Teori Proses Selektif dalam Komunikasi Massa

Menurut Atkin (1985), teori proses selektif mencerminkan pendekatan fungsional penggunaan media. Adapun yang menjadi pusat artikulasi teori proses selektif adalah gagasan atau ide bahwa setiap individu memusatkan perhatian mereka pada rangsangan tertentu yang berasal dari lingkungan di sekitarnya, memilih dan mengolah informasi yang konsisten dengan kepercayaan dan sikap mereka, dan menghindari informasi yang tidak sesuai dengan kepercayaan dan sikap mereka.

Sementara itu, menurut Baran dkk (2012), yang dimaksud dengan teori proses selektif dalam komunikasi massa adalah proses psikologis yang meliputi terpaan selektif, pengingatan selektif, dan persepsi selektif yang dirancang untuk mengurangi disonansi.

Teori proses selektif berakar dari ide konsistensi kognitif yang oleh para peneliti atau ahli teori komunikasi massa seperti Paul F. Lazarsfeld, Joseph T. Klapper, dan Melvin De Fleur diadopsi sebagai salah satu prinsip dasar dalam teori perubahan sikap atau teori perbedaan individu dalam komunikasi massa.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dalam teori konsistensi kognitif dalam komunikasi persuasif, yang dimaksud dengan konsistensi kognitif adalah ide atau gagasan yang menyatakan bahwa setiap orang akan mempertahankan pandangan mereka yang telah ada sebelumnya secara sadar maupun tidak.  Salah satu teori konsistensi yang sangat berpengaruh adalah teori disonansi kognitif dari Leon Festinger.

Festinger menjelaskan bahwa individu berusaha menghindari perasaan tidak senang dan ketidakpastian dengan memilih informasi yang cenderung memperkokoh keyakinannya, sembari menolak informasi yang bertentangan dengan kepercayaan yang diyakininya. Usaha inilah yang dinamakan proses selektif.

Menurut para ahli psikologi, proses selektif merupakan mekanisme pertahanan yang biasa digunakan oleh individu untuk melindungi diri dan egonya dari informasi yang dapat mengancam dirinya.

Proses selektif berfungsi sebagai mekanisme penyaring yang memindai data-data yang tidak penting dan di waktu yang bersamaan mengidentifikasi dan menyoroti pola yang paling bermanfaat dari data-data tersebut.

Pengertian

Menurut Encyclopedia of Political Communication (2008), yang dimaksud dengan proses selektif adalah proses dimana kepercayaan dalam diri individu yang telah ada sebelumnya membentuk penggunaan informasi oleh mereka dalam lingkungan yang kompleks.

Minat dan pendapat yang ada mempengaruhi perolehan, evaluasi, dan pengingatan tentang informasi politik. Konsekuensinya adalah setiap individu cenderung menjadi lebih berpengetahuan tentang tema-tema yang sesuai secara personal dibandingkan dengan tema-tema yang tidak menarik minat mereka.

Mereka juga cenderung untuk mengetahui lebih banyak bukti yang mendukung pendapat politik mereka dibandingkan dengan perspektif lainnya.

Karakteristik ini membatasi kemampuan individu untuk merevisi kepercayaan atau keyakinan politiknya dalam menanggapi bukti baru dan mengenalkan polarisasi politik karena pendapat yang telah ada sebelumnya menerima penguatan secara sistematis.

Proses selektif memiliki akar yang kuat dalam komunikasi politik namun penelitian tentang proses selektif juga dapat diterapkan dalam konteks nonpolitik seperti komunikasi massa atau komunikasi persuasif.

Proses selektif berakitan erat dengan alasan motivasi yakni suatu gagasan yang menyatakan bahwa proses kognitif individu adalah berorientasi pada tujuan dan kerapkali menjadi bias dalam mendukung kecenderungan politik mereka.

Alasan motivasi menyangkut mekanisme dimana individu membangun pembenaran untuk posisi mereka, khususnya bagaimana mereka mengingat dan menafsirkan informasi.

