Teori Adaptasi Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan latar belakang budaya ini mendorong mereka untuk saling beradaptasi satu sama lain.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang menjadi inti dari komunikasi antar budaya adalah bagaimana orang beradaptasi dengan budaya lain. Fenomena inilah yang mendorong Young Yun Kim untuk mengembangkan teori adaptasi budaya.

Teori adaptasi budaya mengacu pada salah satu teori komunikasi antar budaya atau teori komunikasi lintas budaya yang dibangun berdasarkan premis bahwa seorang individu adalah sebuah sistem terbuka yang akan berevolusi dengan lingkungan sosial budaya di sekitarnya.

Teori adaptasi budaya berpendapat bahwa setiap individu akan melewati beberapa tahapan adaptasi budaya atau asimilasi yaitu enkulturasi, dekulturasi, dan akulturasi (Baca juga : Akulturasi Komunikasi Antar Budaya).

Teori ini dikritik oleh beberapa peneliti lain karena dipandang tidak efektif dalam menjelaskan proses adaptasi budaya yang begitu kompleks.

Baca juga : Makna Budaya dalam Komunikasi

Pengertian

Menurut Young Yun Kim yang dimaksud dengan adaptasi budaya adalah proses jangka panjang yang dilakukan oleh individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui pembelajaran dan pertukaran komunikatif hingga dirinya merasa nyaman di lingkungan yang baru.

Teori adaptasi budaya dirumuskan oleh Kim untuk menggambarkan proses adaptasi budaya dan menjelaskan struktur proses adaptasi budaya serta berbagai variabel penting yang mempengaruhi tingkatan dimana seseorang kemudian mengadaptasi budaya baru dan budaya yang tidak dikenal.

Baca juga : Peran Bahasa dalam Komunikasi Antar Budaya

Proses Adaptasi Budaya

Kim menjelaskan bahwa adaptasi merupakan proses yang dinamis dan melibatkan variabel internal atau intrapersonal dan variabel eksternal atau sosial/lingkungan.

Karena itu, Kim mengadopsi pendekatan sistem untuk memahami proses adaptasi karena pendekatan sistem merupakan pendekatan yang sesuai untuk menampilkan kompleksitas saling keterhubungan yang terlibat dalam proses adaptasi. Kim menggambarkan adaptasi sebagai proses tiga tahap yaitu stress-adaptation-growth.

  • Stress. Ketika memasuki lingkungan baru, pendatang baru akan mengalami stress atau tekanan akibat gegar budaya, penghindaran, atau perhatian selektif. Stress memotivasi seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan baru atau lingkungan tuan rumah untuk mengembalikan keseimbangan.
  • Adaptation. Adaptasi dapat dicapai melalui akulturasi dan dekulturasi. Dari proses pembelajaran ini adaptasi terjadi dalam bentuk transformasi pertumbuhan internal.
  • Growth. Proses pertumbuhan tidak bersifat linear melainkan bersifat heliks yang ditandai dengan naik turunnya proses stress-adaptation.

Baca juga : Empati dalam Komunikasi Budaya

Struktur Adaptasi Budaya

Struktur adaptasi budaya dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses adaptasi budaya yaitu faktor komunikasi, faktor lingkungan, dan faktor predisposisi individu.

1. Faktor komunikasi

Faktor komunikasi mencakup komunikasi pribadi dan komunikasi sosial individu yang meliputi host communication competence dan keterlibatannya dengan lingkungan tuan rumah melalui partisipasi dalam kegiatan komunikasi interpersonal dan komunikasi massa tuan rumah.

a. Host communication competence

Mengacu pada keseluruhan kapasitas internal pendatang dalam melakukan decoding dan encoding terhadap informasi sesuai dengan praktek komunikasi budaya tuan rumah. Kompetensi ini terdiri dari tiga subkategori yang saling berkaitan satu sama lain yaitu kognitif, afektif, dan operasional.

  • Kompetensi kognitif mengacu pada pengetahuan bahasa dan budaya tuan rumah, sejarah, institusi sosial dan aturan perilaku interpersonal.
  • Kompetensi afektif mengacu pada kapasitas emosi dan motivasi pendatang untuk berhadapan dengan beragam tantangan kehidupan yang ada di lingkungan tuan rumah, keterbukaan terhadap pembelajaran baru, dan kemauan untuk berpartisipasi dalam berbagai aspek emosi maupun fisik dari lingkungan tuan rumah.
  • Kompetensi operasional mengacu pada berbagai aspek lain dari kompetensi komunikasi tuan rumah dan memfasilitasi pendatang untuk mengekspresikan pengalaman kogntif dan afektif.

b. Host social communication

mengacu pada partisipasi pendatang dalam berbagai kegiatan komunikasi sosial tuan rumah seperti komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa tuan rumah. Komunikasi interpersonal tuan rumah membantu pendatang untuk mengamankan informasi penting dan wawasan ke dalam pola pikir dan perilaku orang-orang setempat.

Hal ini memberikan referensi kepada pendatang tentang bagaimana seharusnya mereka berperilaku. Sementara itu, komunikasi massa tuan rumah bergantung pada integrasi individu ke dalam masyarakat tuan rumah melalui media massa dan berfungsi sebagai sumber utama pembelajaran budaya dan bahasa tanpa harus melibatkan partisipasi individu.

c. Ethnic social communication

Mengacu pada partisipasi kegiatan komunikasi interpersonal dan komunikasi massa etnis pendatang yang dapat membantu proses awal adaptasi budaya ketika pendatang baru tiba di lingkungan yang baru dan tidak memiliki kompetensi komunikasi tuan rumah dan akses menuju ke sumber daya interpersonal tuan rumah.

Keadaan ini mendorong komunitas etnis untuk memungkinkan pendatang untuk menerima beberapa kenyaman dari budaya mereka sebelumnya dan berfungsi untuk memfasilitasi proses adaptasi.

Di satu sisi, ketergantungan yang sangat besar dan berkepanjangan pada budaya sebelumnya dapat mempertahankan keterhubungan dengan budaya asli mereka namun di lain pihak dapat menjadi penghalang bagi proses adaptasi budaya.

2. Faktor lingkungan

Menurut model komunikasi Gudykunst, pengaruh lingkungan dalam komunikasi antar budaya sangatlah besar terutama dalam memproses pesan. Selain itu, lingkungan juga berperan besar dalam proses adaptasi budaya.

Menurut Kim, fungsi adaptif dari kompentensi komunikasi tuan rumah individu dan kegiatan komunikasi sosial baik komunikasi interpersonal dan komunikasi massa tidak dapat dilepaskan dari lingkungan tuan rumah.

Teori adaptasi budaya mengidentifikasi tiga kondisi lingkungan yang memberikan dampak terhadap proses adaptasi pendatang yaitu host receptivity, host conformity pressure, dan ethnic group strength.

  • Host receptivity mengacu pada sejauh mana lingkungan tertentu dapat diakses dan terbuka bagi pendatang secara struktural maupun psikologis. Sekelompok masyarakat tertentu mungkin dapat bersikap menerima terhadap kelompok pendatang tertentu namun tidak untuk kelompok pendatang yang lain.
  • Host conformity pressure mengacu pada tekanan yang diberikan oleh tuan rumah terhadap pendatang untuk bertindak sesuai dengan budaya setempat. Tekanan ini akan semakin besar dirasakan oleh pendatang dalam lingkup budaya yang homogen dibandingkan dengan lingkup budaya yang heterogen.
  • Ethnic group strength mengacu pada status atau kedudukan etnis tertentu dalam konteks masyarakat setempat. Kelompok etnis yang lebih kuat dapat menghambat proses adaptasi budaya oleh anggota individu. Kelompok etnis yang luas dan besar menawarkan kepada anggotanya sistem informasi, emosi, dan dukungan material. Di satu sisi, hal ini dapat membantu proses adaptasi budaya pendatang baru namun di sisi lain dapat digunakan sebagai alat untuk mempertahankan praktek etnis tertentu dan mencegah pendatang untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan komunikasi sosial tuan rumah.

3. Faktor predisposisi individu

Faktor predisposisi individu mengacu pada kemampuan seorang pendatang mempersiapkan dirinya sendiri secara lebih baik secara fisik dan mental untuk memasuki lingkungan yang baru. Terdapat tiga faktor predisposisi yaitu preparedness, ethnic proximity/distance, dan personality.

  • Preparedness mengacu pada kesiapan mental, emosi, dan motivasi pendatang untuk berhadapan dengan lingkungan budaya baru termasuk pemahaman tentang bahasa dan budaya tuan rumah.
  • Ethnic proximity/distance mengacu pada konsep hubungan antara etnik pendatang dan etnik dominan dari lingkungan tuan rumah yang dibandingkan satu sama lain. Pemahaman yang baik tentang kedekatan etnik merupakan bagian dari kesadaran budaya sendiri dan budaya orang lain yang dapat meminimalisir penyebab kegagalan dalam komunikasi antar budaya.
  • Personality mengacu pada karakteristik pribadi pendatang yang dapat membantu memfasilitasi kemampuannya untuk mengurangi tekanan adaptif seperti keterbukaan, kekuatan, dan kepositifan.

Baca juga : Makna Pesan dalam Komunikasi Antar Budaya

Transformasi Antar Budaya

Interaksi yang terjadi antara faktor komunikasi, faktor lingkungan, dan faktor predisposisi individu sebagaimana yang telah diulas di atas berpengaruh terhadap perubahan adaptif dan transformasi antar budaya individu.

Menurut Kim, perubahan adaptif dan transformasi antar budaya individu menimbulkan tiga aspek yang saling berkaitan satu sama lain yaitu meningkatnya fungsionalitas dalam melaksanakan transaksi sehari-hari, memperbaiki kesehatan psikologis dalam menghadapi lingkungan, dan menimbulkan orientasi identitas antar budaya.

Baca juga : Pengaruh Komunikasi Antar Budaya dalam Kehidupan Bermasyarakat

Manfaat Mempelajari Teori Adaptasi Budaya

Mempelajari teori adaptasi budaya dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :

  • Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian komunikasi antar budaya.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian adaptasi budaya.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami proses adaptasi budaya.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami struktur adaptasi budaya.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami transformasi antar budaya.

Demikianlah ulasan singkat tentang teori adaptasi budaya dalam komunikasi antar budaya. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang komunikasi antar budaya khususnya terkait dengan teori adaptasi budaya.