“Rumput tetanga lebih hijau daripada tumput sendiri”. Itulah peribahasa Indonesia yang selama ini kita kenal yang berarti bahwa kita selalu membandingkan apa yang dimiliki oleh orang lain dengan apa yang kita miliki. Dalam kacamata psikologi, perbandingan yang kita lakukan antara diri sendiri dan orang lain merupakan mekanisme psikologis mendasar yang mempengaruhi penilaian, pengalaman, serta perilaku kita atau pun orang lain. Perbandingan ini dikenal dengan istilah perbandingan sosial.
Kita tidak dapat melepaskan diri dari perbandingan sosial. Perbandingan sosial berisi perbandingan diri sendiri dengan orang lain dalam rangka untuk melakukan evaluasi atau untuk memperbaiki berbagai aspek yang ada dalam diri. Perbandingan sosial dapat terjadi manakala kita dihadapkan pada jenis-jenis informasi tentang orang lain misalnya apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh orang lain, apa yang dapat dicapai dan tidak dapat dicapai oleh orang lain, dan lain sebagainya. Beragam informasi yang ada atau diperoleh berhubungan dengan diri mereka sendiri. Misalnya, ketika kita ingin mengetahui diri kita sendiri maka kita akan cenderung untuk membandingkan karakteristik yang kita miliki dan lain-lain dengan orang lain.
Baca juga :
Untuk memahami proses perbandingan sosial, seorang ahli psikologi bernama Leon Festinger telah merumuskan sebuah teori yang disebut dengan teori perbandingan sosial di tahun 1954. Teori perbandingan sosial memusatkan keyakinan bahwa dorongan dalam diri individu dapat meningkatkan akurasi evaluasi diri. Teori perbandingan sosial berusaha untuk menjelaskan bagaimana setiap individu mengevaluasi pendapat serta kemampuannya sendiri dengan cara membandingkan diri sendiri dengan orang lain dalam rangka untuk mengurangi ketidakpastian yang ada serta belajar untuk mendefinisikan dirinya sendiri.
Teori perbandingan sosial yang dirumuskan oleh Leon Festinger (1954) merupakan tindak lanjut dari teori sebelumnya yaitu teori tentang komunikasi sosial informal yang dirumuskan pada tahun 1950. Dalam teorinya tentang komunikasi sosial informal, Festinger menekankan pantingnya orang lain dalam pembentukan pendapat seseorang. Sementara itu, dalam teori proses perbandingan sosial, Festinger menambahkan ranah kemampuan dan menekankan bagaimana individu menggunakan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri untuk mendapatkan pengetahuan tentang diri mereka sendiri.
Baca juga :
Teori perbandingan sosial muncul akibat minat Festinger terhadap pengembangan opini dan beberapa hipotesis menentukan perbedaan yang diharapkan antara pengaruh pada pendapat versus kemampuan. Sebagian besar penelitian yang didasarkan pada teori ini berkonsentrasi pada perbandingan kemampuan, emosi, atau ciri kepribadian, dan sangat sedikit yang terkait dengan perbandingan pendapat. Pergeseran ini mungkin terjadi karena Festinger sendiri tidak bertahan lama dengan teorinya tentang proses perbandingan sosial namun dengan cepat beralih untuk merumuskan teori disonansi kognitif (Corcoran dkk, 2011).
Baca juga:
Teori perbandingan sosial mendalilkan bahwa manusia memiliki dorongan untuk mengevaluasi pendapat dan kemampuan mereka. Agar berfungsi secara efektif, mereka perlu mengetahui kapasitas dan keterbatasan mereka sendiri, dan mereka harus akurat dalam opini mereka tentang obyek dan orang lain. Festinger berpendapat bahwa orang-orang paling baik melayani kebutuhan evaluasi diri ini dengan mengukur atribut mereka terhadap standar fisik langsung. Bila standar obyektif tidak tersedia, individu membandingkan diri dengan orang lain. Proposisi sentral teori perbandingan sosial adalah hipotesis kesamaan yang memprediksi bahwa individu lebih suka membandingkan diri mereka dengan orang lain yang serupa.
