Dalam proses komunikasi efektif, pasti diperlukan suatu alat atau media untuk menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain. Media tersebut dapat berupa lukisan, bunyi gendang, kode-kode, bahasa, atau menggunakan cara-cara lain. Namun pada artikel kali ini, kami akan membatasi topik hanya seputar bahasa sebagai alat komunikasi dan penunjang proses interaksi sosial manusia. Menurut Gorys Keraf, bahasa merupakan alat komunikasi berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Ada beberapa kelebihan bahasa dibanding dengan alat komunikasi lain, diantaranya bahasa mampu menggambarkan realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari, dapat mengungkapkan pikiran kepada orang lain secara jelas, mengembangkan kebudayaan dalam masyarakat, membantu manusia untuk berpikir rumit, dan masih banyak lagi.
Sampai di sini, tentu kita sepakat bahwa dibanding dengan media lainnya, bahasa lebih mudah dan efektif untuk digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Karena selain dapat menggambarkan banyak hal secara detail, bahasa juga dapat mengurangi adanya multitafsir.
Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki sifat yang luwes dan sebenarnya sangat mudah dimanipulasi untuk kepentingan tertentu. Namun sayangnya, kebiasaan komunikasi lisan dengan bahasa non-standard membuat seseorang tidak dapat benar-benar memahami suatu bahasa dengan sempurna.
Karena faktanya, kemampuan berbahasa lisan tidak menjamin seseorang mampu menuangkan pikiran dalam tulisan. Akibatnya, ia akan kesulitan ketika menggunakan bahasa untuk kepentingan yang lebih terarah, misalnya menuangkan bahasa dalam tulisan yang memerlukan bahasa standard atau baku.
Selain sebagai media dalam komunikasi, bahasa juga dapat membantu seseorang untuk mengekspresikan diri. Tentu kita mengenal dengan tulisan-tulisan sastra seperti puisi dan novel. Kedua karya tersebut merupakan contoh bagaimana bahasa berperan dalam menuangkan ide atau gagasan yang dimiliki seseorang dalam bentuk tulisan. Untuk lebih lengkapnya, