Teori disonansi kognitif adalah teori yang menjelaskan bagaimana manusia secara konsisten mencari dan berupaya untuk mengurangi disonansi atau ketidaknyaman dalam berbagai situasi yang baru. Teori ini secara revolusional memikirkan tentang proses-proses psikologi sosial khususnya yang terkait dengan bagaimana suatu penghargaan berdampak pada sikap dan perilaku. Selain itu, teori ini juga menekankan pada bagaimana perilaku dan motivasi berdampak pada persepsi dan kognisi.
Baca juga : Pengantar Ilmu Komunikasi – Psikologi Komunikasi
Teori yang dicetuskan pertama kali oleh Leon Festinger (1951) ini mengalami popularitasnya di akhir tahun 1950an hingga pertengahan tahun 1970an. Teori disonansi kognitif oleh Stephen Littlejohn disebut juga sebagai salah satu teori yang paling penting dalam sejarah psikologi sosial karena ratusan penelitan telah dilakukan untuk menguji proses disonansi. Sebagian besar penelitian mengeksplorasi bagaimana pengalaman disonansi kognitif menyebabkan adanya perubahan sikap dan perilaku. Selama beberapa tahun terakhir, teori disonansi kognitif telah mengalami perkembangan. Dalam ilmu komunikasi, teori disonansi kognitif merupakan teori yang memayungi teori terpaan selektif komunikasi di akhir tahun 1980an.
Baca juga : Teori Komunikasi Menurut Para Ahli – Teori Feminisme Menurut Para Ahli
Teori disonansi kognitif adalah teori yang sangat berpengaruh dalam sejarah psikologi sosial. Teori ini merupakan teori yang hadir ketika teori penguatan atau reinforcement theory tengah mendominasi jagad penelitian psikologi sosial pada pertengahan tahun 1950an. Teori penguatan atau reinforcement theory adalah teori yang dirumuskan oleh para ahli psikologi yang menjelaskan fenomena psikologi sosial melalui pendekatan behaviorisme.
Baca juga :
Sebagai gambaran, para ahli teori penguatan atau reinforcement theory menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan konformitas adalah sebuah upaya diri untuk tidak merasa cemas ketika melawan sebuah kelompok mayoritas. Penghargaan yang didapat adalah rasa nyaman untuk sepakat dengan pihak lain. Kini, para ahli teori penguatan atau reinforcement theory menjelaskan bahwa sebuah sumber yang kredibel akan lebih persuasif karena sumber yang kredibel akan lebih menghargai pihak lain.
Baca juga :
Dengan berkembangnya teori disonansi kognitif yang dirumuskan oleh Leon Festinger dengan berbagai penelitiannya, maka era baru menjadi terbuka bagi para ahli psikologi sosial yang berorientasi pada sisi kognitif atau aliran kognitif. Beberapa peneliti kemudian dipisahkan dari penjelasan penghargaan-penguatan dan beralih ke penjelasan yang berorientasi pada kognitif akibat hadirnya teori disonansi koginitif. Teori ini telah menginspirasi para peneliti untuk menerapkan teori disonansi kognitif ke dalam berbagai tema seperti sikap terhadap merokok dan lain-lain.
Teori disonansi kognitif juga menginspirasi para peneliti dari berbagai disiplin ilmu salah satunya adalah ilmu komunikasi. Dampak teori disonansi kognitif berlanjut dari akhir tahun 1950an hingga pertengan tahun 1970an. Dengan semakin berkembangnya minat terhadap proses kognitif seperti proses informasi, popularitas teori disonansi kognitif menjadi menurun (Camgoz, 2011).
Baca juga :
Dasar Teori Disonansi Kognitif Festinger
Leon Festinger merumuskan pertama kali teori disonansi kognitf pada pertengahan tahun 1950an dan dipresentasikan secara formal dan lengkap pada tahun 1957. Menurut Festinger, ketika seorang individu memiliki dua atau lebih elemen pengetahuan yang relevan satu sama lain namun inkonsisten dengan yang lainnya maka terciptalah perasaan ketidaknyamanan. Festinger menyebutnya dengan disonansi.
Kemudian, Festinger menyatakan bahwa derajat disonansi dalam hubungannya dengan kognisi dapat dirumuskan sebagai berikut : Derajat disonansi = D/(D+C), dengan D adalah jumlah kognisi disonan dengan kognisi tertentu dan C adalah jumlah kognisi konsonan dengan kognisi tertentu yang sama, dengan mempertimbangkan kepentingan masing-masing kognisi.
Baca juga :
Lebih lanjut Festinger menyatakan bahwa orang-orang termotivasi dengan adanya pernyataan disonan yang tidak menyenangkan untuk terikat dalam cara kerja kognisi guna mengurangi inkonsistensi. Untuk mengurangi disonansi, setiap individu dapat menambahkan kognisi konsonan, mengurangi kognisi disonan, meningkatkan kepentingan kognisi disonan. Salah satu dari ketiga cara tersebut seringkali dapat merubah sikap.
