Model Komunikasi Antar Budaya

Setiap mahluk hidup, baik itu hewan, tumbuhan dan tentunya manusia perlu berkomunikasi dengan indvidu atau kelompok individu lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia perlu berkomunikasi dengan sesamanya, untuk menunjukkan eksistensi dirinya  dalam kehidupan bermasyarakat. Dilain pihak, kita juga mengetahui bahwa masyarakat merupakan kumpulan individu yang memiliki latar budaya yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, pada dasarnya komunikasi dan budaya tidak dapat dipisahkan.

Komunikasi antar budaya membicarakan metoda-metoda, variasi langkah dan cara yang digunakan manusia untuk berkomunikasi lintas sosial dengan sesamanya. Komunikasi antar budaya menyangkut komunikasi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan individu atau antar kelompok yang memiliki latar kebudayaan yang berbeda. Misalnya berbeda ras, suku, etnik, ataupun kelas sosial (baca juga: Komunikasi Lintas Budaya).

Kebudayaan yang berbeda menciptakan perbedaan pengalaman, nilai dan cara pandang seseorang terhadap dunia. Hal tersebut akan mempengaruhi prilaku komunikasi seseorang, menciptakan pola komunikasi yang berbeda antar suatu kelompok budaya yang satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu komunikasi antar budaya perlu dipelajari dengan tujuan agar dapat memahami perbedayaan budaya yang mempengaruhi komunikasi, mengindentifikasi kesulitan yang muncul, kemudian meningkatkan keterampilan verbal dan non verbal yang diperlukan agar komunikasi dapat berjalan secara efektif (baca juga: komunikasi non verbal).

Berikut ini akan Pakar Komunikasi paparkan beberapa model komunikasi antar budaya menurut para ahli sebagai referensi anda dalam mempelajari komunikasi antar budaya.

1. Model Komunikasi Antarbudaya Menurut Porter & Larry A. Samovar

Budaya mempengaruhi prilaku komunikasi individu, budaya yang berbeda akan menghasilkan pengaruh serta sifat komunikasi yang berbeda pula. Ketika seorang individu berkomunikasi dengan individu lain yang memiliki kebudayaan berbeda maka makna pesan yang disampaikan komunikator akan berubah mengikuti persepsi budaya komunikan.

Misalkan individu dengan budaya A menyampaikan pesan kepada individu dengan budaya B dan budaya C, dimana budaya A dengan budaya B memilki lebih banyak kemiripan sedangkan budaya C memiliki perbedaan yang cukup besar dibanding budaya A. Maka pesan yang diterima B hanya akan sedikit berubah, cukup mendekati pesan asli yang disampaikan oleh A, karena memiliki persepsi budaya yang mirip dengan A. Namun pesan yang diterima oleh C akan sangat berbeda, sebab dipengaruhi budaya yang sangat berbeda pula.

Contohnya komunikasi mengenai eksistensi Tuhan yang dilakukan oleh individu yang beragama Kristen (budaya A) dengan individu yang beragama Islam (budaya B). Keduanya akan sepakat bahwa Tuhan itu memang ada. Berbeda jika komunikasi mengenai eksistensi Tuhan dilakukan oleh individu beragama tersebut (budaya A) dengan seorang atheis (budaya C). Maka komunikasi tidak akan efektif, sebab terdapat persepsi yang sangat berbeda mengenai keberadaan Tuhan, budaya A mengakui adanya Tuhan, namun budaya C tidak mengakui adanya Tuhan (baca juga: komunikasi yang efektif).

2. Model Komunikasi Antar Budaya Menurut William B. Gudykunst dan Young Yun Kim

Model komunikasi antar budaya menurut William  B.Gudykunst dan Young Yun Kim merupakan komunikasi yang dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari budaya yang berlainan, atau orang asing. Dalam model ini, masing-masing individu berperan sebagai pengirim sekaligus juga penerima pesan. Dengan begitu, pesan yang disampaikan seseorang merupakan umpan balik untuk lawan bicaranya. Terjadi penyandian serta penyandian balik pesan.

Gudykunst dan Kim menyatakan bahwa penyandian dan penyandian balik pesan tersebut merupakan sebuah proses interaktif. Proses tersebut dipengaruhi oleh filter konseptual seperti budaya, sosiobudaya, psikobudaya, dan faktor lingkungan. Persepsi seseorang atas  lingkungannya mempengaruhi cara seseorang dalam menafsirkan rangsangan serta memprediksi prilaku orang lain (baca juga: komunikasi antar pribadi).

3. Model Dimensi Waktu Dalam Komunikasi Antarbudaya Menurut Tom Bruneau

Menurut model ini waktu merupakan variable penting yang mendasari semua situasi komunikasi. Waktu menentukan hubungan, pola hidup antar manusia, dan pola hidup manusia tersebut dipengaruhi oleh budayanya.  Dimensi waktu meliputi perbedaan konsepsi waktu dan tempo khusus dari tiap kelompok budaya (prilaku temporal). Terdapat dua jenis konsep waktu, yaitu:

  • Waktu Polikronik:

Konsep waktu Polikronik memandang bahwa waktu merupakan suatu putaran yang akan kembali dan kembali lagi. Orang yang menganut konsep ini beranggapan bahwa apa yang dilakukan di waktu ini, merupakan sesuatu yang bisa di perbaiki di waktu atau kesempatan lain. Misalnya ketika tidak belajar dengan baik sehigga mendapatkan nilai buruk, pelajar yang menganut konsep waktu polikronik akan berpikir dapat memperbaikinya di waktu lain (baca juga: paradigma komunikasi).

