Dalam konteks komunikasi interpersonal, ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, maka kita akan memiliki persepsi tentang orang itu dari pengamatan yang kita lakukan. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Tentu kita sering memberikan persepsi tertentu terhadap lawan bicara kita yang sejatinya belum tentu sesuai dengan kepribadian yang dimiliki oleh orang itu. Persepsi yang kita berikan tentang orang lain dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor situasional. Selain itu, cara pandang kita tentang orang lain atau sebaliknya juga dipengaruhi oleh konsep diri sehingga akan berpengaruh juga terhadap pola interaksi yang kita lakukan serta proses hubungan interpersonal yang berperan penting dalam pengembangan kepribadian.

Baca juga :

Persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, serta hubungan interpersonal merupakan hal-hal penting yang harus kita pahami dalam sistem komunikasi interpersonal berdasarkan sudut pandang psikologi komunikasi. Selain itu, agar proses komunikasi interpersonal dapat berlangsung dengan lancar maka kita perlu memahami komponen-komponen komunikasi, tahap-tahap komunikasi, hambatan-hambatan komunikasi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi agar komunikasi yang efektif dapat tercapai (Baca juga : Etika Komunikasi Antar Pribadi – Proses Komunikasi Efektif).

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi merupakan salah satu konteks komunikasi yang menjadi mata kuliah terpopuler serta ranah penelitian dalam studi komunikasi.  Intinya komunikasi interpersonal mengkaji bagaimana individu berbicara dengan individu lainnya dalam suatu hubungan, mengapa mereka memilih pesan-pesan yang mereka pilih, serta efek pesan terhadap hubungan dan masing-masing individu. Dari  kajian itulah, berbagai teori-teori komunikasi antar pribadi atau teori komunikasi interpersonal berhasil dirumuskan dan dikenalkan kepada publik oleh para peneliti.

Pengertian

Para peneliti atau ahli telah menelurkan beberapa pengertian komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi. Secara umum, yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang mempelajari berbagai aspek yang terkait dengan penciptaan makna yang terjadi antara dua orang serta bagaimana makna itu memiliki pengaruh terhadap orang lain agar dapat mengubah pengetahuan, sikap, dan perilakunya.

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah sebuah proses interaksi antara dua orang yang dilakukan secara tatap muka atau face to face atau melalui media. Karena itu, dengan kata lain, sebuah dialog atau percakapan yang terjadi antara dua orang bersifat personal, langsung, dan akrab. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi yang terjadi sebagian besar bergantung pada hubungan antara dua individu, kesetaraan status, lingkungan sosial budaya dimana komunikasi terjadi, dan lain sebagainya. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi yang  menggunakan media dalam proses pertukaran pesan biasanya disebut dengan komunikasi interpersonal bermedia. (Baca juga : Proses Interaksi Sosial – Jenis-jenis Interaksi Sosial – Teori New Media)

Baca juga : Teori Komunikasi Menurut Para Ahli

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa kajian komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi telah melahirkan berbagai teori komunikasi interpersonal yang telah kita kenal hingga kini. Teori-teori komunikasi interpersonal yang dikembangkan oleh para ahli dimaksudkan  untuk menjelaskan bagaimana orang menyertakan pemaknaan terhadap berbagai kejadian atau peristiwa, alasan-alasan orang melakukan atau bertindak sesuatu, proses pengambilan keputusan terhadap pesan yang diterima, serta berbagai efek komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi terhadap hubungan. Teori-teori komunikasi interpersonal yang dirumuskan oleh para ahli dapat digunakan untuk memahami proses komunikasi dalam berbagai kategori lainnya.

Berikut adalah beberapa teori komunikasi interpersonal yang diungkapkan oleh para ahli :

1. Symbolic Interactionism (Teori Interaksi Simbolik)

Digagas oleh George Herbert Mead pada tahun 1934 melalui bukunya yang berjudul Mind, Self, and Society. Teori interaksi simbolik berusaha untuk menggambarkan bagaimana manusia menggunakan bahasa untuk membentuk makna, bagaimana manusia menciptakan serta menampilkan dirinya sendiri, dan bagaimana manusia menggunakan simbol-simbol untuk mencipatakan masyarakat dengan cara  bekerja sama dengan orang lain. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Herbert Blumer dengan merumuskan 3 (tiga) buah premis yaitu :

  • Perilaku manusia dipengaruhi oleh makna yang mereka miliki tentang orang lain dan berbagai kejadian;
  • Interaksi sangat penting bagi pengembangan dan penyampaian pesan;
  • Makna yang dimiliki seseorang tentang berbagai kejadian atau yang lainnya dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu

Baca juga : Komunikasi Sosial Menurut Para Ahli

2. Fundamental Interpersonal Relationship Orientation atau FIRO

Teori Fundamental Interpersonal Relationship Orientation atau FIRO merupakan sebuah teori yang dikenalkan oleh William Schutz pada tahun 1958. Teori ini menekankan pada 3 (tiga) macam kebutuhan manusia yaitu kebutuhan inklusi, kebutuhan untuk memegang kontrol, dan kebutuhan afeksi.

