Teori Psikoanalisis dalam Psikologi Komunikasi

Dalam psikologi, psikoanalisis adalah salah satu teori yang berakar dari pendekatan psikologi psikodinamis yang mengupas tentang organisasi dan dinamika perkembangan kepribadian manusia.

Psikodinamis sendiri merupakan salah satu pendekatan dalam psikologi yang digunakan untuk memahami perilaku manusia yang menitikberatkan pada peran pikiran yang tidak disadari, perasaan, dan memori.

Teori psikoanalisis atau teori struktur kepribadian pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli neurologi berkebangsaan Austria bernama Sigmund Schlomo Freud di penghujung abad 19. Teori ini berpendapat bahwa perilaku dan kepribadian manusia merupakan hasil interaksi yang dinamis antara tiga struktur pikiran manusia yaitu Id, Ego, dan Superego.

Interaksi yang terjadi antara ketiga struktur pikiran manusia seringkali menimbulkan konflik psikologis tidak sadar dalam diri manusia dan konflik inilah yang berperan dalam pembentukan perilaku dan kepribadian manusia.

Teori psikoanalisis mengalami perkembangan yang sangat signifikan sehingga menarik minat para peneliti dan telah diadopsi ke dalam berbagai disiplin ilmu termasuk ilmu komunikasi.

Dalam ranah ilmu komunikasi, teori psikoanalisis merupakan salah satu teori psikologi komunikasi yang digunakan untuk menjelaskan dan memahami karakteristik manusia sebagai pemeran utama dalam proses komunikasi efektif.

Pemahaman karakteristik manusia ini sangat penting dalam komunikasi karena berkaitan dengan proses penerimaan pesan, proses berpikir, dan cara melihat manusia yang dipengaruhi oleh berbagai lambang yang dimiliki. Pemahaman karakteristik manusia ini juga diperlukan sebagai landasan teori bagi berbagai studi psikologi komunikasi.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori psikoanalisis dalam psikologi komunikasi adalah teori yang menitikberatkan pada salah satu konsep karakteristik manusia khususnya manusia komunikan atau komunikate sebagai salah satu unsur penting dari 5 unsur komunikasi yang utama.

Baca juga :

Pengertian

Menurut Oxford English Dictionary, psikoanalisis didefinisikan sebagai metode terapeutik yang pertama kali dikembangkan oleh Sigmund Freud untuk mengobati mental disorders melalui penyelidikan terhadap interaksi antara berbagai elemen sadar dan elemen tidak sadar dalam pikiran pasien dan membawa rasa takut dan konflik ke dalam pikiran sadar, menggunakan teknik seperti penafsiran mimpi dan asosiasi bebas.

Melalui kacamata psikoanalisis, manusia digambarkan sebagai makhluk yang memiliki dorongan agresif dan seksual. Para ahli teori psikoanalisis percaya bahwa perilaku manusia bersifat deterministik dalam artian diarahkan oleh kekuatan irasional dan ketidaksadaran seperti instink dan dorongan biologis. Karena sifat inilah, para ahli psikoanalisis tidak percaya pada keinginan bebas.

Baca juga :

Struktur Pikiran Manusia

Menurut Freud, kepribadian manusia dibangun oleh interaksi dinamis antara tiga struktur pikiran manusia yaitu Id, Ego, dan Superego.

1. Id

Id adalah satu-satunya bagian kepribadian yang telah ada sejak lahir. Id adalah pusat instink atau bagian kepribadian yang berperan sebagai sumber kebutuhan tubuh manusia, keinginan, hasrat,  dorongan biologis dan agresif manusia. Dalam diri manusia terdapat dua jenis instink dominan yaitu libido dan thanantos.

