Menurut Bernard Berelson (2007), opini publik adalah tanggapan yang diberikan oleh orang-orang atau publik terhadap berbagai permasalahan politik maupun sosial yang menjadi pusat perhatian publik seperti hubungan internasional, kebijakan domestik, pemilihan umum, dan hubungan etnis.
Opini publik kerapkali dikaitkan dengan politik dan pemilihan umum. Namun, sejatinya opini publik memberikan pengaruh yang besar dalam berbagai bidang seperti budaya, fashion, literatur, dan seni, pemasaran, public relations, dan lain-lain. Begitu luasnya pengaruh opini publik mendorong para ahli dari berbagai displin ilmu untuk mengkaji serta meneliti opini publik dari berbagai perspektif diantaranya perspektif sosiologi, perspektif politik, perspektif psikologi, dan perspektif komunikasi.
Penelitian mengenai opini publik dalam perspektif komunikasi tidak dapat dilepaskan dari perkembangan teori efek komunikasi dalam komunikasi massa. Dari berbagai penelitian empiris mengenai opini publik terlihat bahwa sebagian besar menekankan pada efek media massa terhadap pembentukan opini publik, arus informasi kepada publik, serta keterbatasan pengaruh media yang berlangsung selama hampir dua dekade yakni sejak Perang Dunia Kedua hingga tahun 1960an.
Pada tahap selajutnya, bertepatan dengan kembalinya kognitif dalam ilmu-ilmu sosial di tahun 1970an, para ahli dan peneliti beralih ke paradigma efek minimal media yang dikaitkan dengan kritik yang dibuat oleh Klapper (1960). Ditandai dengan mulai berkembangnya beberapa teori komunikasi dan fenomena baru, para peneliti mulai tertarik untuk kembali ke paradigma kuatnya pengaruh media massa terhadap masyarakat atau khalayak. Kemudian, mereka mengakui adanya efek kontingen media yakni efek media yang kuat yang terjadi beberapa saat bagi beberapa individu.
Dapat dikatakan bahwa penelitian opini publik dalam perspektif komunikasi sebagian besar menekankan pada efek komunikasi khususnya efek komunikasi massa terhadap pembentukan opini publik. Hal ini pula yang menjadi dasar bagi Alex S. Edelstein merumuskan beberapa perspektif penelitian opini publik yang meliputi keterbatasan pengaruh media, model ketergantungan komunikasi massa, konteks psikologi sosial, pendekatan kognitif, struktur dan proses opini publik, dan pendekatan konstruktivisme terhadap metodologi penelitian.
Perspektif lain seperti efek keperkasaan media dan propaganda serta model two-step flow merupakan perspektif awal opini publik sehingga patut untuk dimasukkan ke dalam perspektif penelitian opini publik.
Dengan demikian, yang termasuk dalam perspektif komunikasi dalam penelitian opini publik meliputi :
1. Efek keperkasaan media dan propaganda
Efek keperkasaan media merupakan konsep awal efek media yang memandang bahwa media memiliki efek yang langsung terhadap khalayak dan khalayak dianggap pasif dan homogen. Persepsi ini timbul akibat adanya teknologi penyiaran massa yang dapat menjangkau khalayak luas. Orang terpaku dengan derasnya penyebaran informasi yang mungkin telah mengaburkan persepsi khalayak tentang efek media.
Selain itu, teknik propaganda yang diterapkan selama masa perang oleh beberapa pemerintah terbukti sangat ampuh dalam upaya untuk memobilisasi massa. Propaganda ini merupakan contoh kuatnya efek komunikasi. Beberapa penelitian awal efek media kerapkali menitikberatkan pada kuatnya efek propaganda. Teori efek media massa yang merepresentasikan hal ini adalah teori jarum hipodermik.
2. Model arus dua tahap atau model two-step flow
Hipotesis model two-step flow atau teori komunikasi dua tahap pertama kali dikemukakan oleh Paul Lazarsfeld, Bernard Berelson, dan Hazel Gaudet (1944) dari studi yang menekankan pada proses pengambilan keputusan selama kampanye pemilihan Presiden. Model ini menegaskan bahwa informasi dari media bergerak dalam dua tahap yaitu pertama melalui pemuka pendapat yang memperhatikan dan menerima pesan media massa.
Kedua, melalui komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi pemuka pendapat kemudian menyampaikan interpretasi mereka sendiri di samping isi media yang sebenarnya kepada anggotanya atau pengikut. Dari sini muncul istilah pengaruh pribadi yang merujuk pada proses pemuka pendapat yang melakukan intervensi antara pesan langsung media dan reaksi khalayak terhadap pesan media. Pemuka pendapat memiliki cukup pengaruh dalam membuat orang mengubah sikap dan perilaku mereka.