  • Inklusi merujuk pada kebutuhan manusia untuk diketahui serta dikenal dalam sebuah interaksi antar manusia sebagai partisipan.
  • Kontrol merujuk pada keinginan manusia untuk membuat sebuah perbedaan dalam lingkungan sosialnya.
  • Afeksi merujuk pada kebutuhan dasar manusia yaitu merasakan kehangatan hubungan interpersonal atau perasaan ingin dicintai.

Menurut Schutz, teori  Fundamental Interpersonal Relationship Orientation atau FIRO merupakan teori yang humanis karena teori ini memiliki kredibilitas intitusi, masuk akal, dan merupakan komunikasi praktis yang kita sering alami sehari-hari.

3. Action Assembly Theory (Teori Produksi Pesan)

Teori action assembly digagas oleh John Green pada tahun 1984. Teori action assembly berusaha untuk menjelaskan asal muasal pemikiran yang dimiliki oleh manusia dan proses atau cara manusia mengartikan pemikiran-pemikiran itu ke dalam bentuk komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal (Baca juga : Komunikasi Lisan)

4. Attribution Theory (Teori Atribusi)

Fritz Haider adalah seorang ahli yang mempublikasikan attribution theory. Teori atribusi menyajikan sebuah kerangka kerja untuk memahami bagaimana individu menafsirkan perilaku dirinya sendiri dan perilaku orang lain. Setiap orang termotivasi untuk memahami perilaku dan menjelaskan pola perilaku. Orang mengembangkan penjelasan personal tentang motif-motif orang lain beserta maknanya yang pada gilirannya mempengaruhi tindakan orang terhadap orang lain.

5. Constructivism Theory (Teori Konstruktivisme)

Constructivism yang digagas oleh Jesse Delia dkk pada tahun 1980 adalah sebuah teori ilmiah yang berupaya untuk menjelaskan mengapa beberapa orang lebih sukses dalam mencapai tujuan komunikasi interpersonal dibandingkan dengan orang lain. Teori ini juga memprediksi orang yang lebih kompleks secara kognitif akan lebih sukses karena kemampuannya dalam menggunakan logika rancangan retoris dalam menyampaikan pesannya.

6. Expectancy Violation Theory (Teori Pelanggaran Harapan)

Expectancy violation theory adalah teori yang dikenalkan oleh Judee Burgoon dkk pada tahun 1970an. Teori ini berpendapat bahwa penafsiran sebuah pesan tidaklah sesederhana seperti apa yang dikatakan atau bagaimana hal itu dikatakan. Ketika apa yang kita harapkan tidak terjadi dalam sebuah interaksi maka kita akan memberikan perhatian lebih terhadap berbagai kejadian atau peristiwa. Hal buruk terjadi manakala seseorang melakukan pelanggaran terhadap aturan verbal dan nonverbal (Baca juga : Teori Negosiasi).

7. Social Exchange Theory (Teori Pertukaran Sosial)

Social exchange theory adalah teori yang digagas oleh John Thibaut dan Harold Kelley.  Teori ini didasarkan pada pertukaran rewards dan cost untuk menghitung nilai-nilai keluaran yang berasar dari berbagai situasi yang berbeda bagi individu. Orang akan berupaya untuk mengurangi akibat yang harus dibayar serta memaksimalkan rewards dan kemudian menjadikannya dasar dalam membangun sebuah hubungan dengan orang lain.

8. Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial)

Social penetration theory atau teori penetrasi sosial adalah sebuah teori yang digagas oleh Irving Alman dan Dalmas Taylor. Teori ini membuat prediksi tentang pengembangan hubungan yang didasari pada berbagai tingkatan pengungkapan atau penyingkapan diri (self-disclosure). Teori penetrasi sosial menyatakan bahwa dalam sebuah hubungan yang dibangun, komunikasi bergerak dari tingkatan hubungan yang tidak memiliki kedekatan ke tingkatan hubungan yang memiliki kedekatan yang lebih dalam dan lebih pribadi. Semakin banyak waktu yang kita habiskan dengan orang lain, maka kita akan semakin terbuka kepada orang lain.

