
Salah satu penerapan teori sistem pada proses organisasi yang paling berpengaruh adalah teori sistem yang dikembangkan oleh Daniel Katz dan Robert Kahn.
Mereka berpendapat bahwa organisasi harus dikonseptualisasikan sebagai sistem terbuka yang kompleks yang membutuhkan interaksi antar komponen yang ada dalam organisasi dan interaksi dengan lingkungannya dalam rangka untuk bertahan.
Teori sistem lain yang diterapkan dalam komunikasi organisasi diantaranya adalah teori fungsi organisasi yang digagas oleh Thompson (1967), teori struktural-fungsional yang digagas oleh Farace, Monge, dan Russel (1977) yang menitikberatkan pada proses komunikasi dalam organisasi, dan teori sistem sosial dalam komunikasi organisasi yang digagas oleh Niklas Luhmann.
5. Teori Elemen Budaya Organisasi
Teori elemen budaya dikembangkan oleh Terrence Deal dan Allen Kennedy melalui bukunya Corporate Cultures : The Rites and Rituals of Corporate Life (1982).
Mereka mengidentifikasi lima elemen budaya organisasi yang paling mendasar yaitu lingkungan bisnis, nilai-nilai, kepahlawanan, ritual, dan jaringan budaya. Menurut Deal dan Kennedy, elemen-elemen tersebut berkontribusi dalam mengatur perilaku dan membantu karyawan agar dapat mengerjakan tugasnya dengan lebih baik.
6. Teori Z
Setelah McGregor menggambarkan karakteristik perilaku manusia melalui teori X dan Y dalam komunikasi organisasi, William Ouchi (1981) kemudian mengusulkan teori Z yang menyatakan bahwa organisasi harus beradaptasi dengan elemen-elemen utama budaya di mana organisasi itu berada. Teori ini didasarkan atas perbandingan yang ia lakukan antara organisasi-organisasi orang Jepang dan Amerika.
7. Teori Formasi Budaya Organisasi
Teori formasi budaya organisasi dikembangkan oleh Edgar Schein (1985b). Ia mendefinisikan budaya organisasi sebagai sebuah pola asumsi-asumsi dasar yang telah bekerja dengan cukup baik untuk dianggap valid dan kemudian diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, berpikir, merasa terkait dengan permasalahan adaptasi eksternal dan integrasi internal organisasi.
Untuk mendukung definisi ini, Schein kemudian mengembangkan model budaya dan model dimulainya budaya organisasi.
8. Teori Sense-making
Teori yang dikembangkan oleh Karl Weick (1970an) ini didasarkan atas penelitiannya tentang sense-making. Weick memandang sense-making sebagai sebuah proses yang melibatkan bagaimana setiap individu dalam organisasi memahami, membentuk makna, mencari pola-pola, dan berinteraksi satu sama lain yang bertujuan untuk mencapai pemahaman bersama serta sebagai dasar bagi tindakan organisasi khususnya dalam menghadapi situasi yang kompleks dan penuh dengan resiko. Weick menggambarkan sense-making sebagai proses yang cair.
Manfaat Mempelajari Teori Integratif dalam Komunikasi Organisasi
Mempelajari teori integrafive dalam komunikasi organisasi dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :
- Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian teori integratif dalam komunikasi organisasi.
- Kita dapat mengetahui dan memahami sejarah teori integratif dalam komunikasi organisasi.
- Kita dapat mengetahui dan memahami pendekatan-pendekatan dalam teori integratif.
- Kita dapat mengetahui dan memahami beberapa contoh teori organisasi yang berkaitan dengan teori integratif dalam komunikasi organisasi.
Demikianlah ulasan singkat tentang teori integratif dalam komunikasi organisasi. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori integratif yang merupakan salah satu perspektif teori organisasi.