Ilmu komunikasi berhubungan dekat dengan filsafat. Filsafat merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang luas cakupannya. Ia berusaha untuk memahami sesuatu atau understanding dan memiliki kebijaksanaan atau wisdom.
Ada tiga macam landasan ilmu komunikasi dalam filsafat. Yaitu :
Selain ketiga di atas, komponen yang lain adalah komponen pikir, yang terdiri dari tiga hal, yaitu etika, logika, dan estetika. Semua komponen ini saling bersinergi dengan aspek kajian ontologi atau keapaan, epistemologi atau kebagaimanaan, dan aksiologi yang bermakna kegunaan.
Baca juga:
Berikut penjelasan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi sebagai bagian dari filsafat ilmu komunikasi.
Kata ontologi sendiri berakar dari bahasa Yunani. Onto berarti ada dan logos berarti ilmu. Dengan demikian, ontologi dimaknai sebagai ilmu yang membahas tentang keberadaan. Atau dengan kata lain, ontologi berarti cara untuk memahami hakikat dari jenis ilmu komunikasi. (baca: Teori komunikasi Massa)
Ontologi sendiri merupakan cabang ilmu filsafat mengenai sifat (wujud) atau fenomena yang ingin diketahui manusia. Dalam ilmu sosial ontologi berkaitan dengan sifat pada interaksi sosial atau komunikasi sosial. Ontology merupakan mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan (Stephen Litle John).
Membahas ilmu ini tentunya tak lepas dari pertanyaan tentang apa sebenarnya ilmu komunikasi itu, apa yang di bahas di dalamnya, objek apa yang masuk kajiannya dan lain sebagainya. Jawaban-jawaban tersebut akan membantu kita untuk memahami apa sebenarnya objek kajian dalam hakikat komunikasi. (Baca juga: Sejarah Televisi Indonesia)
Dalam aspek ontologi, ilmu komunikasi khususnya pada komunikasi massa seperti berita, berfokus pada keberadaan berita yang mempengaruhi keingintahuan masyarakat. Pada abad 19, pernah terjadi fenomena berita yang ingin mendapatkan audiens, para redaksi menitikberatkan pada berita kriminalitas, seks, menegangkan yang mengundang sensasi. Sehingga telah munculnya istilah ‘Jurnalisme Kuning’ pada masa itu.
Dalam aspek ontologi, bahwa Ilmu komunikasi dapat dipelajari dengan mengkaji 2 obyek, yaitu objek materi dan objek formal. Ilmu komunikasi sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling abstrak dan paling tinggi dalam kesatuan dan kesamaannya sebagai makluk hidup atau benda. Hakikat inilah yang dipandang sebagai obyek materi. Sementara jika dilihat dari objek formal maka ini adalah salah satu sudut pandang yang mampu menentukan cakupan studi di dalamnya. Sejarah ilmu komunikasi, teori komunikasi, tradisi ilmu komunikasi, dan komunikasi manusia adalah contoh-contoh dari aspek ontologis tersebut. (Baca juga: Pengertian Media Menurut Para Ahli)
Seiring berkembangnya jaman dan teknologi, fenomena jurnalisme yang dulu hanya bisa didapatkan melalui televise dan radio, kini bisa didapatkan melalui online seperti youtube yang bisa diputar berulang kali. Dan kelemahan televise pun telah dimanfaatkan oleh pihak redaksi online. Karena di televisi telah membatasi berita yang terekspos seperti membatasi kata, gambar, dan sebagainya. sedangkan di online, masyarakat bisa bebas mendapatkan berita yang akurat. (baca: Teori Public Relations)
Seperti pada zaman orde baru, Harmoko yang merupakan Menteri Penerangan pada masa itu, terdapat banyak surat kabar kuning muncul yang diwarnai dengan antuias publik. Bahkan Arswendo Atmowiloto pun telah menerbitkan Monitor “Jurnalisme Kuning di Indonesia.”