9. Coordinated Management of Meaning (Teori Manajemen Koordinasi Makna)

Coordinated management of meaning dikenalkan pertama kali oleh Barnett Pearce dan Vernon Cronen di akhir tahun 1970an. Mereka berpendapat bahwa komunikasi merupakan pusat untuk menjadi manusia dan karenanya manusia menciptakan realitas percakapannya sendiri. Menciptakan makna dalam interaksi dicapai dengan menerapkan beberapa aturan berdasarkan isi komunikasi, tindakan yang dilakukan, situasi, hubungan antar komunikator, latar belakang masing-masing individu dan pola-pola budaya. Tujuan komunikasi tidak semata-mata untuk mencapai kesepakatan melainkan mencapai tingkatan koordinasi yang dapat dilakukan oleh komunikator (Baca juga : Komunikasi Kepemimpinan).

10. Communication Accomodation Theory (Teori Akomodasi Komunikasi)

Communication accomodation theory dikembangkan oleh Howard Giles dkk pada kisaran tahun 1960an hingga 1970an. Teori ini menjelaskan ketika berkomunikasi, orang  mencari hal-hal untuk mengurangi atau menambah perbedaan antara dirinya dan orang lain. Mereka melakukannya dengan cara berkomunikasi seperti orang lain atau membuat komunikasinya lebih memiliki perbedaan  dibandingkan dengan yang lain.

11. The Relationship Development Models  (Teori Hubungan Pengembangan)

The relationship development models disajikan oleh Mark Knapp pada tahun 1980an. Model ini menjelaskan tahapan yang mengidentifikasi dan mengembangkan pemahaman tentang pengalaman komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi dalam kerangka perubahan dalam tingkatan kedekatan. Model ini berguna untuk diterapkan dalam semua situasi dimana komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi terjadi. Model ini juga relevan bagi hubungan romatis seperti hubungan platonik atau hubungan gender yang sama (Baca juga : Komunikasi Gender).

12. Speech Act Theory (Teori Tindakan)

Speech act theory dikenalkan pertama kali oleh John Austin pada tahun 1960an dan kemudian dikembangkan oleh John Searle pada tahun 1970an. Teori ini mengupas bagaimana orang mencapai segala sesuatunya dengan menggunakan kata-kata dan menjelaskan bagaimana orang menggunakan bahasa sebagai tindakan (Baca juga : Bahasa sebagai Alat Komunikasi).

13. Uncertainty Reduction Theory (Teori Reduksi Ketidakpastian)

Uncertainty reduction theory dirumuskan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese. Teori ini mengasumsikan bahwa orang ingin interaksi yang stabil dan dapat diprediksi yang dapat membantunya mengurangi ketidakpastian tentang orang lain dan berbagai kejadian atau peristiwa lainnya. Teori ini memberikan pendangan bagaimana ketidakpastian dapat memberikan motivasi perilaku komunikasi khususnya pencarian jenis-jenis informasi, timbal balik, kedekatan verbal, dan lain-lain.

14. Politeness Theory (Teori Etika)

Politeness theory dikenalkan kepada publik oleh Penelope Brown dan Stephen Levinson pada tahun 1980. Teori ini berpendapat bahwa orang akan menggunakan pesan-pesan yang berbeda tergantung pada persepsinya terhadap situasi dan pendengar. Teori ini menitikberatkan pada bagaimana orang membentuk pesan-pesan yang ditujukan pada satu atau dua aspek wajah serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi produksi pesan.

15. Relational Dialectics Theory (Teori penghubung Dialek)

Relational dialectics theory disajikan oleh Leslie Baxter dkk. Teori ini menyajikan perubahan hubungan sebagai hasil navigasi individu dan negosiasi secara internal. Teori relational dialectics berpendapat bahwa dalam suatu hubungan terdapat 3 (tiga) dialektik atau rangsangan keinginan yaitu integration-separation, stability-change, dan expression-privacy.

16. Social Cognitive Theory (Teori Sosial Kognitif)

Teori kognitif sosial berakar dari teori belajar sosial yang dikenalkan pertama kali oleh N.E Miller dan J. Dollard pada 1941. Teori belajar sosial kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh A. Bandura dan R.H Walters dengan menambah prinsip-prinsip pengamatan pembelajaran dan penguatan. Bandura kemudian menyuguhkan sebuah konsep self-efficacy pada tahun 1977. Teori kognisi sosial juga relevan dengan komunikasi kesehatan. Karena teori kognisi sosial menekankan pada aspek kognitif, emosi, serta perilaku untuk memahami perubahan perilaku. Selain itu, berbagai konsep dalam  teori kognisi sosial menyuguhkan penelitian perilaku yang baru dalam pendidikan kesehatan (Baca juga : Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan).