3. Keterbatasan pengaruh media
Jika sebelumnya media digambarkan memiliki efek yang begitu perkasa dan menimbulkan efek yang tidak langsung pada khalayak, maka perspektif selanjutnya adalah terbatasnya pengaruh media. Keterbatasan pengaruh media adalah perspektif yang memandang media memiliki efek atau pengaruh yang terbatas atau minimal terhadap khalayak karena efek tersebut dimitigasi oleh berbagai variabel peantara atau intervensi. Perspektif efek terbatas media terhadap perilaku khalayak mencakup teori agenda setting, efek orang ketiga, dan fungsi normatif media.
4. Model ketergantungan komunikasi massa
Model ketergantungan komunikasi massa yang digagas oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur (1976) ini adalah salah satu teori komunikasi massa yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara media, khalayak, dan sistem sosial. Informasi yang coba diperoleh khalayak dari kehidupan nyata sangatlah terbatas, karena itu khalayak menggunakan media untuk mendapatkan lebih banyak informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Luasnya penggunaan media menghasilkan hubungan ketergantungan khalayak pada media dan media juga dapat menciptakan hubungan ketergantungan dengan khalayak sasaran untuk mencapai tujuan. Blumer (1971) berpendapat bahwa secara sosiologis, fungsi media massa adalah integratif, mempublikasikan, serta melegitimasi perubahan dan konflik sosial. Selain itu, media juga berfungsi memfasilitasi kesadaran publik sehingga memungkinkan terjadinya pembentukan dan ekspresi opini publik.
5. Konteks psikologi sosial
Gagasan tentang iklim opini dan ketidakmengertian pluralistik melahirkan bentukan sosial-psikologis seperti rasa takut akan isolasi, proyeksi, serta sudut pandang sebagai penjelasan mengenai perilaku komunikasi dan opini. Setiap bentukan psikologis membawa dampak bagi akurasi persepsi terhadap opini dan keinginan untuk mengekspresikan opini.
6. Pendekatan kognitif
Orientasi dan ko-orientasi terhadap obyek opini dapat mengatasi aspek kognitif maupun afektif dari masalah atau isu. Pendekatan kognitif mengemukakan pertanyaan apakah studi evaluatif tentang koorientasi mungkin tidak membingungkan berbagai aspek dari obyek opini yang sama. Menurut para ahli, individu mungkin secara bersama-sama mengetahui aspek-aspek yang berbeda dari masalah yang sama atu aspek yang sama dari masalah yang berbeda.
7. Struktur dan proses opini
Struktur kognitif yang ada dalam setiap individu dan struktur sosial yang menunjukkan organisasi masyarakat mencerminkan perubahan dalam persepsi, kognisi, atau evaluasi obyek pada tingkat individu dan masyarakat. Perubahan ini dapat dipetakan dalam bentuk komunikasi yang terjadi sebagai konsekuensi dari proses tersebut.
8. Pendekatan konstruktivisme dalam metodologi penelitian
Perspektif komunikasi pada opini publik yang terakhir adalah menyangkut metode penelitian komunikasi khususnya format kuisioner yang bervariasi yang memungkinkan bagi pengamatan komunikasi. Polling adalah salah satu pendekatan dalam penelitian opini publik yang mempertanyakan struktur komunikasi dengan menyediakan obyek opini dan mengevaluasinya. Pertanyaan yang membatasi definisi objek opini dan nilai yang relevan juga membatasi komunikasi.
Para ahli telah mengusulkan sebuah pendekatan konstruktif yang memungkinkan responden untuk membangun lebih banyak realitasnya sendiri dan meningkatkan potensi untuk referensi pertukaran informasi dan komunikasi.
Manfaat Mempelajari Perspektif Komunikasi pada Opini Publik
Mempelajari perspektif komunikasi pada opini publik dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah :
- Kita dapat mengetahui dan memahami makna opini publik
- Kita dapat mengetahui dan memahami berbagai perspektif pada opini publik
- Kita dapat mengetahui dan memahami opini publik berdasarkan perspektif komunikasi
Demikianlah ulasan singkat tentang perspektif komunikasi pada opini publik. Semoga dapat memberikan tambahan wawawasan dan pengetahuan kita tentang opini publik dan perspektif komunikasi pada opini publik.