Baca juga:
Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia. Epistemologi sendiri dinamakan sebagai teori pengetahuan. Kata epistemologi berakar dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari dua gabungan kata yaitu episteme yang artinya cara dan logos yang artinya ilmu. Jika diartikan secara keseluruhan, epistemologi adalah ilmu tentang bagaimana seorang ilmuwan membangun ilmunya. (baca: Teori Komunikasi Kelompok)
Di dalam kajian epistemologi, ilmu komunikasi dititikberatkan pada berita yang sesuai dengan bukti dan fakta untuk menjadi berita yang bernilai tinggi. Sehingga pesan yang disampaikan cenderung bersifat netral tanpa memihak siapapun dengan sifat yang obyektif. Kunci standar penulisan yang menggunakan pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian (Charnley, 1965: 22;30). (Baca juga: Etnografi Komunikasi)
Dengan adanya aspek epistemologi, maka dapat membuat para wartawan lebih mendekati kejadian yang akurat. Cara memperoleh faktanya pun menjadi landasan filosofis dalam sebuah berita yang disampaikan yang disusun sesuai rencana yang matang, mapan, sistematis, dan logika. (baca: Teori Fenomenologi)
Persoalan-persoalan yang dibahas dalam epistemologi antara lain tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan pengetahuan, bagaimana cara manusia mengetahui sesuatu, darimana pengetahuan dapat diperoleh, bagaimanakah cara menilai validitas, apa perbedaan antara pengetahuan apriori dengan pengetahuan aposteriori. Selain itu dibahas juga apa perbedaan antara kepercayaan, pengetahuan, pendapat, fakta, kenyataan, kesalahan, bayangan, gagasan, kebenaran, kebolehjadian dan kepastian. Proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu beserta prosedurnya juga menjadi pembicaraan penting yang akan mengarahkan kita ke cabang fisafat metodologi. (Baca juga: Strategi Komunikasi Pemasaran)
Dengan adanya perkembangan komunikasi sesuai era teknologi, iklan di televise pun mulai turun peminatnya, setelah terjadinya kebebasan pers. Walaupun kebebasan pers tersebut masih ada yang masih mengabaikan kualitas berita. Semua berita yang tersebar dapat didapatkan di mana saja seperti komputer bahkan telepon genggam. Fenomena berita online ini mulai tidak terhindarkan lagi di dunia jurnalisme. Bahkan masyarakat pun mulai menilai berita dari rating suatu berita.
Ilmu epistemologi mencakup tentang kemampuan untuk berpikir deduktif dan induktif. Berpikir deduktif artinya mampu bersikap rasional kepada pengetahuan ilmiah dan konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpulkan sebelumnya. Ranah ini menuntut kita untuk berpikir secara sistematik dan kumulatif. Pengetahuan ilmiah disusun setahap demi setahap dengan menyertakan argumen-argumen yang logis. Ilmu ini berusaha menjelaskan objek yang berada dalam fokus penelaahan secara konsisten dan koheren dan rasional. (Baca juga: Prospek Kerja Ilmu Komunikasi)
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani. Istilah ini terdiri dari dua gabungan kata yaitu axios dan logos. Axios berarti nilai, sedangkan logos bermakna ilmu atau teori. Jika diartikan keseluruhan maka artinya adalah “teori tentang nilai”. Aksiologi adalah teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari pengetahuan yang didapatkan. Ilmu ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu: pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika. Kedua, esthetic expression, atau ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political life, atau kehidupan sosial politik. Dari bahasan ketiga inilah lahir filsafat sosio-politik. Aksiologi merubakan cabang filsafat yang berkaitan dengan etika, estetika, dan agama. Aksiologis merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (Litle John).
Ilmu komunikasi khususnya berita, dalam kajian aksiologis bahwa fungsi berita dilihat dan dititikberatkan pada suatu hiburan masyarakat. Sehingga para redaksi berita harus mampu menarik audiens dengan menampilkan sesuatu yang ringan seperti halnya artike feature.
