12 Hambatan Dalam Proses Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjadi antara pasien dengan perawat.

Komunikasi ini terjadi dengan cara verbal maupun non verbal untuk membentuk hubungan yang nyaman antara pasien dengan perawat, terutama pada pasien lansia.

Namun tak selamanya komunikasi terapeutik berjalan dengan baik. Justru banyak sekali hambatan yang akan dilalui oleh seorang perawat dalam menjalin komunikasi terapeutik.

Untuk lebih memahaminya, berikut ini adalah hambatan komunikasi terapeutik yang biasa terjadi:

1. Masalah penglihatan

Masalah penglihatan pada pasien, terutama pasien lansia tentunya juga akan memberikan pengaruh pada lambatnya komunikasi terapeutik yang dilakukan.

Penglihatan yang menjadi kabur atau bahkan tidak dapat melihat sama sekali tentunya akan menghambat komunikasi non verbal atau bahasa tubuh yang digunakan.

Namun masalah ini dapat diatasi dengan lebih menaikkan volume suara yang digunakan ketika berbicara selama indra pendengaran pasien masih berfungsi dengan baik.

Namun pastikan pula tidak menaikkan volume suara tidak terlalu menekan karena justru akan lebih terdengar seperti membentak.

Baca juga:

2. Dominasi dalam pembicaraan

Komunikasi terapeutik juga bisa terhambat jika pasien bukanlah tipe pendengar yang baik.

Pasien yang dihadapi sering kali adalah tipikal yang selalu ingin menjadi orang yang mendominasi dan tokoh utama dalam sebuah topik pembicaraan.

Meskipun terasa kurang nyaman, namun ada baiknya pula jika perawat menjadi pendengar yang baik agar pasien menjadi lebih nyaman. Ketika ia sudah selesai berbicara, barulah bergantian perawat yang berbicara sehingga pasien merasa lebih dihargai dan dihormati.

3. Mudah tersinggung

Beberapa pasien yang diajak berkomunikasi kadang kala menjadi sangat mudah tersinggung. Hal ini bisa terjadi karena memang sifat pasien atau efek obat-obatan yang membuatnya menjadi mudah emosi.

Kondisi pasien yang mudah tersinggung tentunya menjadi hambatan besar bagi perawat karena harus memilih dengan baik setiap kalimat yang akan diucapkan. 

Dalam komunikasi yang menyebabkan pasien menjadi mudah tersinggung seperti ini, perawat sebaiknya lebih banyak meminta maaf agar pasien menjadi lebih nyaman dalam berkomunikasi, bahkan meskipun perawat tersebut tidak memiliki kesalahan.

Baca juga:

4. Trauma masa lalu

Pasien yang memiliki trauma pada masa lalunya juga akan menjadi hambatan dalam komunikasi terapeutik yang dilaksanakan.

Trauma masa lalu bisa saja membuat pasien menjadi lebih mudah tersinggung, mudah menangis, bahkan marah tanpa alasan pada perawat.

Maka dari itu, diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai riwayat medis atau latar belakang pasien sebelum melakukan komunikasi terapeutik.

Sebisa mungkin hindari pembicaraan yang mengingatkan pasien pada masa lalunya dan yakinkan bahwa masa depannya begitu indah.

5. Keterbatasan fisik

Pasien yang memiliki keterbatasan fisik juga menjadi hambatan dalam komunikasi terapeutik.

Salah satunya adalah masalah pendengaran. Masalah pendengaran tentunya menjadi hambatan besar dalam komunikasi terapeutik.

Komunikasi verbal yang menjadi bentuk komunikasi utama akan sangat sulit dilakukan.

Hal ini bisa diatasi dengan menaikkan volume suara atau pasien diberikan alat bantu dengar jika sudah terlalu parah. Bantuan komunikasi dengan isyarat atau bahasa tubuh juga akan sangat membantu. 

6. Sepele

Beberapa pasien sering menganggap remeh atau sepele pada perawat yang berusaha melakukan komunikasi dengannya.

