Kontribusi Filsafat Dalam Komunikasi Pendidikan

Jika ditilik dari asal katanya komunikasi berasal dari kata cum dan unus yang merupakan bahasa Yunani. Kata cum merupakan kata depan, yang berarti ‘dengan’ atau ‘bersama dengan’. Sedangkan unus merupakan kata bilangan yang berarti ‘satu’. Communication yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai komunikasi, memiliki arti: membicarakan sesuatu dengan seseorang atau bercakap-cakap.

Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian makna, baik dalam bentuk gagasan ataupun informasi, kepada orang lain (baca juga: pengertian komunikasi menurut para ahli ).  Terdapat empat asumsi pokok komunikasi menurut Garry Cronkhite yang dapat membantu kita untuk memahami komunikasi. Asumsi tersebut yaitu:

  1. Communication is a process: komunikasi merupakan sebuah proses
  2. Communication is transactive: dalam komunikasi terjadi pertukaran pesan
  3. Communication is multi-dimensional: komunikasi bersifat multidimensi
  4. Communication is multiproposeful : komunikasi mengandung banyak maksud atau tujuan.

Komunikasi Pendidikan

Menurut Hewitt, komunikasi memiliki beberapa tujuan beberapa diantaranya adalah: untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu, untuk mempengaruhi perilaku, dan menstimulasi minat. Komunikasi juga memiliki fungsi edukatif dan informatif.  Dengan kata lain, komunikasi dapat mendidik seseorang dan dapat memberi keterangan, data, atau fakta yang berguna bagi seseorang. Dalam bidang pendidikan, komunikasi berperan penting dalam penyampaian pesan atau informasi yang bersifat edukatif (baca juga: penerapan strategi komunikasi dalam pembelajaran).

Sebagai proses komunikasi, pendidikan merupakan proses bimbingan yang dilakukan oleh guru (pendidik) dalam rangka mengubah prilaku muridnya agar dapat mencapau kedewasaan, baik dalam arti jasmaniah maupun rohaniah. Sifat komunikasi pendidikan tidaklah bebas, melainkan dikendalikan serta dikondisikan untuk tujuan pendidikan (baca juga pengaruh bahasa dalam komunikasi pendidikan).

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam kajian pengembangan komunikasi pendidikan antara lain: bahwa dunia pendidikan membutuhkan pemahaman yang mendasar, komprehensif, holistik dan sistematis mengenai pemanfaatan komunikasi dalam proses pembelajaran; serta bahwa arah proses konstruksi sosial atas realitas pendidikan akan ditunjukkan oleh komunikasi pendidikan (baca juga: manajemen komunikasi dalam pendidikan).

Filsafat

Ditilik dari asal katanya, filsafat berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu philos yang berarti cinta, serta sophos yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, atau kebenaran. Menurut asal katanya, filsafat dapat diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan. Menurut Plato (filsuf Yunani kuno), filsafat merupakan pengetahuan mengenai segala yang ada.

Sedangkan dalam buku ‘Elements ofPhilosophy’, Katsoff mendefinisikan filsafat sebagai perenungan, pemikiran yang meliputi kegiatan meragukan segaa sesuatu (tidak percaya begitu saja), menanyakan apa dan mengapa, mencari jawaban yang lebih baik dibanding yang hanya terlihat oleh pandangan mata. Filsafat merupakan sebuah kajian mengenai semua fenomena dalam kehidupan; merupakan pemikiran kritis manusia yang dijabarkan dalam konsep mendasar.

Dalam komunikasi, filsafat berkontribusi dalam kegiatan mengkaji proses komunikasi secara lebih mendalam, kritis, dan cermat baik dari aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Aspek ontologis berbicara mengenai hakekat dan realitas pengetahuan; aspek epismologi berbicara mengenai bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan, dan aspek aksiologi berbicara tentng bagaimana manusia menggunakan ilmu pengetahuan. Filsafat komunikasi mencoba memperoleh jawaban tepat, dengan terus menanyakan jawaban-jawaban atas setiap masalah yang perlu dipecahkan dalam proses komunikasi (baca juga: fungsi filsafat komunikasi).

