8 Pendekatan dalam Studi Komunikasi Persuasif

Manusia hidup melalui beberapa proses seperti proses adaptasi, sosialisasi, interkasi, komunikasi, dan lain sebagainya. Manusia yang berperan sebagai makhluk sosial tentu tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan komunikasi sebagai alat interaksi dan bersosialisasi. Komunikasi merupakan suatu proses pengiriman pesan yang disampaikan oleh komunikator yang kemudian akan diterima oleh seorang komunikan. Manusia yang tidak berkomunikasi akan terisolasi oleh lingkungan sekitarnya. Komunikasi dianggap dapat mengubah pola pikir dan perilaku manusia. Komunikasi yang efektif akan memudahkan seseorang dalam memahami informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. (Baca juga: Komunikasi Persuasif)

Komunikasi persuasif merupakan salah satu bentuk komunikasi. Abdurrahman mendefinisikan persuasif atau ajakan sebagai suatu tindakan yang berdasarkan segi-segi psikologis yang dapat membangkitkan kesadaran individu. Komunikasi persuasif merupakan suatu cara komunikasi yang berguna untuk mengajak seseorang dalam mengubah pola perilaku, pola pikir, sikap, dan pendapat dengan menggunakan ucapan, tindakan, gambar, dan alat lainnya yang bersifat persuasif atau mengajak. Menurut Devito (2009), komunikasi persuasif memiliki tujuan untuk memperkuat suatu argumentasi seseorang, untuk mengubah perilaku dan pola pikir seseorang, dan untuk memotivasi seseorang dalam melakukan suatu tindakan. (Baca juga: Teori Komunikasi Persuasif)

Komunikasi persuasif lebih banyak mempengaruhi seseorang dengan cara apapun melalui ajakan yang bersifat positif. Misalnya, seorang anak yang tidak mau periksa gigi ke dokter akan dibujuk oleh orangtuanya dengan menggunakan hadiah seperti boneka, coklat, permen, dan cara lainnya agar si anak mau memeriksa giginya ke dokter. (Baca juga: Model Komunikasi Persuasif)

Adapun macam-macam pendekatan dalam studi komunikasi persuasif adalah sebagai berikut:

  1. Logical argument (logos)

Pendekatan yang pertama adalah logical argument atau logos. Pendekatan ini dikemukakan oleh seorang ilmuwan bernama Aristoteles. Pendekatan persuasif ini merupakan penyampaian pesan melalui ajakan dengan menggunakan argumentasi dari data-data yang telah ditemukan. Argumentasi yang ditemukan dari data-data tersebut bersifat nyata dan sesuai dengan penalaran logika. (Baca juga: Cara Komunikasi Persuasif)

  1. Psychological/emotional argument (pathos)

Pendekatan persuasif yang kedua ini adalah psychological/ emotional argument atau pathos. Pendekatan persuasif ini juga merupakan asumsi dari Arsitoteles. Pendekatan psychological/ emotional argument atau pathos adalah penyampaian pesan melalui ajakan dengan menggunakan emosional seseorang baik emosional yang positif maupun emosional yang negatif. Misalnya, seseorang yang menyampaikan pesan melalui komunikasi persuasif dengan cara menggunakan kata-kata yang menarik untuk disimak seperti kata-kata bijak, kata-kata humor, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan cara yang tepat untuk menarik atensi komunikan, sehingga komunikasi persuasif menjadi efektif. Contoh tersebut termasuk ke dalam emosional positif. Sedangkan komunikasi persuasif yang menggunakan emosional negatif biasanya tidak direspon oleh komunikan dengan baik. (Baca juga: Teknik Integrasi dalam Komunikasi Persuasif)

  1. Argument based on credibility (ethos)

Pendekatan berikutnya adalah argument based on credibility atau ethos. Pendekatan persuasif ini mengedepankan karakter atau kredibilitas dari seorang komunikator. Komunikasi yang berupa ajakan ini berupa arahan atau saran yang akan dituruti oleh komunikan karena seorang komunikator dianggap memiliki kredibilitas yang tinggi dalam bidangnya. Misalnya, seorang karyawan akan menuruti segala perintah atasannya dalam sebuah perusahaan. (Baca juga: Teknik Komunikasi Persuasif)

  1. Pendekatan berdasarkan bukti

Pendekatan komunikasi persuasif ini menitikberatkan argumentasi melalui data-data yang valid dan sesuai dengan fakta yang terjadi, sehingga argumentasi seorang komunikator lebih kuat untuk mempengaruhi komunikan. (Baca juga: Contoh Komunikasi Persuasif dalam Keperawatan)

  1. Pendekatan berdasarkan diksi

Pendekatan selanjutnya yang dilakukan oleh seorang komunikator adalah berdasarkan diksi. Diksi merupakan suatu pemilihan kata. Pendekatan persuasif berdasarkan diksi artinya suatu ajakan komunikator dengan menggunakan pemilihan kata yang sesuai dan menarik, sehingga mudah untuk diingat oleh seorang komunikan. (Baca juga: Efek Media Massa dalam Komunikasi Persuasif)

  1. Pendekatan berdasarkan humor

Humor merupakan suatu tindakan yang dianggap lucu dan dapat membuat orang lain tertawa. Humor tidak hanya dilakukan melalui tindakan tetapi dapat diekspresikan melalui tulisan, gambar, atau ucapan.

Humor merupakan salah satu pendekatan persuasif yang menghibur. Ajakan dengan menggunakan humor ini sering digunakan untuk menyampaikan berbagai informasi. Misalnya, humor digunakan para ahli agama untuk berdakwah atau mengajak kepada kebaikan. (Baca juga: Contoh Komunikasi Persuasif dalam Iklan)

  1. Pendekatan berdasarkan ketakutan

Pendekatan pesuasif ini dilakukan oleh komunikator dengan menggunakan fenomena-fenomena yang sedang terjadi di masyarakat yang bersifat menakutkan. Fenomena tersebut dapat mempengaruhi seseorang untuk memahami makna yang disampaikan oleh komunikator. Misalnya, fenomena remaja yang meninggal karena penyakit kanker payudara. Seorang komunikator mengambil fenomena tersebut sebagai studi kasus dan kemudian diinformasikan kepada komunikan. Tujuannya adalah agar komunikan dapat mencegah dan memeriksa penyakit kanker payudara sejak dini. (Baca juga: Peran Komunikasi Persuasif dalam Pembangunan)

  1. Pendekatan berdasarkan psikologis

Seorang komunikator mampu melihat lingkungan sekitar termasuk psikologis seseorang ketika ingin melakukan komunikasi persuasif. Pendekatan persuasif kali ini berkaitan dengan psikologis seseorang. Apabila seorang komunikan sedang tidak memiliki keadaan psikologis yang baik maka seorang komunikator akan sulit mempengaruhinya. Psikologis yang sehat mampu merespon komunikator dengan baik. sebaliknya, seseorang yang psikologisnya kurang baik akan sulit memahami ajakan dari komunikator. (Baca juga: Contoh Komunikasi Persuasif dalam Pembangunan)

Demikianlah yang dapat disampaikan, semoga artko0-