  • Libido atau instink kehidupan (eros) mengacu pada instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk berbagai kegiatan manusia yang konstruktif. Menurut Freud, libido tidak hanya mencakup dorongan seksual tetapi juga segala sesuatu yang dapat mendatangkan kenikmatan seperti kasih ibu, pemujaan kepada Tuhan, dan cinta kasih.
  • Thanantos atau instink kematian mengacu pada instink yang bersifat destruktif dan agresif.

Semua motif manusia merupakan gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan berikeinginan untuk segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral, dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Intinya, Id merupakan tabiat hewani manusia.

Baca juga: Komponen Komunikasi Terapeutik

2. Ego

Struktur pikiran manusia yang kedua adalah Ego yang merupakan instink dalam diri manusia yang bertolak belakang dengan Id dan Superego.  Ego berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan Id dengan realitas di dunia nyata. Ego merupakan mediator antara berbagai hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistis.

Ego adalah struktur pikiran manusia yang mampu menundukkan hasrat hewani manusia dan hidup sebagai wujud yang rasional pada pribadi yang normal. Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas. Ego merupakan bagian kepribadian yang juga berperan sebagai pengambil keputusan.

Seperti halnya Id, Ego juga berfungsi untuk mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit. Namun, berbeda dengan Id, Ego lebih menitikberatkan pada cara mengatur strategi untuk meraih kesenangan atau kepuasan.

Ego tidak memiliki konsep tentang benar atau salah. Sesuatu dipandang baik apabila sesuatu yang dapat dicapai pada akhirnya dapat memberikan kepuasan tanpa menyakiti diri sendiri atau Id.

Karena berperan sebagai mediator atau jembatan, maka Ego berada di tengah, antara memenuhi desakan Id dan peraturan Superego.

Keadaan ini tentu menimbulkan kecemasan atau konflik dalam diri individu. Untuk mengatasi ketegangan, konflik, atau frustasi Ego secara tak sadar lalu menggunakan mekanisme pertahanan Ego untuk melindungi individu dari berbagai tekanan dan kecemasan dengan mendistorsi realitas. Mekanisme pertahanan Ego menitikberatkan pada bagaimana Ego membela diri terhadap peristiwa internal yang dianggap tidak dapat diterima oleh Ego seorang individu.

Terdapat beberapa macam mekanisme pertahanan Ego diantaranya adalah repression, denial, displacement, regression, projection, reaction formation, dan sublimation.

  • Repression mengacu pada mekanisme tidak sadar yang digunakan oleh Ego untuk terus mengganggu atau mengancam pikiran agar tidak menjadi sadar. Adapun jenis pikiran yang kerapkali mengalami penekanan adalah pikiran yang menimbulkan perasaan bersalah dari Superego.
  • Denial mengacu pada ditutupnya peristiwa eksternal dari kesadaran. Jika beberapa situasi terlalu sulit untuk ditangani, individu hanya akan melakukan penolakan untuk mengalaminya.
  • Displacement mengacu pada pemuasan suatu impuls dengan menggunakan obyek pengganti. Obyek pengganti dapat berupa seseorang atau obyek yang dapat berfungsi sebagai pengganti simbolis.
  • Regression mengacu pada gerakan untuk kembali ke dalam waktu psikologis ketika individu dihadapkan dengan tekanan. Ketika individu dihadapkan pada suatu masalah cenderung untuk berperilaku seperti anak-anak atau bersikap primitif.
  • Projection melibatkan individu yang menghubungkan pikiran, perasaan, dan motif mereka sendiri yang tidak dapat diterima kepada orang lain. Menurut Freud, pikiran yang sering diproyeksikan kepada orang lain adalah orang-orang yang akan menyebabkan rasa bersalah seperti fantasi seksual dan pemikiran agresif.
  • Reaction formation mengacu pada bertindak dengan cara sebaliknya bahwa ketidaksadaran menginstruksikan seseorang untuk berperilaku.
  • Sublimation mengacu pada pemuasan impuls dengan menggunakan obyek pengganti yang dapat diterima secara sosial.

