Teori Bahasa dalam Komunikasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbriter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi, bahasa memungkinkan setiap anggota masyarakat untuk berkomunikasi satu sama lain. Tujuannya adalah untuk saling berbagai informasi dan mempersuasi orang lain.

Dalam psikologi komunikasi, bahasa disebut juga dengan pesan linguistik. Bahasa dalam psikologi komunikasi didefinisikan melalui dua macam cara yaitu definisi fungsional dan definisi formal. \

Definisi fungsional memandang bahasa dari segi fungsi. Dalam artian, bahasa dipandang sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Bahasa sebagai alat komunikasi hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Sedangkan, definisi formal memandang bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa.

Bahasa sebagai bagian terpenting dalam proses komunikasi efektif telah menjadi magnet para peneliti dari berbagai disipilin ilmu untuk mengkaji bahasa lebih jauh. Berbagai teori pun dikembangkan sebagai cara untuk memahami bahasa dan penerapannya dalam komunikasi.

Teori bahasa dalam komunikasi umumnya menitikberatkan pada cara manusia berbahasa, bahasa dan kaitannya dengan proses berpikir, kata-kata dan makna, karakteristik bahasa, diskursus, dan lain-lain.

Adapun teori-teori bahasa dalam komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut :

1. Teori Struktur Bahasa

Teori ini dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure (1916). Menurut penggagas teori semiotika Ferdinand de Saussure ini, struktur bahasa meliputi suara, kata-kata, dan tata bahasa. Sistem struktur bahasa ini didasarkan atas perbedaan masing-masing elemen struktur bahasa.

Bagi Saussure, bahasa tidak mencerminkan realitas namun menciptakan pengalaman bagi penggunanya. Saussure menekankan pada kajian struktur bahasa dibandingkan penggunaan bahasa dalam tataran praktis (Baca juga : Penggunaan Dialek Dalam Komunikasi).

2. Teori Belajar dari Behaviorisme

Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui asosiasi, imitasi, dan peneguhan. Asosiasi adalah melazimkan suatu bunyi dengan obyek tertentu.

Sementara itu, imitasi adalah menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya. Dan, yang dimaksud dengan peneguhan adalah ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak-anak mengucapkan kata-kata dengan benar.

Sang penggagas teori operant conditioning yaitu B.F Skinner kemudian menerapkan ketiga proses ini untuk menjelaskan tiga macam respon yang diberikan oleh anak kecil ketika belajar bahasa. Ketiga respon yang dimaksud adalah mand, tact, dan echoic.

Respon mand terjadi manakala anak-anak mengeluarkan bunyi secara sembarangan. Respon tact terjadi manakala anak menyentuh obyek dan kemudian mengucapkan bunyi. Dan, respon echoic terjadi manakala anak-anak menirukan apa yang diucapkan oleh orang tuanya dan kaitannya dengan stimuli tertentu (Rakhmat, 2001 : 271-272). 

3. Teori Nativisme

Melalui teori ini, Noam Chomsky menyatakan bahwa setiap anak mampu menggunakan suatu bahasa karena adanya pengetahuan bawaan yang dibawa secara genetik.

Pengetahuan bawaan ini disebut dengan Language Acquisition Device atau L.A.D. Pengetahuan bawaan ini merupakan satu sistem yang memungkinkan manusia untuk menggabungkan beberapa komponen bahasa dalam konteks komunikasi.

Meskipun bahasa memiliki struktur luar yang berbeda, namun masing-masing bahasa sejatinya memiliki struktur pokok bahasa yang sama (Rakhmat, 2001 : 272-273).

4. Teori Perkembangan Mental

Teori yang dikembangakan oleh Jean Piaget ini menyatakan bahwa struktur universal yang yang menimbulkan pola berpikir yang sama pada tahap-tahap tertentu dalam perkembangan mental anak-anak.

Piaget dan Chomsky sependapat bahwa otak manusia bukanlah penerima pengalaman yang pasif melainkan sebuah organ yang dilengkapi dengan bermacam kemampuan bawaan (Rakhmat, 2001 : 273) (Baca juga : Keterbatasan Bahasa dalam Komunikasi Verbal).

5. Teori Principle of Linguistic Relativity

Teori ini berpendapat bahwa bahasa menyebabkan kita memandang realitas sosial dengan cara tertentu. Teori principle of linguistic relativity ini sejatinya dikembangkan oleh beberapa ahli namun yang paling mencuri perhatian adalah teori principle of linguistic relativity yang dikemukakan oleh Whorf.

Secara singkat, teori ini menyatakan bahwa pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa. Karena bahasa berbeda, maka pandangan kita tentang dunia juga akan berbeda.

Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti yang telah diprogam oleh bahasa yang kita pakai. Dengan begitu, masyarakat yang menggunakan bahasa yang berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula (Rakhmat, 2001 : 275) (Baca juga : Gangguan Bahasa dalam Komunikasi).

6. Teori General Semantics

Teori general semantics yang pertama kali digagas oleh Alfred Korzybski ini menjelaskan karakteristik bahasa yang mempersulit proses penyandian. Menurut teori ini, bahasa bukanlah alat penyandian yang baik.

Teori ini juga menguraikan kesalahan penggunaan bahasa, menelaah bagaimana berbicara dengan cermat, bagaimana keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahapahaman (Rakhmat, 2001 : 281-282). (Baca juga : Kelemahan Bahasa sebagai Media Komunikasi).

7. Teori Tindak Tutur

Teori tindak tutur atau speech act theory merupakan bagian dari studi penggunaan bahasa secara luas. Teori ini dikaitkan dengan Ludwig Wittgenstein dan John Searle. Teori tindak tutur menjelaskan bagaimana pesan-pesan mengekspresikan niat penggunanya. Dalam komunikasi, teori ini diterapkan dalam studi atau analisis percakapan (Baca juga : Cara Mempersatukan Persepsi dalam Bahasa Komunikasi).

8. Analisis Percakapan

Menurut Littlejohn (2009), berbagai teori yang menekankan pada percakapan didasarkan pada asumsi bahwa manusia menggunakan diskursus untuk mencapai beragam fungsi komunikasi sosial menurut para ahli. Mereka akan melakukan lebih banyak terkait dengan fungsi pesan individu.

Mereka memahami bahwa diskursus dicapai melalui tindakan bersama. Fungsi-fungsi tersebut dicapai secara bersama-sama melalui interaksi yang terorganisir di antara partisipan.

Lebih lanjut Littlejohn menyatakan bahwa teori ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana mitra percakapan bergabung membentuk pola yang koheren yang dapat membuat atau membentuk makna (Baca juga : Faktor Penyebab Distorsi dalam Komunikasi).

Demikianlah ulasan singkat tentang teori bahasa dalam komunikasi. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang berbagai teori yang menitikberatkan pada bahasa dalam komunikasi.