Sementara itu, proses selektif menyangkut mekanisme yang membentuk kesadaran individu dari informasi politik yang mereka gunakan untuk membentuk pembenaran tersebut. Kedua konsep yaitu proses selektif dan alasan motivasi kerapkali saling tumpang tindih dalam hal evaluasi pendapat informasi yang relevan.

Terdapat dua faktor yang memotivasi proses selektif yaitu kompleksitas lingkungan informasi dan tanggapan emosional negatif yang dialami individu.

Kompleksitas lingkungan informasi mengacu pada ketiadaan waktu yang dimiliki oleh individu atau ketidakmampuan kognitif untuk menyadari setiap argumen yang ada sehingga mereka harus selektif dalam memilih informasi turunan yang cukup serta mengarah pada informasi yang dibutuhkan meskipun informasi tersebut tidak lengkap.

Sementara itu, tanggapan emosional negatif yang dialami individu mengacu pada disonansi kognitif tehadap informasi yang bertentangan dengan pendapat mereka yang telah ada sebelumnya.

Setiap individu akan berusaha untuk meminimalisir disonansi dengan mencari penguatan pendapat dan menemukan kesalahan informasi yang bertentangan dengan pendapat mereka.

Sejarah

Sejarah teori proses selektif dalam komunikasi massa tidak dapat dilepaskan dari sejarah teori efek media massa Salah satu pendekatan teori efek media massa yang menyatakan bahwa media memiliki efek terbatas pada khalayak dan/atau masyarakat adalah teori efek terbatas atau limited effects theory.

Berdasarkan sejarah perkembangan teori efek komunikasi dalam komunikasi massa, teori efek terbatas lahir berdasarkan hasil penelitian selama tahun 1940an dan 1950an yang menunjukkan bahwa dampak atau efek media massa tidaklah seperkasa seperti yang diasumsikan teori peluru atau teori jarum hipodermik.

Menurut pendekatan teoretis teori peluru atau teori jarum hipodermik, pesan yang menjangkau khalayak akan menimbulkan efek yang kuat dan seragam pada setiap orang yang mengolah pesan media massa. Sebaliknya, pendekatan teori efek terbatas menyatakan bahwa efek media massa sangatlah kecil atau bahkan tidak menimbulkan efek sama sekali pada khalayaknya yang aktif dan sangat selektif.

Dengan kata lain, menurut teori efek terbatas, khalayak sangat selektif dalam menggunakan media massa sehingga hampir tidak menimbulkan efek pada khalayak.

Teori efek terbatas menjadi teori yang paling mendominasi ranah penelitian efek komunikasi massa dalam sistem komunikasi massa hingga awal tahun 1960. Di tahun yang sama, seorang peneliti media bernama Joseph T. Klapper menerbitkan sebuah buku yang berjudul The Effects of Mass Communication.

Buku ini berisi rangkuman berbagai macam tulisan dan hasil penelitian efek media massa yang mendukung perspektif efek terbatas.  Dalam buku ini Klapper juga menyatakan bahwa pesan-pesan persuasif yang terdapat dalam media massa cenderung berfungsi sebagai agen penguatan atau agen peneguhan daripada agen perubahan.

Selain mengamati efek media massa, Klapper juga mendiskusikan ukuran proteksi diri yang diambil oleh orang-orang ketika diterpa media massa.

Ia mencatat bahwa orang-orang akan melakukan terpaan selektif terhadap komunikasi massa yang mendukung pendapat dan minat mereka, persepsi selektif dalam hal bagaimana mereka mengolah pesan-pesan dari media massa, dan pengingatan selektif saat memilih untuk mengingat pesan-pesan media massa yang mendukung pendapat mereka. Terpaan selektif komunikasi adalah salah satu ide paling penting yang melekat pada perspektif efek terbatas.