Baca juga: Karakteristik Komunikasi Terapeutik

3. Superego

Superego merupakan struktur pikiran manusia yang berperan sebagai polisi kepribadian.  Superego mencerminkan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakat terutama yang diajarkan oleh orang tua.

Superego dibangun dan berkembang pada usia 3 – 5 tahun selama tahap falus perkembangan psikosesksual dari Superego orang tuanya. Superego dapat memaksa Ego untuk menekan hasrat-hasrat yang dilarang oleh masyarakat seperti hasrat seks dan agresi. Superego juga berfungsi untuk membujuk Ego agar tidak hanya fokus pada tujuan realistis melainkan beralih ke tujuan moralisitik.

Superego terdiri dari dua sistem yaitu hati nurani dan diri ideal. Hati nurani dapat menghukum Ego melalui perasaan rasa bersalah. Misalnya jika Ego menyerah pada tuntutan Id, maka Superego dapat membuat seseorang merasa buruk karena telah membuat kesalahan.

Sementara itu, diri ideal merupakan gambaran imajiner tentang bagaimana manusia seharusnya, bagaimana manusia memperlakukan manusia lainnya, dan bagaimana manusia berperilaku sebagai anggota masyarakat. Perilaku manusia yang dianggap kurang dari diri ideal dapat dihukum oleh Superego melalui rasa bersalah.

Selain memberikan hukuman dengan perasaan bersalah, Superego juga dapat memberikan penghargaaan terhadap diri melalui diri ideal ketika berperilaku benar. Jika standar diri ideal seseorang terlalu tinggi maka apapun yang dilakukan oleh orang tersebut akan menunjukkan kegagalan. Baik hati nurani maupun diri ideal sebagian besar ditentukan pada masa anak-anak dari nilai-nilai orang tua dan bagaimana anak-anak tersebut dibesarkan.

Baik Id maupun Superego berada dalam bawah sadar manusia. Namun, sebagaimana halnya Ego, cara kerja Superego juga sangat bertolak belakang dengan Id.

Superego berusaha untuk bertindak dengan cara-cara yang sesuai secara sosial. Sementara itu, Id hanya menekankan pada kesenangan atau kepuasan diri secara instan. Superego mengendalikan perasaan manusia tentang apa yang benar atau apa yang salah. Selain itu, Superego juga mengendalikan perasaan bersalah manusia. Hal ini membantu manusia untuk dapat masuk ke dalam masyarakat dan bertindak sesuai dengan cara-cara yang dapat diterima oleh masyarakat.

Baca juga: Prinsip Komunikasi Terapeutik

Kritik

Teori psikoanalisis sangat berperan dalam membantu memperluas pemahaman kita tentang kepribadian manusia. Namun, teori psikoanalisis juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :

  • Teori psikoanalisis dipandang terlalu sempit karena hanya menekankan pada struktur pikiran manusia.
  • Teori psikoanalisis juga dipandang tidak memiliki dasar ilmiah yang jelas. Hal ini dikarenakan teori psikoanalisis tidak didukung oleh data-data empiris yang dapat diuji.
  • Asumsi maupun pendekatan yang ada dalam teori psikoanalisis dipandang terlalu bersifat patriarki, anti-feminis, dan anti-perempuan.

Baca juga: Teknik Komunikasi Terapeutik

Manfaat Mempelajari Teori Psikoanalisis dalam Psikologi Komunikasi

Mempelajari teori psikoanalisis dalam psikologi komunikasi dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :

  • Kita dapat mengetahui dan memahami pengetian psikoanalisis.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian teori psikoanalisis.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami akar teori psikoanalisis.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami struktur pikiran manusia.
  • Kita dapat mengetahui dan memahami beberapa kritik terhadap teori psikoanalisis.

Demikianlah ulasan singkat tentang teori psikoanalisis dalam psikologi komunikasi. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori psikoanalisis terkait dengan pengertian, struktur pikiran manusia, serta kritik yang menyertainya.