Teori dalam Opini Publik dalam Komunikasi

Opini publik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pendapat umum atau pendapat sebagian besar rakyat. Teori dalam opini publik pada umumnya memberikan gambaran tentang peran yang dimainkan oleh berbagai bentuk komunikasi dalam proses pembentukan opini publik.

Menurut Davis (2009), teori-teori dalam opini publik dapat dikelompokkan ke dalam empat era yakni era teori awal opini publik, era penelitian empiris, era kembalinya aspek kognitif dalam teori media, dan era teori normatif demokrasi terkini.

Era awal teori opini publik adalah era pertama kali teori opini publik dikembangkan di penghujung abad 18. Teori opini publik di era ini sebagian besar merupakan teori-teori normatif yang memandang legitimisasi ataupun pertentangan akibat adanya perubahan sosial politik yang saat itu mulai berkembang di Amerika Serikat dan Eropa.

Teori opini publik di era ini cenderung mengekspresikan rasa optimisme maupun pesimisme sebagai akibat besarnya keterlibatan publik dalam pemerintahan. Yang termasuk dalam era teori awal opini publik adalah teori utilitarian, teori masyarakat massa, teori propaganda, teori sikap, dan teori pers.

Sementara itu, era penelitian empiris diawali dengan adanya perdebatan konsep opini publik dan perannya dalam demokrasi.

Perbedaan konsep opini publik antara Lippmann dan Dewey ini mendorong dikembangkannya berbagai teknik penelitian guna mengukur opini publik dan melahirkan berbagai teori empiris opini publik yang dikemukakan oleh para ahli. Era ini ditandai dengan berbagai penelitian awal tentang efek media massa terhadap opini publik yang dilakukan oleh Carl I. Hovland dan Paul F. Lazarsfeld.

Di era ini, opini publik dimaknai sebagai sebuah fenomena dinamis yang dibentuk melalui beberapa jenis proses komunikasi. Teori empiris opini publik di era ini meliputi teori arus informasi kepada publik serta teori efek terbatas media massa seperti teori komunikasi dua tahap.

Era ketiga teori opini publik adalah era kembalinya aspek kognitif dalam teori media di tahun 1970an. Teori media di era ini lebih banyak dipengaruhi psikologi kognitif. Teori opini publik di era ini  meliputi teori efek media massa seperti teori agenda setting, teori kesenjangan pengetahuan, dan teori spiral keheningan.

Dan, terakhir, era teori normatif demokrasi. Di era ini, teori normatif demokrasi mengalami perubahan akibat semakin berkembangnya teori liberalisme atau demokrasi pluralistis yang berdampak pada teori-teori opini publik. Yang termasuk dalam era teori normatif demokrasi terkini adalah teori ranah publik dan teori demokrasi partisipatif.

Berikut adalah beberapa teori dalam opini publik yang dikemukakan oleh para ahli :

1. Teori Utilitarian

Beberapa tokoh bermahzab utilitarianisme seperti John Stuart Mill dan Jeremy Bentham menawarkan argumen yang sistematis mengenai pemerintahan demokrasi yang berdasarkan opini publik.

Mereka berpendapat bahwa dalam pembentukan sistem politik, individu dan kelompok akan bersaing untuk mengejar kepentingan politik dan ekonomi mereka.

Persaingan yang dimaksud adalah persaingan bebas yang dapat melayani sebagian besar orang dengan lebih baik. Persaingan ini terjadi melalui pertarungan ide dimana berbagai kepentingan dipromosikan dan pandangan mayoritas terbentuk yang berujung pada munculnya pilihan dan pemilihan umum yang akan melayani kepentingan mayoritas.

2. Teori Masyarakat Massa

Teori masyarakat massa adalah salah satu teori media massa. Teori ini dikembangkan oleh Fredinand Tonnies, Gustave Le Bon, Jose Ortega y Gasset, dan pemikir Aliran Frankfrut.

Teori masyarakat massa memandang publik sebagai masyarakat yang tidak teratur, tidak berbeda, dan tidak tahu apa-apa sehingga mudah untuk diperintah oleh para elit politik yang tidak bermoral dan yang akan memanipulasi opini publik untuk melayani kepentingan elit.

3. Teori Propaganda

Propaganda merupakan salah satu perspektif komunikasi pada opini publik yang berkaitan dengan efek keperkasaan media.

Teori yang digagas oleh Harold Lasswell ini menjelaskan bagaimana opini publik dapat ditanamkan dan diorganisasikan di sekitar simbol-simbol utama yakni sebuah gagasan menggunakan kampanye iklan untuk merek berbagai produk konsumen.