Baca juga:
Sehingga, para redaksi media pun mulai menargetkan untuk menaikan rating beritanya agar semakin banyak peluang mendapatkan iklan. Dengan kata lain, berita akan bersifat ringan tanpa mengutamakan kepentingan masyarakat karena iklan merupakan sumber utama pada suatu berita. Sehingga berita ringan dan hoax pun tetap tersebar demi menaikan rating dan menghasilkan iklan sebanyak-banyaknya. (baca: Teori Difusi Inovasi)
Semua bahasan di atas merupakan cabang ilmu yang dipelajari dalam ilmu komunikasi. Ilmu ini sangat penting untuk dikuasai karena berkaitan dengan bagaimana cara menggunakan ilmu pengetahuan tersebut yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah moral di masyarakat. Ilmu ini juga berkaitan erat dengan operasionalisasi metode ilmiah dalam menciptakan teori dan aplikasi ilmu komunikasi. Tentu dengan mempertimbangkan norma moral dan profesional yang berlaku di masyarakat. (Baca juga: Macam-Macam Komposisi Fotografi)
Jika disimpulkan bahwa epistemologis adalah perkembangan, ontologi adalah eksistensinya, dan aksiologi adalah nilainya pada suatu berita. Dalam hal ini, kebutuhan untuk mempengaruhi, kemampuan berbicara di ranah publik, penyebaran informasi, propaganda, adalah merupakan beberapa manfaat yang didapatkan dari pengaplikasian Ilmu Komunikasi. Secara pragmatis, aspek aksiologisnya mampu menjawab kebutuhan manusia.
Dari bahasan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai etika yang harus dimiliki seorang ilmuwan. Mempelajari bidang ilmu ini akan menjawab pertanyaan apa sebenarnya manfaat dari ilmu pengetahuan. Selain itu apa hubungan ilmu pengetahuan dengan kaidah-kaidah moral dan profesional jika dihubungkan dengan metode ilmiah. Semua jawaban ini akan mengarahkan kita pada cabang ilmu filsafat yang sedang berkembang. (Baca juga: Teori Semiotika Charles Sander Peirce)
Di dalam buku Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi adalah nama lain dari value dan valuation. Terdapat tiga macam value dan valuation. Yaitu yang pertama, nilai digunakan untuk menunjukkan suatu kata benda abstrak. Kedua, nilai dilambangkan sebagai kata benda konkret. Sementara yang ketiga adalah kemampuan nilai untuk digunakan sebagai kata kerja dalam menunjukkan ekspresi menilai. (baca: Teori Uses and Gratifications)
Pada akhirnya aksiologi dianggap sebagai teori nilai. Dan dalam perkembangannya mampu melahirkan sebuah masalah yang berkaitan dengan kebebasan pengetahuan pada nilai. Inilah yang disebut sebagai netralitas pengetahuan atau value free. Sementara itu ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau disebut value bound. Dengan begitu kita dapat memilih mana yang lebih baik antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang berkaitan dengan nilai. Demikian pembahasan ini membuat kita sadar betapa pentingnya ilmu komunikasi dalam menunjang kehidupan manusia.(baca: Teori Interaksi Simbolik)
Demikian penjelasan terkait apa itu arti dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi sebagai bagian dari dalam Filsafat Ilmu Komunikasi. semoga penjelasan ini memberikan pemahaman lebih terkait kajian yang ada di dalam ilmu komunikasi.
Artikel Komunikasi Lainnya
Perdebatan maupun pertengkaran dalam sebuah hubungan memang menjadi sebuah hal yang wajar terjadi, namun yang…
Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh diabaikan begitu…
Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia, banyak aktifitas…
Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk digunakan…
Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka pelaku…
Komunikasi Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan terapi untuk membina hubungan…