Filsafat Komunikasi Pendidikan

Dalam komunikasi pendidikan, filsafat memberikan landasan kukuh mengenai bagaimana implementasi komunikasi dalam suatu proses pembelajaran (baca juga: peranan filsafat komunikasi). Komunikasi pembelajaran yang efektif tersebut terangkum dalam lima hukum komunikasi yang efektif yaitu, Respect, Emphaty, Audible, Clarity, dan Humble atau di singkat dengan REACH.

Respect menekankan bahwa komunikasi harus dibangun atas sikap menghargai; Empathy menekankan pada kemampuan penempatan diri, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh lawan bicara; Audible mengandung makna bahwa pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik; Clarity berbicara mengenai kejelasan pesan sehingga tidak menimbulkan multi-interprestasi.      Humble merupakan sikap terbuka dari komunikator, mau menghargai, mendengar dan menerima kritik dari komunikan (baca juga: hakikat filsafat komunikasi).

Berdasarkan 5 hukum komunikasi efektif diatas, diketahui bahwa unsur terpenting dalam sebuah komunikasi pembelajaran bukanlah apa yang tertulis dan terucap atau dengan katalain pesan yang disampaikan (baca juga : teknik komunikasi efektif). Unsur paling penting dalam menciptakan komunikasi pembelajaran yang efektif adalah karakter pengiriman pesan. Bagaimana komunikator (dalam hal ini pendidik) menyampaikan pesan kepada komunikan (murid). Stephen R. Covey mengusulkan agar komunikasi dalam pembelajaran dibangun atas hubungan emosi. Misalnya:

  1. Guru terlebih dahulu memahami karakter siswa sebelum melakukan komunikasi
  2. Memperhatikan hal-hal kecil seperti sikap ramah, sopan santun, dkk
  3. Memenuhi janji atau komitmen yang telah dibuat
  4. Menjelaskan harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran
  5. Memperlihatkan integritas untuk mendapatkan kepercayaan dari murid

Teknik dan Prinsip Komunikasi Pendidikan

Dalam komunikasi pendidikan, proses komunikasi dimanifestasikan dalam berbagai bentuk metode pembelajaran. Dalam hal ini, metode dan mengajar merupakan suatu kesatuan. Metode merupakan suatu langkah, dan mengajar merupakan inplementasi dari langkah tersebut. Kondisi suatu kelas pembelajaran, ditentukan oleh kesatuan metode yang digunakan serta implementasinya yaitu mengajar(baca juga: penerapan teori komunikasi dalam media pembelajaran).

Secara garis besar metode mengajar dibagi menjadi dua bagian, yaitu metode konvensional serta metode inkonvensional. Metode konvensional yang disebut juga metode tradisional, merupajan jenis metode yang paling lazim digunakan (baca juga: sejarah media pembelajaran). Metode pembelajaran yang termasuk dalam metode konvensional antara lain: metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi dan ekperimen, metode sosio drama dan bermain peran, metode karya wisata, dsb.

Berbeda dengan metode konvensional, metode inkonvensional merupakan metode pembelajaran yang baru berkembang, sehingga belum lazim digunakan. Yang termasuk metode pembelajaran inkonvensional yaitu: metode pengajaran modul, metode pengajaran uni, metode learning machine program, metode CSBA, metode KBK, KTSP, dsb (baca juga: penerapan strategi komunikasi dalam pembelajaran).

Dalam memilih metode pembelajaran, guru perlu memperhatikan beberapa hal seperti karakteristik murid, situasi pembelajaraan, alat yang tersedia, serta kemampuannya sendiri dalam mengajar (baca juga: penerapan komunikasi efektif dalam pembelajaran). Apapun metode yang dipilih, guru perlu merancang pembelajaran sedemikian rupa, agar siswa dapat menerima dengan baik apa yang disampaikannya, menguasai pelajaran secara komperehensif, dan memampukan siswa untuk mengembangkan ilmu yang didapatkannya tersebut (baca juga: karakteristik media pembelajaran).

Demikian artikel mengenai kontribusi filsafat dalam komunikasi pendidikan ini. Dalam komunikasi pendidikan, filsafat memberikan landasan kukuh mengenai bagaimana implementasi komunikasi dalam suatu proses pembelajaran. Jika terdapat kesalahan dalam penulisan, penulis meminta maaf. Silahkan tinggalkan komentar yang membangun, jangan sungkan untuk menshare artikel ini, dan akhir kata… Semoga bermanfaat! 🙂