Teori perbandingan sosial yang digagas oleh Leon Festinger mendasarkan teorinya pada 9 (sembilan) hipotesis, yaitu :
Baca juga :
Tujuan dan Fungsi Perbandingan Sosial
Menurut Festinger, perbandingan sosial bertujuan untuk mengevaluasi diri secara akurat. Selain itu, perbandingan sosial memiliki fungsi diantaranya adalah sebagai berikut :
Baca juga : Cabang Ilmu Komunikasi – Komunikasi Islam – Teori Efek Media Massa – Komunikasi Pembangunan
Perbandingan sosial merupakan sebuah fenomena dua arah dimana kita dapat membandingkan diri kita dengan orang lain yang lebih baik dari kita (upward social comparison) atau lebih buruk (downward social comparison).
a. Upward social comparison
Upward social comparison terjadi manakala individu membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih baik atau lebih superior dari dirinya. Hasil penelitian menunjukan bahwa upward social comparison dapat menurunkan harga diri namun menurut peneliti hal ini tidak selalu terjadi. Individu yang membandingkan dirinya dengan orang atau kelompok lain yang lebih baik dari dirinya bertujuan untuk memperbaiki cara pandang mereka terhadap dirinya atau menciptakan persepsi yang lebih positif terhadap realitas pribadi. Upward social comparison umumnya dilakukan untuk mengevaluasi diri dan memperbaiki diri dengan harapan terjadi peningkatan kualitas diri.
b. Downward social comparison
Konsep downward social comparison pertama kali dikenalkan oleh T.A Wills (1981). Yang dimaksud dengan downward social comparison adalah kecenderungan untuk bertahan yang umumnya digunakan sebagai bentuk evaluasi diri. Downward social comparison terjadi manakala individu melihat orang lain yang dipandang lebih buruk dibandingkan dirinya yang dapat membuatnya merasa lebih baik akan dirinya.
Proses perbandingan sosial umumnya dihubungkan dengan beberapa konsekuensi, diantaranya adalah :
Baca juga : Komunikasi Sosial Menurut Para Ahli – Pengantar Ilmu Komunikasi – Psikologi Komunikasi
c. Model Self-Evaluation Maintenance
Model self-evaluation maintenance adalah model yang dikenalkan oleh Abraham Tesser saat melakukan penelitian tentang dinamika evaluasi diri yang telah mengambil beberapa bentuk pada tahun 1988 yang membangun teori perbandingan sosial. Model ini menggambarkan bahwa kita membuat perbandingan untuk mempertahankan atau meningkatkan evaluasi diri kita dengan fokus pada proses perbandingan dan refleksi antagonis.
Model self-evaluation maintenance perilaku sosial berfokus pada konsekuensi kinerja orang lain yang luar biasa terhadap evaluasi diri seseorang. Ini membuat sketsa beberapa kondisi dimana kinerja terbaik lainnya memperkuat evaluasi diri dan kondisi dimana ia mengancam evaluasi diri melalui proses perbandingan.
Baca juga :
Kritik terhadap Teori
Tidak sedikit ahli yang memberikan kritik terhadap teori perbandingan sosial yang digagas oleh Leon Festinger. Berikut adalah beberapa diantaranya :
Baca :
Perbandingan sosial merupakan bagian yang tak terpisahkan dari fungsi psikologis yang kita miliki dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka tidaklah mengherankan jika para peneliti menggunakan teori perbandingan sosial untuk menjelaskan suatu fenomena atau peristiwa dalam konteks penerapan teori.
Baca juga :
Menurut Corcoran dkk (2011), teori perbandingan sosial telah banyak diterapkan untuk meneliti berbagai tema penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut :
Mempelajari teori perbandingan sosial dapat memberikan berbagai manfaat diantaranya adalah sebagai berikut :
Demikianlah ulasan singkat tentang teori perbandingan sosial. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori perbandingan sosial dan penerapannya dalam berbagai penelitian dalam berbagai bidang dan konteks komunikasi.
Perdebatan maupun pertengkaran dalam sebuah hubungan memang menjadi sebuah hal yang wajar terjadi, namun yang…
Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh diabaikan begitu…
Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia, banyak aktifitas…
Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk digunakan…
Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka pelaku…
Komunikasi Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan terapi untuk membina hubungan…