17. Theory of Planned Behavior/Reasoned Action (Teori Ketentuan Sikap)

Theory of planned behavior/reasoned action yang digagas oleh I. Ajzen dan M. Fishbein menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh perhatiannya terhadap penampilan perilaku yang pada gilirannya fungsi sikap yang dimilikinya berdampak pada perilaku serta kaidah subyektivitas yang dimiliki. Teori ini merupakan pengembangan dari teori reasoned action dan merupakan teori yang memprediksi perilaku terbatas karena perilaku dapat dibatasi dan direncanakan. Selain digunakan dalam penelitian komunikasi interpersonal, teori ini juga termasuk dalam teori komunikasi pemasaran serta teori komunikasi persuasif.

18. ACT Theory

ACT theory adalah sebuah teori umum kognisi yang dikembangkan oleh John Anderson yang menekankan pada proses memori. Teori ini berpendapat bahwa semua pengetahuan diawali dengan informasi yang dinyatakan. Pengetahuan procedural dipelajari dengan membuat inferensi dari berbagai pengetahuan faktual yang telah ada sebelumnya. Teori ACT didukung oleh 3 (tiga) jenis pembelajaran yang mendasar yaitu generalisasi, diskriminasi, serta penguatan (Baca juga : Komunikasi PembelajaranTeori Belajar Sibernetik)

19. Cognitive Dissonance Theory (Teori Disonansi Kognitif)

Cognitive dissonance theory digagas oleh Leon Festinger. Teori yang diadaptasi dari psikologi sosial ini memiliki dua konsep utama yaitu kognitif (pikiran) dan disonansi (konflik). Yang dimaksud dengan disonansi kognitif adalah konflik psikologis yang terjadi ketika individu berhadapan dengan dua kepercayaan atau lebih yang tidak sesuai secara bersamaan. Untuk mengatasinya,  ia menerapkan strategi mengurangi disonansi hingga tercapai keseimbangan. Teori ini juga digunakan dalam konteks komunikasi massa dan termasuk dalam teori efek media massa.

20. Elaboration Likelihood Model (Teori Elaborasi)

Elaboration likelihood model dikenalkan oleh Richard E. Petty dan J. Cacioppo yang didasarkan pada sebuah gagasan bahwa sikap sangat penting karena sikap membimbing berbagai keputusan dan perilaku lainnya. Sikap dapat dihasilkan dari sejumlah hal dan persuasi adalah sumber utamanya. Dalam model ini terdapat dua rute pengaruh persuasif, yaitu sentral dan peripheral. Selain digunakan dalam komunikasi interpersonal, model ini juga digunakan dalam bidang public relations, serta komunikasi pemasaran (Baca juga : Manajemen public relations).

Aspek Penting dalam Komunikasi Interpersonal

Dalam komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, terdapat beberapa aspek yang menjadi inti atau penekanan komunikasi interpersonal yaitu :

  • Hubungan (Relational) – komunikasi adalah dimana pengirim pesan atau penerima pesan memiliki peran yang sama dalam menyampaikan dan menerima pesan secara simultan dalam rangka untuk menciptakan makna yang sama.
  • Situasi (Situational) – komunikasi yang terjadi antara dua orang dalam konteks tertentu.
  • Kuantitatif (Quantitative) – interaksi diadik termasuk didalamnya komunikasi impersonal.
  • Fungsional (Functional) – komunikasi bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan interpersonal yang dirancang dengan suatu strategi dan taktik tertentu sebagaimana dinyatakan dalam teori strategi komunikasi.

Manfaat Mempelajari Teori Komunikasi Interpersonal

Mempelajari teori komunikasi interpersonal dapat memberika manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Kita memahami pengertian komunikai interpersonal.
  • Kita memhamai aspek penting dalam komunikasi interpersonal.
  • Kita memahami berbagai teori komunikasi interpersonal menurut para ahli.

Demikianlah ulasan singkat tentang teori komunikasi interpersonal. Semoga dapa memberikan tambahan wawasan serta pengetahuan tentang teori komunikasi interpersonal  khususnya dan teori komunikasi pada umumnya.

Recent Posts

Stonewalling: Pengertian dan Dampaknya

Perdebatan maupun pertengkaran dalam sebuah hubungan memang menjadi sebuah hal yang wajar terjadi, namun yang…

3 years ago

Komunikasi Pemasaran Terpadu – Pengertian, Tujuan, Strategi, Proses

Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh diabaikan begitu…

4 years ago

6 Strategi Komunikasi Efektif Saat Pandemi

Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia, banyak aktifitas…

4 years ago

8 Tips Komunikasi Efektif Di Media Sosial

Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk digunakan…

4 years ago

9 Teknik Digital Marketing Paling Efektif

Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka pelaku…

4 years ago

5 Contoh Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

Komunikasi  Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan terapi untuk membina hubungan…

4 years ago