4. Teori Sikap

Teori ini menyatakan bahwa opini publik merupakan ekspresi verbal yang mendasari sikap dan karenanya pengukuran terhadap opini publik dimungkinkan menyuguhkan pandangan tentang sikap. Menurut teori sikap, adalah mungkin untuk mengubah sikap dengan mengubah pendapat dan sebaliknya.

5. Teori Pers

Sebagian besar teori pers atau teori normatif dalam komunikasi massa memiliki konsep utama opini publik. Teori-teori ini memandang debat publik dan pers merupakan bagian penting dari politik demokrasi. Fungsi pers adalah memberikan informasi kepada publik. Dan karena itu, dapat meningkatkan debat publik dan opini publik.

6. Teori Efek Terbatas

Teori efek terbatas memandang khalayak sebagai makhluk yang berkepala batu. Hal ini disebabkan khalayak memiliki sistem pertahanan sendiri untuk melawan perubahan terhadap sikap dan pendapat yang ada.

Menurut teori proses selektif dalam komunikasi massa, khalayak menerapkan komunikasi selektif yang ketat sehingga khalayak dapat menghindar, menolak, atau menyalahartikan pesan-pesan yang tidak sesuai dengan sikap dan pendapat mereka. Asumsi teori efek terbatas inilah yang menjadi landasan bagi teori perbedaan individu dalam komunikasi massa.

7. Teori Agenda Setting

Teori agenda setting yang dikembangkan oleh M. McCombs dan D. Shaw ini berpendapat bahwa meskipun media tidak dapat mengatakan kepada khalayak apa yang seharusnya dipikirkan oleh khalayak, tetapi media dapat mengatakan kepada khalayak tentang apa yang harus dipikirkan oleh khalayak.

Karena itu media memiliki pengaruh yang sangat besar dalam memutuskan sejumlah kecil permasalahan publik atau isu yang akan dipikirkan oleh khalayak.

8. Teori Kesenjangan Pengetahuan

Teori kesenjangan pengetahuan adalah salah satu teori komunikasi massa yang digagas oleh Phillip Tichenor, George Donohue, dan Clarice Olien ini menyatakan bahwa meningkatnya jumlah informasi tentang suatu topik akan menciptakan kesenjangan pengetahuan antara mereka yang mengetahui informasi lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang hanya mengetahui sedikit informasi.

Para ahli menggunakan teori ini untuk membantu menjelaskan berbagai temuan dalam penelitian tentang opini publik selama beberapa tahun.

9. Teori Spiral Keheningan

Teori spiral keheningan yang dicetuskan oleh Elisabeth Noelle-Neumann ini menjelaskan bagaimana media dapat mempengaruhi pembentukan opini publik dalam keadaan tertentu.

Teori ini menjelaskan bahwa ketika media menyampaikan berita yang menyatakan masalah, posisi, atau kandidat kehilangan dukungan, maka orang-orang akan menjadi enggan untuk membicarakan dan mempertahankan posisi atau kandidat yang dimaksud.

Ketika orang berhenti membicarakan hal tersebut, liputan media menjadi berpengaruh dan opini publik akan bergeser ke arah yang diprediksi oleh media.

10. Teori Ranah Publik

Ranah publik adalah istilah yang pertama kali dikemukakan oleh Jurgen Habermas sekaligus merupakan salah satu peran media dalam demokrasi.

Ranah publik adalah suatu wilayah dalam kehidupan sosial dimana setiap individu dapat secara bebas berdiskusi dengan individu lainnya tentang berbagai permasalahan sosial yang dapat membentuk opini publik dan mempengaruhi tindakan politik.

Diskusi atau debat publik ini dapat terjadi di media massa, rapat-rapat, media sosial, publikasi akademis, dan dokumen kebijakan pemerintah.

11. Teori-teori Demokrasi Partisipatif

Teori-teori demokarsi partisipatif dan konsultatif ini adalah teori-teori normatif yang menekankan pada kebutuhan dan kegunaan partisipasi publik dalam politik dan/atau keterlibatan publik untuk memberikan masukan yang mendasari kebijakan pengambilan keputusan.

Secara umum, para ahli teori ini seperti Benjamin Barber tidak mempercayai cara-cara yang dilakukan media dan elit politik dalam proses pembentukan opini publik. Mereka menawarkan formula baru pembentukan opini publik guna memperbaiki demokrasi.

Demikianlah ulasan singkat tentang teori dalam opini publik. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang opini publik dan berbagai teori yang tercakup di dalamnya.