14 Teori Komunikasi Dalam Budaya Organisasi

Budaya organisasi menurut Tracy dalam Littlejohn dan Fos (2009) dapat didefinisikan sebagai seperangkat asumsi, nilai, keyakinan, bahasa, simbol-simbol, dan sistem makna di dalam sebuah organisasi. Pendekatan ini memandang organisasi sebagai seperangkat simbol yang terstruktur, yang dipelihara dan diciptakan kembali oleh faktor-faktor psikologis individu dan faktor-faktor interaksional yang beragam, yang membentuk nilai-nilai, keyakinan, dan asumsi yang dibagi maupun yang tidak dibagi di dalam organisasi.

Sebagai sebuah pendekatan teoretis dalam komunikasi, budaya organisasi memusatkan perhatiannya pada model transmisi komunikasi untuk mengkaji bagaimana hubungan, budaya, dan organisasi dibentuk melalui komunikasi. Atas dasar inilah, komunikasi tidak hanya dipandang sebagai variabel lain dalam sebuah organisasi melainkan merupakan sebuah fenomena yang sangat penting yang terjadi di dalam organisasi. Dari sinilah, para peneliti kemudian mulai memandang bagaimana makna dibentuk melalui proses interaksi sosial dan kegiatan lainnya.

Di samping sebagai sebuah pendekatan teoretis dalam komunikasi, budaya organisasi juga merupakan salah satu kajian dalam komunikasi organisasi. Kajian ini melahirkan beberapa teori komunikasi organisasi yang dikelompokkan dalam teori budaya komunikasi organisasi. Hal ini tak lepas dari salah satu metafora yang kerap digunakan untuk menjelaskan organisasi yaitu organisasi sebagai budaya.

Teori budaya komunikasi organisasi memandang organisasi sebagai budaya yang unik dan memandang peneliti sebagai etnografer yang memiliki tujuan untuk menghasilkan deskripsi yang mendalam mengenai komunikasi organisasi. Pandangan organisasi sebagai budaya menimbulkan beberapa pertanyaan terkait dengan keanggotaan dan identifikasi. Pertanyaan ini kemudian dijelaskan oleh para ahli melalui teori komunikasi organisasi yang menitikberatkan pada masalah keanggotaan dan idetifikasi. Teori tersebut adalah teori sosialisasi organisasi dan teori asimilasi organisasi.

Kedua teori ini secara khusus menekankan pada berhasil tidaknya seorang individu menjadi anggota baru sebuah organisasi. Beberapa ahli mengulas hal ini secara retoris dan mendalami bagaimana individu mengidentifikasi dirinya dengan institusi. Beberapa ahli lainnya menggunakan pendekatan sebagai proses interpersonal yang bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian dan mengembangkan teori-teori mengenai bagaimana organisasi mensosialisasikan dirinya kepada individu dan bagaimana pendatang baru mencari informasi untuk mempelajari budaya organisasi.  

Ulasan di atas menunjukkan beberapa teori dalam teori budaya komunikasi organisasi yang dirumuskan para ahli untuk menjelaskan budaya organisasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan teori komunikasi dalam budaya organisasi adalah teori komunikasi yang menitikberatkan pada budaya organisasi.

Dengan demikian, teori komunikasi dalam budaya organisasi di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Teori Pengurangan Ketidakpastian

Teori pengurangan ketidakpastian digagas oleh Berger dan Calabrese (1975) dan dikembangkan kemudian oleh Lester (1987). Teori ini menitikberatkan pada proses sosialisasi anggota baru organisasi. Suminar dkk (tanpa tahun) menyatakan bahwa menurut teori pengurangan ketidakpastian, anggota baru organisasi mencoba untuk memrediksi akan seberapa sukses mereka dalam organisasi tersebut. Dalam rangka mencapai kesuksesan atau keberhasilan tersebut, anggota baru harus membuat pilihan yang akan disetujui supervisor mereka dalam rentang waktu perilaku yang tersedia. Lester percaya bahwa anggota baru akan bisa lebih percaya diri dalam memrediksi bagaimana mereka akan dievaluasi sebagaimana mereka lebih yakin akan perilaku yang dipandang efektif oleh organisasi.