Orang yang menganut konsep polikronik juga cenderung lebih mementingkan kegiatan yang terjadi dalam suatu waktu dibandingkan waktu itu sendiri. Cenderung lebih menekankan keterlibatan tiap individu serta penyelesaian suatu hal, dibanding menepati jadwal waktu. Misalnya seorang mahasiswa yang tetap bersikap santai meski jam kuliah sudah hampir mulai, sehingga meskipun tetap masuk kuliah, mahasiswa tersebut datang terlambat (baca juga:  etika komunikasi).

  • Waktu Monokronik

Konsep waktu monokronik memandang bahwa waktu berjalan lurus dari masa lsilam ke masa depan. Orang yang menganut konsep ini cenderung lebih menghargai waktu itu sendiri, sehingga tidak ingin melewatkan waktu dengan hal yang sia-sia atau tidak berguna. Misalnya seorang pelajar yang menganut konsep waktu monokronik akan terus belajar dengan baik, agar dapat memperoleh nilai yang baik disetiap kesempatan. Atau seorang mahasiswa yang menganut konsep monokronik akan berusaha keras (terburu-buru berlari) agar tidak terlambat masuk kelas saat kuliah.

Dimensi Waktu

Dimensi waktu dalam komusikasi antar budaya:

  • Waktu dan perbedaan budaya

Menurut Oswald Spengler, hal yang menyebabkan satu budaya di bedakan dari budaya yang lain adalah makna yang secara intuitif diterapkan pada waktu. Bagaimana analisis waktu, pewaktuan, dan tempo dalam suatu budaya membedakannya dengan budaya lainnya. Misalnya cara suatu budaya dalam menggunakan memori historisnya akan bersifat khas kultural (baca juga: teori interaksi simbolik).

  • Futurisme dan komunikasi interkultural

Sama seperti konsep perspektif masa lalu, konsep perspektif suatu budaya mengenai citra masa depan juga akan berbeda dengan budaya lainnya. Suatu budaya akan melakukan upaya intensif, mencari jalan baru, untuk mengembangkan cara berpikir yang lebih maju. Cara ‘berpikir kedepan’ yang dihasilkan suatu budaya akan berbeda dengan budaya lainnya, sehingga menghasilkan jarak yang lebih besar antara budaya yang lebih cepat mengembangkan visi masa depannya dengan budaya yang cenderung lambat dalam mengembangkannya.

  • Kemacetan lalu lintas budaya

Kemacetan lalu lintas budaya dapat terjadi karena adanya frame, pengalaman, serta budaya yang sangat berbeda antara budaya yang satu dengan yang lainnya (baca juga: teori komunikasi antar budaya).

  • Mengatur waktu (timing) dan menjaga waktu (timekeeping) di antara budaya –budaya

Menyangkut bagaimana dan sejauh mana obyektifitas waktu yang digunakan sebuah budaya. Bagaimana cara-cara waktu (time devices), metode menjaga waktu, dan formulasi waktu yang objektif dalam suatu budaya (baca juga: elemen elemen komunikasi). Contohnya, inti pacu dalam budaya industri adalah keteraturan waktu. Jam merupakan mesin kunci, ritme dalam menjalani suatu kegiatan diatur oleh jam. Berbeda dengan  budaya tradisional yang tidak memandang jam sebagai pengatur ritme.

  • Pacu hidup,tempo budaya, dan komunikasi intercultural

terdapat berbagai jenis waktu yang membentuk sistem seseorang, yaitu waktu biologis, waktu fisiologis, waktu perseptual, waktu objektif, waktu psikologis, waktu sosial, dan waktu kultural. Tingkatan waktu ini saling bergantung satu samalainnya, dan bagaimana interaksi antar tingkatan waktu ini dalam diri seseorang akan menjadi ‘kronemika’ prilaku orang tersebut (baca juga: teori perbandingan sosial).

  • Taksonomi lingkungan waktu

taksonomi dikembangkan sebagai usaha persial untuk mendefinisikan kronemika prilaku manusia. Digunakan unruk menganalisis dan menelaah prilaku waktu dan lingkungan waktu dari interaksi manusia. Bebepa hal yang berhubungan dengan konsep waktu ini antara lain: dorongan waktu (temporal drives), petunjuk waktu (temporal signals), perkiraan waktu(temporal estimates), sinyal waktu (temporal signals), lambang waktu (temporal symbols), motif waktu (temporal motives), kepercayaan waktu (temporal beliefs), penilaian waktu (temporal judgments), dan nilai waktu (temporal values).

Demikian artikel mengenai model komunikasi antar budaya ini. Komunikasi antar budaya merupakan komunikasi yang dilakukan antara suatu individu atau kelompok dengan individu ataupun kelompok lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengannya atau kelompoknya. Kperbedaan prilaku komunikasi seseorang akan dipengaruhi oleh budayanya, sehingga diperlukan pemahaman budaya agar komunikasi antarbudaya dapat berjalan secara efektif (baca juga: strategi komunikasi efektif).

Terdapat  beberapa model komunikasi antar budaya menurut para ahli, diantaranya model komunikasi antar budaya menurut  E. Porter & Larry A. Samovar, model komunikasi antar budaya menurut William B. Gudykunst dan Young Yun Kim; dan model dimensi waktu dalam komunikasi antarbudaya menurut Tom Bruneau.

Akhir kata Semoga artikel ini bisa memberikan informasi yang anda butuhkan. Jika ada pertanyaan, penambahan, atau komentar yang membangun, silahkan tinggalkan pesan, dan jangan lupa berbagi ya jika anda merasa artikel ini bermanfaat!^^