9 Konsep Waktu dalam Komunikasi Lintas Budaya

Waktu adalah uang. Peribahasa ini sering disebut sebagai pernyataan yang memiliki makna bahwa waktu merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Waktu merupakan sebuah dimensi yang dapat mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik atau memburuk.

Waktu terkadang menjadi boomerang untuk diri sendiri apabila kita lalai dalam menggunakannya. Artinya manusia yang tidak dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya akan merugi dalam kehidupannya.

Para pakar komunikasi mengadakan sebuah penelitian antara waktu dan komunikasi yang menghasilkan bahwa waktu adalah elemen terpenting dalam komunikasi. Beberapa pakar komunikasi memasukan waktu sebagai bagian dari komunikasi. Komunikasi lintas budaya berkaitan dengan waktu.

Konsep waktu dalam komunikasi lintas budaya menjadi materi kali ini dalam pakarkomunikasi.com. (Baca juga: Komunikasi Lintas Budaya)

Menurut Edward T. Hall, konsep waktu dalam komunikasi lintas budaya terbagi menjadi 9 konsep waktu diantaranya sebagai berikut:

  1. Waktu fisik (physical time)

Waktu fisik merupakan waktu yang telah ditentukan secara mutlak yang digunakan untuk mengukur suatu peristiwa. Waktu fisik ini bersifat mutlak, tidak berubah, dan tetap. Waktu fisik merupakan ukuran waktu yang ditentukan secara alami yang artinya berhubungan dengan fenomena alam. Misalnya, terjadinya hujan sudah diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemudian diinformasikan kepada masyarakat agar dapat mempersiapkan diri ketika menghadapi musim hujan.

Fenomena gerhana bulan, gerhana matahari, serta penentuan bulan ramadhan. Waktu fisik ini tentu saja berhubungan dengan lintas budaya seperti kapan terjadinya bulan ramadhan dengan mengukur jarak dan posisi bulan, bintang, dan bumi. (Baca juga: Manajemen Komunikasi Lintas Budaya)

  1. Waktu biologis (biological time)

Waktu biologi merupakan waktu yang digunakan manusia di bumi. Waktu biologis ditandai dengan waktu 24 jam di bumi. Waktu biologis dibagi menjadi dua jika dilihat dari masanya, yaitu waktu biologis tradisional dan waktu biologis modern. Waktu biologis tradisional berhubungan dengan budaya yang ditentukan dari usia alam semesta seperti pagi ditandai dengan ayam yang berkokok, malam ditandai dengan langit yang gelap, dan sebagainya.

Sedangkan waktu biologis modern berhubungan dengan jam yang menunjukkan waktu secara terus-menerus. Selain itu, lapar, kenyang, mengantuk, sakit perut, kelelahan, dan sebagainya juga menunjukkan konsep waktu biologis. (Baca juga: Hambatan Komunikasi Lintas Budaya)

  1. Waktu metafisik (metaphysical time)

Waktu metafisik ini berbeda dengan konsep waktu lainnya. Konsep waktu metafisik tidak dapat diterima oleh akal karena terkadang berhubungan dengan hal-hal ghaib atau budaya ghaib. Misalnya, pengakuan seseorang pernah mengalami mati suri dan ia menceritakan bagaimana kehidupan di alam lain, pengakuan seseorang yang pernah melihat malaikat, pengakuan seseorang yang sering melihat makhluk ghaib lainnya. (Baca juga: Komunikasi Bisnis Lintas Budaya)

  1. Waktu meta (meta time)

Waktu meta berbeda dengan konsep waktu metafisik. Konsep waktu meta ini merupakan suatu ukuran waktu yang didefiniskan oleh para ilmuwan, para ahli agama, dan para pakar lainnya. Para ahli memiliki perspektif yang berbeda-beda sesuai dengan ilmu yang dipelajarinya dan apa yang dianutnya. Misalnya, ada para ilmuwan yang menganggap waktu bersifat mutlak, ada juga pakar yang berasumsi bahwa waktu bersifat absolute. (Baca juga: Tujuan Komunikasi Bisnis Lintas Budaya)

  1. Waktu pribadi (personal time)

Waktu pribadi dalam konsep waktu ini berhubungan dengan budaya pribadi yang berupa pengalaman pribadi seseorang terhadap waktu. Ada seseorang yang merasa waktu begitu cepat berlalu karena ia memiliki aktivitas yang padat. Ada juga orang yang beranggapan bahwa waktu begitu lambat karena ia tidak memiliki kegiatan apapun. (Baca juga: Konteks Komunikasi Lintas Budaya)

  1. Waktu mikro (micro time)

Waktu mikro merupakan waktu yang berkaitan dengan suatu budaya tetapi di luar kesadaran waktu mikro memiliki pola waktu yang berbeda dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu waktu monokronik dan waktu polikronik. Waktu monokronik adalah waktu yang berjalan beraturan mulai dari masa lalu ke masa depan.

Sedangkan waktu polikronik adalah putaran waktu yang berputar-putar saja dan cenderung memprioritaskan kegiatan daripada waktu itu sendiri. (Baca juga: Contoh Komunikasi Verbal dalam Komunikasi Lintas Budaya)

  1. Waktu profan (profane time)

Waktu profan merupakan waktu yang tidak dapat diubah-ubah karena sudah hakikatnya seperti itu. Waktu profan meliputi jam, menit, detik, hari, bulan, tahun, dan satuan masa lainnya. Waktu profan ini ada dalam kehidupan sehari-hari. (Baca juga: Empati dalam Komunikasi Budaya)

  1. Waktu sakral (sacred time)

Waktu sakral adalah waktu yang umum dirayakan oleh orang-orang. Waktu sakral berupa hari besar umat beragama. Waktu sakral tidak dapat diubah dan bersifat mutlak. Misalnya, hari jumat dianggap sebagai hari yang suci untuk umat muslim, sedangkan umat kristiani menganggap hari minggu sebagai hari suci. (Baca juga: Model Komunikasi Antar Budaya)

  1. Waktu sinkron (sync time)

Waktu sinkron adalah waktu yang disesuaikan melalui proses interaksi antar manusia dengan manusia maupun antar manusia dengan lingkungannya. Manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk menghasilkan harmonisasi. Orang yang tidak dapat menyinkronisasikan diri dianggap sebagai pengganggu dalam suatu kelompok. (Baca juga: Akulturasi Komunikasi Antar Budaya)

Demikian penjelasan tentang konsep waktu dalam komunikasi lintas budaya yang bisa menambah wawasan Anda. Terima kasih.