2. Teori Sosialisasi Organisasi

Teori sosialisasi organisasi menekankan pada proses sosialisasi organisasi. Teori ini mengasumsikan bahwa anggota baru pertama kali masuk organisasi pada tingkat yang paling bawah dan perlahan akan naik posisinya berdasarkan hierarki setelah mereka berasimilasi.  Menurut John Van Maanen dan Edgar Schein (1979), terdapat tiga tahap dalam proses sosialisasi organisasi yaitu functional area, inclusionary, dan hierarchical.     

3. Teori Asimilasi Organisasi

Asimilasi organisasi adalah proses dimana anggota baru sebuah organisasi  terintegrasi ke dalam budaya organisasi. Konsep ini pertama kali dikenalkan oleh Frederic M. Jablin. Konsep ini terdiri dari dua proses yang dinamis yang melibatkan upaya organisasi untuk mensosialisasikan organisasi kepada anggota baru sebagaimana yang telah dilakukan kepada anggota organisasi sebelumnya. Menurut Frederick Jablin, ada tiga tahap dalam proses menjadi anggota organisasi, yaitu anticipatory socialization, organizational assimilation, exit from organization. Dalam perkembangannya,  Jablin dan Miller menyatakan terdapat empat proses menjadi anggota organisasi yaitu vocational socialization, anticipatory socialization, encounter, dan metamorphosis.

4. Teori Kebebasan Berpikir

Menurut Infante dan Gorden (1987) dalam Whaley dan Samter (2007), teori kebebasan berpikir tumbuh dan berkembang berdasarkan penelitian mengenai dampak komunikasi agresif dalam dunia kerja. Kebebasan berpikir adalah kecenderungan pekerja untuk memiliki pemikiran dan pendapat sendiri dibandingkan dengan secara pasif menerima pendapat dari penyelia mereka. Asumsi dasar dari teori kebebasan berpikir adalah bahwa pekerja ingin nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat dijadikan dan diterapkan dalam dunia kerja.

Karena itu, organisasi Amerika, menurut teori ini, seharusnya mendorong kebebasan berbicara dan mempromosikan individualism dan kebebasan berpikir. Teori ini juga menyarankan bahwa ketika penyelia mendorong kebebasan berbicara di antara para pekerja dan mempromosikan individualism dan kebebasan berpikir maka keluaran organisasi yang diinginkan seharusnya juga menghasilkan kuatnya komitmen terhadap organisasi.

5. Teori Pertukaran Sosial

Selain digunakan untuk memandu penelitian dalam konteks komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi, teori pertukaran sosial juga digunakan untuk memandu penelitian dalam konteks komunikasi organisasi. Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa jika seseorang diberi kesempatan untuk memilih di antara dua pilihan maka orang tersebut cenderung untuk memilih alternatif yang menguntungkan bagi dirinya. Teori ini menjelaskan bagaimana anggota yang berpotensi dipilih pertama kali untuk masuk sebagai anggota suatu organisasi, kemudian untuk sosial dan pekerjaan berdasakan hubungan, dan akhirnya promosi dan retensi, berdasarkan kemampuannya menerima untuk meneyediakan nilai lebih dibandingkan dengan kandidat lainnya.

6. Teori Identitas sosial

Teori identitas sosial secara khusus menitikberatkan pada identitas sosial seseorang adalah bagian dari organisasi tempat mereka berafiliasi. Karena itu, individu termotivasi untuk berafiliasi dan berasimiliasi ke dalam sebuah organisasi ketika mereka percaya bahwa asosiasi tersebut menguntungkan atau bermanfaat bagi proyeksi identitas personal mereka.

7. Teori Identitas Organisasi

Teori identitas organisasi adalah teori yang berusaha untuk menjelaskan bagaimana konsep diri pekerja terbentuk dan dibentuk oleh pencapaian yang mereka buat dalam dunia kerja. Berakar dari interaksionisme simbolik, teori ini menjelaskan bagaimana makna, bahasa, dan pikiran melekat dalam rasa memiliki atau sense of belonging dalam organisasi. Teori ini juga menjelaskan proses pembentukan identitas yang berlangsung secara terus menerus guna memfasilitasi pola kendali dalam organisasi.

8. Teori Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah setiap kegiatan simbolis untuk mengkomunikasikan pesan selain menggunakan kata-kata. Komunikasi nonverbal meliputi berbagai bahasa tubuh dalam komunikasi seperti ekspresi wajah, gerakan tangan, pakaian, perhiasan, daya tarik fisik, waktu, jarak, tekanan suara, gerakan atau kontak mata, posisi furnitur untuk menciptakan atmosfer tertentu, sentuhan, dan lain sebagainya. Komunikasi nonverbal termasuk salah satu hal yang dapat dianalisa sebagai upaya untuk mengkaji budaya organisasi karena dalam setiap budaya terkandung berbagai macam komunikasi nonverbal. Adapun beberapa variabel komunikasi nonverbal yang umumnya dikaji dalam budaya organisasi antara lain penggunaan waktu, pertemanan, jarak, kesepakatan, simbol-simbol seperti warna dan angka, kebendaan, dan etiket.      