Perubahan sikap diharapkan sebagai arah bagi kognisi yang resisten terhadap perubahan. Pengujian terhadap teori disonansi kognitif Festinger seringkali mengasumsikan bahwa pengetahuan tentang perilaku biasanya sangat sulit untuk berubah karena jika seseorang telah memiliki jalan yang tepat akan sulit untuk merubah perilaku. Karena itu, perubahan sikap akan konsisten dengan perilaku.
Baca juga :
Dari uraian singkat teori disonansi kognitif yang dirumuskan oleh Festinger, maka dapat dikatakan bahwa teori disonansi kognitif didasarkan atas 3 (tiga) asumsi dasar, yaitu :
Baca juga :
Teori disonansi kognitif semakin berkembang berdampak pada munculnya beragam konsep penting yang menyertainya. Disonansi kognitif adalah sebuah teori komunikasi yang diadopsi dari psikologi sosial. Teori disonansi kognitif memiliki beberapa konsep utama yaitu kognitif dan disonansi.
Mengacu pada dua konsep utama diatas, maka yang dimaksud dengan disonansi kognitif adalah sebuah konflik psikologis antara dua atau lebih kepercayaan yang tidak sesuai secara simultan. Teori disonansi kognitif dibangun berdasarkan gagasan bahwa setiap individu akan selalu berjuang untuk menuju pada konsistensi. Mereka akan mencoba untuk berpikir untuk mengurangi ketidaknyamanan psikologis.
Baca juga : Komunikasi Asertif
a. Besaran Disonansi
Besaran disonansi tergantung pada kepentingan atau nilai dari berbagai elemen seperti pengetahuan, kepercayaan, dan sikap yang disonan. Jika seseorang memberikan kepentingan kepada elemen-elemen tersebut, maka besaran hubungan disonan di antara berbagai elemen akan semakin besar. Pada dasarnya, besaran disonansi akan mempengaruhi tekanan untuk mengurangi atau mengeliminasi disonansi. Semakin meningkatnya besaran disonansi maka tekanan untuk mengurangi disonansi dan penghindaran dari berbagai situasi yang menghasilkan disonansi akan meningkat.
Baca juga : Komunikasi Dua Arah – Karakteristik Media Penyiaran
Besaran disonansi merujuk pada jumlah kuantitatif dari pengalaman disonan seseorang atau jumlah perasaan ketidaknyamanan seseorang yang dapat diukur. Besarnya disonansi dapat menentukan tindakan yang akan diambil oleh seorang individu dan kognisi yang mungkin ia dukung untuk mengurangi disonansi. Teori disonansi membedakan antara situasi-situasi yang menghasilkan disonansi lebih banyak dengan situasi-situasi yang menghasilkan disonansi lebih sedikit.
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi magnitude of dissonance, yaitu :
Baca juga : Cabang Ilmu Komunikasi – Komunikasi Pembangunan
b. Mengatasi Disonansi
Meskipun teori ini telah menjelaskan bahwa disonansi dapat dikurangi melalui perubahan perilaku dan perubahan sikap, namun beberapa penelitian lebih menekankan pada pengurangan disonansi yang dilakukan melalui perubahan sikap. Terdapat beberapa cara yang dapat dgunakan untuk mengurangi disonansi, yaitu :
Baca juga : Komunikasi Islam – Teori Efek Media Massa
c. Disonansi Kognitif dan Persepsi
Teori disonansi kognitif berkaitan dengan proses persepsi yang meliputi selective exposure, selective attention, selective interpretation, dan selective retention. Hal ini dikarenakan teori disonansi kognitif memprediksi bahwa orang akan menghindari informasi yang akan menambah disonansi. Proses persepsi ini merupakan dasar dari penghindaran.
Disonansi kognitif terjadi melalui beberapa proses persepsi, yaitu :
Baca juga : Pola Komunikasi Organisasi – Metode Penelitian Komunikasi
Teori disonansi kognitif memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, diantaranya adalah :
a. Kelebihan teori disonansi kognitif
b. Kekurangan teori disonansi kognitif
Sebelum teori disonansi kognitif mengalami perkembangan, para peneliti telah memberikan catatan khusus, beberapa diantaranya adalah :
Mempelajari teori disonansi kognitif dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :
Demikianlah uraian singkat mengenai teori disonansi kognitif yang dirumuskan oleh Leon Festinger. Semoga menambah wawasan kita mengenai salah satu teori komunikasi persuasif dan ilmu komunikasi secara umum.
Perdebatan maupun pertengkaran dalam sebuah hubungan memang menjadi sebuah hal yang wajar terjadi, namun yang…
Dalam menjalankan sebuah usaha, berkomunikasi menjadi hal yang perlu dilakukan dan tidak boleh diabaikan begitu…
Seperti yang diketahui, dengan maraknya pandemi Covid-19 yang menyerang hampir ke penjuru dunia, banyak aktifitas…
Sosial media menjadi sebuah lahan promosi yang cukup menguntungkan dan bisa dengan mudah untuk digunakan…
Saat ini digital marketing atau pemasaran digital menjadi senjata yang cukup ampuh bagi mereka pelaku…
Komunikasi Teraupetik adalah sejenis komunikasi yang dirancang dan direncanakan dengan tujuan terapi untuk membina hubungan…