Usia pendekatan teori efek terbatas dalam komunikasi massa sangatlah singkat.  Pada rentang waktu akhir tahun 1960an hingga selama tahun 1970an para peneliti kembali ke pendekatan teori keperkasaan efek media massa.

Konsep

Teori proses selektif dalam komunikasi massa memiliki beberapa konsep yaitu selective exposure, selective retention, dan selective perception. Menurut teori perbedaan individu dalam komunikasi massa, terpaan selektif dan persepsi selektif bertindak sebagai penghalang antara media massa dan efek dan karenanya membatasi dampak langsung media massa atau dampak langsung komunikasi massa pada khalayak.

1. Selective exposure (terpaan selektif)

Terpaan selektif adalah kecenderungan orang-orang untuk menerpa dirinya dengan pesan-pesan media yang dirasa sesuai dengan sikap dan minat yang telah ada sebelumnya serta kecenderungan untuk menghindari pesan-pesan media massa yang dapat menciptakan disonansi.

Mereka cenderung untuk menghindari pesan-pesan yang bertentangan dengan perspektif mereka. Orang-orang akan mencari tema-tema yang tidak hanya menarik minat mereka tetapi yang lebih penting adalah sesuai dengan sudut pandang mereka.

Karena itu, alasan mereka menggunakan media massa adalah untuk memperkuat sikap dan pendapat mereka yang telah ada sebelumnya. Namun adakalanya mereka juga mencari sudut pandang berbeda yang bertentangan dengan sudut pandang  mereka guna mendengarkan berbagai macam argumen sehingga dapat mereka gunakan untuk menolak sudut pandang yang bertentangan tersebut.

2. Selective retention (pengingatan selektif)

Pengingatan selektif adalah proses dimana orang-orang cenderung untuk mengingat dengan lama informasi yang sesuai dengan sikap dan minat yang telah ada sebelumnya dibandingkan dengan informasi yang bertentangan dengan sikap dan minat mereka.

Bersama dengan terpaan selektif dan persepsi selektif, pengingatan selektif tampaknya ditujukan untuk memperkuat sikap dan kepercayaan yang telah ada sebelumnya.

Penggagas teori dependensi dalam komunikasi massa yaitu Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach menyimpulkan bahwa dari beragamnya isi media massa yang tersedia, anggota individu khalayak secara selektif memilih, menafsirkan, dan mengingat pesan-pesan khususnya jika pesan-pesan tersebut berkaitan dengan minat mereka, konsisten dengan sikap mereka, sesuai dengan kepercayaan mereka, dan mendukung nilai-nilai mereka.

3. Selective perception (persepsi selektif)

Persepsi selektif memandang bahwa individu cenderung menafsirkan informasi baru yang konsisten dengan kepercayaan yang telah ada sebelumnya. Persepsi selektif terjadi dalam dua cara, yaitu :

  • Individu gagal untuk memperhatikan atau mereka salah menerima informasi yang tidak sesuai dengan kepercayaannya.
  • Individu sering menerima bukti-bukti yang mendukung pendapat mereka tanpa ragu namun akan menolak informasi yang mengancam secara hati-hati, mengkritisi metode pengumpulan data dan analisis data serta mempertanyakan penafsiran hasil.

Manfaat Mempelajari Teori Proses Selektif dalam Komunikasi Massa

Mempelajari teori proses selektif dalam komunikasi massa dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu :

  • Kita mengetahui dan memahami arti teori proses selektif dalam komunikasi massa.
  • Kita mengetahui dan memahami arti proses selektif yang berakar dari komunikasi politik.
  • Kita mengetahui dan memahami sejarah teori proses selektif dalam komunikasi massa.
  • Kita mengetahui dan memahami beberapa konsep penting teori proses selektif dalam komunikasi massa.

Demikianlah ulasan singkat tentang teori proses selektif dalam komunikasi massa. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori komunikasi massa khususnya teori proses selektif dalam komunikasi massa terkait dengan sejarah yang melatarbelakanginya serta konsep-konsep yang terkandung di dalamnya.