9. Interaksionisme Simbolik

Interaksinosime simbolik atau teori interaksi simbolik adalah salah satu pendekatan teoretis yang banyak diadopsi oleh para peneliti untuk mengkaji budaya organisasi. Menurut Brown (1990), teori interaksi simbolik dalam budaya organisasi menitikberatkan pada digunakannya simbol-simbol budaya dalam organisasi seperti simbol verbal, simbol nonverbal, simbol fisik, dan simbol perilaku. Menurut Morgan, Frost, dan Pondy (1983) dalam Brown (1990) menyatakan bahwa simbol-simbol budaya ini dapat dikaji lebih mendalam dengan menggunakan empat pendekatan yaitu pendekatan fungsionalis, pendekatan interpretif, pendekatan humanis radikal, dan pendekatan strukturalis.

10. Teori Elemen Budaya Organisasi

Teori elemen budaya adalah salah satu teori integratif dalam komunikasi organisasi yang dikembangkan oleh Terrence Deal dan Allen Kennedy (1982). Menurut Deal dan Allen, terdapat lima elemen budaya organisasi yang paling mendasar yaitu lingkungan bisnis, nilai-nilai, kepahlawanan, ritual, dan jaringan budaya. Elemen budaya organisasi tersebut berkontribusi dalam mengatur perilaku dan membantu karyawan agar dapat mengerjakan tugasnya dengan lebih baik.

11. Etnometodologi

Menurut Berard dalam Littlejohn dan Foss (2009) etnometodologi adalah studi empiris tentang etno atau etnis dalam sosiologi yang pertama kali dikembangkan oleh Harold Garfinkel di tahun 1950an dan 1960an. Etnometodologi umumnya digunakan oleh para ahli atau peneliti untuk memahami budaya yang terbentuk melalui wacana verbal dan menekankan pada bagaimana realitas sosial diciptakan dan dipelihara melalui komunikasi verbal.    

12. Teori Z

Jika teori X dan Y dalam komunikasi organisasi menggambarkan karakteristik perilaku manusia, maka teori Z adalah teori komunikasi organisasi yang berkaitan erat dengan budaya organisasi. Teori yang dikemukakan oleh William Ouchi (1981) ini menyatakan bahwa organisasi harus beradaptasi dengan elemen-elemen budaya yang utama di mana organisasi itu berada. Teori ini mengasumsikan bahwa kesepakatan atau konsensus setiap individu akan mudah dicapai apabila perbedaan pendapat di antara mereka minim.

13. Teori Sense-making

Teori yang dikembangkan oleh Karl Weick (1970an) ini didasarkan atas penelitiannya tentang sense-making.  Menurut Weick, sense-making adalah sebuah proses dimana setiap individu dalam organisasi memahami, membentuk makna, mencari pola-pola, dan berinteraksi satu sama lain yang bertujuan untuk mencapai pemahaman bersama serta sebagai dasar bagi tindakan organisasi khususnya dalam menghadapi situasi yang kompleks dan penuh dengan resiko.

14. Teori Formasi Budaya Organisasi

Teori formasi budaya adalah salah satu teori integratif dalam komunikasi organisasi yang dikembangkan oleh Edgar Schein (1985b). Menurutnya, budaya organisasi adalah sebuah pola asumsi-asumsi dasar yang telah bekerja dengan cukup baik untuk dianggap valid dan kemudian diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, berpikir, merasa terkait dengan permasalahan adaptasi eksternal dan integrasi internal organisasi. Untuk mendukung definisi ini, Schein kemudian mengembangkan model budaya dan model dimulainya budaya organisasi.

Manfaat Mempelajari Teori Komunikasi dalam Budaya Organisasi

Mempelajari teori komunikasi dalam budaya organisasi dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian budaya organisasi.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami teori komunikasi dalam budaya organisasi.

Demikianlah ulasan singkat tentang teori komunikasi dalam budaya organisasi. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang budaya organisasi dan teori komunikasi dalam budaya organisasi.