5 Hambatan Komunikasi Pada Anak Usia Sekolah

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh seorang komunikator yang kemudian diterima oleh seorang komunikan. Komunikasi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Komunikasi tentu tidak mengenal batasan usia. Ilmu komunikasi menjadi sebuah ilmu baru untuk seorang anak yang baru mengenal lingkungan sekitarnya. (Baca juga: Pengaruh Media Televisi dalam Perkembangan Anak)

Komunikasi diperkenalkan kepada anak-anak baik usia masih bayi, batita, balita, maupun anak usia sekolah.

Awalnya komunikasi diperkenalkan kepada bayi untuk membantu perkembangan sensorik dan perkembangan motorik pada bayi. Komunikasi yang digunakan komunikasi bentuk verbal, yaitu berupa ucapan.

Tetapi komunikasi non verbal seperti gerakan-gerakan juga menjadi komunikasi pendukung untuk berekspresi melalui raut wajah seseorang. (Baca juga: Gangguan Komunikasi pada Anak Berkebutuhan Khusus)

Komunikasi juga memiliki proses adaptasi terhadap peran masyarakat yang menjadi pelaku komunikasi.

Berkomunikasi dengan anak bayi dan anak usia sekolah tentu akan berbeda. Begitu pula komunikasi yang dilakukan antara anak remaja, dewasa, dan lansia. Anak-anak terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok anak usia toodler (1-3 tahun) dan kelompok anak usia sekolah (6-11 tahun). (Baca juga: Komunikasi Pembelajaran)

Komunikasi dengan anak usia toddler tentu membutuhkan kesabaran karena anak pada usia toddler bersifat lebih egosentris, kemampuan dalam berbicara meningkat, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan lebih sensitif terhadap perasaan.

Berkomunikasi dengan anak usia toddler harus ekstra hati-hati, apa lagi anak usia ini lebih banyak meniru. (Baca juga: Strategi Komunikasi Pembelajaran dalam Bahasa)

Komunikasi harus menggunakan Bahasa yang baik dan jangan mengecewakan perasaan si anak karena anak akan merasa takut untuk berekspresi.

Komunikasi dengan anak usia sekolah tentu berbeda dengan usia toddler. Anak usia sekolah lebih mudah diarahkan dan telah mengerti mana perbuatan dan komunikasi yang baik dan yang tidak baik. (Baca juga: Makna Ego dalam Praktek Komunikasi Pembelajaran)

Namun anak usia sekolah ini lebih cepat meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa. Anak pada usia sekolah lebih bersifat kritis karena sering mengajukan pertanyaan yang harus dijelaskan secara logis mulai dari alasan yang logis, solusi yang logis, dan pertanyaan yang terkadang orang dewasa tidak dapat menjawabnya. (Baca juga: Strategi Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran)

Komunikasi yang baik dilakukan untuk anak usia sekolah adalah tetap berkomunikasi dengan Bahasa yang baik dan jelas, sederhana, dan spesifik.

Komunikasi yang dilakukan antara kedua anak yang memiliki pengelompokan usia berbeda ini tentu memiliki beberapa hambatan yang tentu harus diketahui dalam ilmu komunikasi khususnya untuk berbicara kepada anak usia sekolah. (Baca juga: Penerapan Strategi Komunikasi dalam Pembelajaran)

Adapun hambatan komunikasi pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut:

  1. Perilaku khas

Setiap anak memiliki perilaku khas yang berbeda-beda. Ada anak yang tidak senang berinteraksi dengan lingkungan baru, ada anak yang hiperaktif dan mudah beradaptasi dengan orang baru, dan lain sebagainya.

Perilaku khas ini sebagian besar menghambat jalannya komunikasi antara anak itu sendiri dengan orang yang ada di lingkungan sekitarnya. (Baca juga: Penerapan Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran)

  1. Emosi

Emosi terbesar ada di dalam kehidupan anak usia sekolah karena anak belum dapat mengontrol emosinya dengan baik.

Anak usia sekolah sering terlihat marah-marah, kesal, kecewa, bahagia, tertawa-tawa dan semuanya dilakukan tanpa alasan tergantung mood yang sedang dihadapinya.

Oleh karena itu, faktor emosi inilah yang menjadi hambatan komunikasi dengan persentase terbesar.

Komunikasi akan terhambat ketika anak-anak sedang meluapkan emosinya. Terkadang ada anak yang tidak dapat dikendalikan oleh orangtuanya, sehingga mengamuk bahkan merusak berbagai benda yang ada di sekitarnya. (Baca juga: Contoh Komunikasi Formal dalam Pembelajaran)

  1. Gangguan dalam sensoris

Gangguan dalam sensoris anak sering ditemui di kehidupan masyarakat. Gangguan dalam sensoris ini menjadi pemicu hambatan dalam komunikasi pada anak usia sekolah.

Setiap anak memiliki tujuh sensoris dasar di dalam tubuhnya. Penyebab gangguan sensoris pada anak adalah adanya perkembangan yang tidak optimal saat sensoris bekerja.

Sensoris pada anak meliputi sensoris perabaan, sensoris pendengaran, sensoris penciuman, sensoris penglihatan, sensoris pengecapan, sensoris gerak antar sendi, dan sensoris keseimbangan.

Semua sensoris tersebut sangat berkaitan terhadap komunikasi pada anak usia sekolah. Oleh karena itu, perlu adanya deteksi dini terhadap ciri-ciri gangguan sensoris pada anak agar komunikasi tidak terhambat. (Baca juga: Strategi Komunikasi dalam Pembelajaran Audible)

  1. Pola bermain

Pola bermain juga dapat mempengaruhi komunikasi pada anak usia sekolah. Pola bermain anak berawal dari cara orangtua mengenali anak tersebut dengan mainannya seperti mobil itu dijalani di lantai bukan untuk dijadikan mainan masak-masakan.

Seorang anak yang salah pola bermainnya akan sulit beradaptasi dengan mainan lainnya bahkan tidak mau berinterkasi dengan teman bermainnya. Kesalahan dalam pola bermain anak akan menghambat komunikasi. (Baca juga: Urgensi Media dalam Pembelajaran)

  1. Gangguan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari

Gangguan komunikasi memang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti anak yang tidak mengerti arti kata yang diucapkannya.

Selain itu, anak usia sekolah juga sering melakukan komunikasi non verbal yang sebenarnya tidak ia gunakan dengan baik seperti menarik tangan orang lain untuk meminta tolong diikuti kemauannya.

Hal ini membuat komunikasi menjadi terhambat dan akhirnya menimbulkan permasalahan seperti kesalahpahaman dalam memahami komunikasi anak usia sekolah. (Baca juga: Penerapan Unsur Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar)