Dalam dunia pendidikan, dewasa ini lazim dikenal media pembelajaran yang digunakan sebagai alat bantu mengajar bagi para guru untuk memudahkan para siswa didik memahami materi yang diajarkan oleh sang guru tersebut sehingga guru tidak hanya mengandalkan komunikasi langsung dan tidak langsung ataupun komunikasi nonverbal beserta perbedaan komunikasi verbal dan nonverbal. Pemakaian media pembelajaran, tidak datang secara tiba-tiba, alias melalui beberapa proses tertentu yang dapat kita pelajari untuk memahami media pembelajaran secara lebih utuh dan menyeluruh dan juga bersinggungan dengan keharusan untuk memahami komunikasi multimedia. Sebagaimana yang kita lakukan ketika mempelajari berbagai macam bentuk-bentuk komunikasi yang ada di sekitar kita. Oleh karena itu, dalam artikel ini kita akan mempelajari sejarah media pembelajaran, dari awal mula penggunaannya sampai dengan masa saat ini ketika media pembelajaran telah berkembang menjadi semakin modern.
Pengertian Media Pembelajaran
Sebelum berlanjut pada sejarah media pembelajaran, ada baiknya kita menyinggung sebentar mengenai media pembelajaran terutama pada aspek definisinya agar kita tidak berbeda asumsi mengenai apa itu media pembelajaran.
Secara etimologis atau dilihat dari aspek linguistik leksikalnya, kata media berasal dari bahasa Latin medius, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media pembelajaran secara etimologis dapat berarti perantara atau pengantar pesan-pesan pembelajaran. Sebagai tambahan, kamu dapat melihat pengertian media menurut para ahli untuk memahami dengan lebih detail tentang media massa.
Sedangkan secara terminologi, menurut para ahli, media pembelajaran berarti sebagai beriku.:
Menurut Berlach dan Ely (1971) media pembelajaran cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis atau elektronis yang membantu dalam menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Menurut Heinich, dkk (1985), media pembelajaran adalah media-media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang memiliki maksud pembelajaran.
Menurut Martin dan Briggs (1986) media pembelajaran adalah keseluruhan sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan orang yang sedang belajar. Hal tersebut dapat berarti perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras yang digunakan untuk memahamkan peserta didik.
Menurut Hamalik (1994), media pembelajaran adalah semua hal yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan orang yang sedang belajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan, dalam rangka merangsang pikiran, minat, perhatian, perasaan peserta didik sehingga mereka dapat memahami materi belajar yang diajarkan serta mendorong mereka untuk belajar.
1. Pendidikan Pada Awalnya Hanya Guru dan Buku
Pada awal sejarah pendidikan, istilah media pembelajaran sebenarnya tidak dikenal. Pada masa awal ini, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber pembelajaran ini kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa adanya buku ini, dikenal tokoh bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku yang ditulis oleh Johan ini berjudul ”Orbis Sensualium Pictus” (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657.
2. Masuknya Pengaruh Teori Komunikasi pada Proses Pembelajaran dan Munculnya AVA
Pada masa pertengahan abad ke-20, atau pada akhir tahun 1950, teori komunikasi yang dipelajari oleh para ahli secara bersamaan dengan munculnya alat bantu visual mulai mempengaruhi penggunaan alat visual yang ketika itu mulai dianggap berguna sebagai penyalur pesan atau informasi belajar sehingga berdampak pada komunikasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada waktu itu.
Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu dalam proses mengajar (teaching aids). Pada waktu itu, alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap para siswa didik yang sedang belajar. Kemudian, pada tahap berikutnya, mulailah muncul pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20 yang melengkapi penggunaan alat bantu visual tersebut. Pada akhirnya, kombinasi alat bantu audio visual untuk membantu pembelajaran ini disebut dengan audio visual aids (AVA).
3. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Bersamaan dengan munculnya AVA, Edgar Dale membuat sebelas klasifikasi tingkatan pengalaman belajar dari yang paling konkret sampai yang paling abstrak untuk membantu membuat alat bantu visual audio yang lebih membantu siswa dalam belajar. Klasifikasi Dale ini dikenal dengan nama ”Kerucut Penglaman” (Cone of Experience). Pada masa ini, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman Dale sehingga pemilihan jenis media yang paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa banyak dipengaruhi oleh teori Dale ini (bandingkan dengan teori sosial kognitif). Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan.
Kerucut pengalaman ini, memiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut.
- Direct Purposeful Experiences, yaitu pengalaman yang diperoleh dari kontak langsung dengan lingkungan, objek, binatang, manusia, dan sebagainya, dan merupakan bentuk pembelajaran paling riil yang bisa dialami oleh siswa didik.
- Contrived Experiences, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan model, benda tiruan, atau simulasi dari realitas yang asli.
- Dramatized Experiences, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui permainan, sandiwara boneka, permainan peran, drama sosial yang mencerminkan objek asli yang hendak dipelajari
- Demonstration, yaitu pengalaman yang diperoleh dari sebuah pertunjukan
- Study Trips, yaitu sebuah pengalaman yang diperoleh melalui karya wisata
- Exhibition, yaitu sebuah pengalaman yang diperoleh melalui pameran
- Educational Television, yaitu sebuah pengalaman yang diperoleh melalui televisi pendidikan
- Motion Pictures, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui gambar, film hidup, bioskop tentang hal yang sedang dipelajari
- Still Pictures, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui gambar mati, slide, fotografi yang mencerminkan realitas asli
- Radio and Recording, yaitu engalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau rekaman suara atas suatu objek yang sedang dipelajari
- Visual Symbol, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat seperti grafik, bagan, atau diagram
- Verbal Symbol, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui penuturan kata-kata dan merupakan pengalaman belajar yang paling rendah tingkat visualisasinya bagi siswa didik.
4. Pengaruh Behaviorisme BF. Skinner
Setelah adanya perubahan pada asumsi dasar mengenai pentingnya alat bantu penyampaian gagasan kepada siswa, akan tetapi faktor siswa sendiri belum begitu dianggap penting dalam dunia pendidikan. Akan tetapi pada 1960an, para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Pada saat itu teori behaviorisme yang digagas oleh BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Teori behaviorisme mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk media pembelajaran yang dilandasi oleh teori ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin pengajaran) dan programmed instruction (pembelajaran terprogram).
5. Pendekatan Sistem dan Pengaruhnya dalam Pembelajaran
Pada tahun 1965-1970, pendekatan sistem (system approach) juga mulai menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan sistem kemudian mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Media tidak lagi dipandang sebagai alat bantu guru, akan tetapi merupakan bagian tersendiri yang penting dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Ada dua ciri pendekatan sistem pengajaran, yaitu sebagai berikut :
- Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan sisaw.
- Penggunaan metode khusus dalam rangka mendesain sistem pengajaran yang terdiri atas prosedur integral berupa perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan proses belajar-mengajar,
- Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa didik yang diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang dicapai. Perlahan-lahan, dari pengalaman yang di alami dari proses tersebut, guru mulai menemukan bahwa cara belajar siswa itu berbeda-beda, sebagian ada yang lebih cepat belajar melalui media visual, sebagian audio, media cetak, dan sebagainya. Sehingga dari sinilah lahir konsep media pembelajaran.
Pada era komunikasi modern, media komunikasi modern termasuk media pembelajaran perkembangan sangat luas, mulai dari video, VR (Virtual Reality), permainan interaktif, media sosial dengan ciri ciri media sosial yang unik, dan lain sebagainya. Itulah beberapa sejarah singkat media pembelajaran yang dapat kita pelajari pada kesempatan kali ini. Selamat bertemu kembali di artikel berikutnya!