Sikap sepele ini biasanya sering ditemukan pada pasien yang telah lanjut usia. Merasa lebih tua dan lebih bijak dalam menghadapi kehidupan membuat mereka sering cuek dan tidak peduli pada perawat yang lebih muda sehingga terkesan sepele.

Sikap sepele ini hanya bisa diatasi dengan kelembutan dan kesabaran dari perawat yang melakukan komunikasi terapeutik.

Dengan kesabaran dan ketelatenan dalam merawat pasien, maka pasien akan mengerti dengan sendirinya.

Baca juga:

7. Menyerang perawat

Menyerang disini bukan mempunyai arti berupa serangan fisik, namun lebih kepada serangan mental.

Pasien sering kali secara sadar maupun tidak sadar mempertahankan hak mereka dengan menyerang perawat. Serangan yang dilakukan berupa penghinaan dengan menyalahkan perawat sehingga seolah-olah mereka adalah yang paling benar.

 Kondisi ini cukup sulit untuk dihadapi karena keegoisan yang tinggi. Meskipun perawat telah memberikan penjelasan dengan baik dan lembut, pasien akan tetap melakukan penyerangan karena merasa bahwa hak yang ia miliki terancam.

8. Stres

Pasien yang sedang menjalankan pengobatan akan sangat rentan mengalami stres.

Stres ini pula yang menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik yang dijalankan.

Pasien yang mengalami stres akan lebih mudah jatuh ke dalam emosi, baik mudah marah atau menangis sehingga menyebabkan komunikasi menjadi kacau. 

Meskipun pasien dapat menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan perawat, tapi jika pasien dalam kondisi stres, maka jawaban yang ia berikan pun tidak berasal dari kesadarannya.

9. Mempermalukan perawat

Hambatan lain yang perlu diwaspadai adalah sikap pasien yang kadang justru mempermalukan perawat.

Hal ini sering kali terjadi pada perawat yang merawat pasien dalam usia lanjut. Secara sadar maupun tidak sadar, mereka berusaha terlihat lebih kuat dan lebih berwenang dibandingkan dengan perawat.

Kondisi ini justru akan semakin memperburuk komunikasi terapeutik yang dilakukan bahkan bisa saja komunikasi terputus begitu saja karena rasa sakit hati yang dialami oleh perawat.

10. Lupa

Bagi perawat yang melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien lanjut usia, salah satu hambatan yang sering dijumpai adalah penyakit lupa.

Lupa atau pikun yang dialami oleh pasien sering kali membuat perawat harus mengulangi lagi apa yang telah dikatakannya. Bahkan terkadang puluhan kali berbicara pun, pasien juga bisa lupa.

Kondisi ini sebaiknya harus dimaklumi oleh perawat karena merupakan hal di luar kemampuan si pasien.

Pasien yang mengalami pikun sebaiknya diperlakukan dengan sangat lembut agar komunikasi tetap berjalan dengan baik meskipun harus sering mengulang.

Baca juga;

11. Ketidaksabaran perawat

Adakalanya hambatan yang terjadi dalam komunikasi terapeutik bukan hanya berasal dari pasien, tapi juga dari perawat itu sendiri.

Beberapa perawat ada yang tidak memiliki kesabaran dalam melakukan komunikasi terapeutik. Ketidaksabaran inilah yang dapat menyebabkan terhambatnya bahkan terputusnya komunikasi terapeutik yang dijalankan. 

12. Wawasan yang kurang

Komunikasi terapeutik yang baik juga harus didukung dengan wawasan yang baik oleh perawat.

Wawasan disini maksudnya adalah kemampuan dalam menggunakan dan mengaplikasikan ilmu dalam komunikasi terapeutik.

Setiap perawat tentunya telah mendapatkan bekal mengenai cara menghadapi pasien yang baik dan benar.

Jika wawasan perawat kurang, maka komunikasi terapeutik yang dilakukan tentunya juga tidak dapat berjalan dengan baik.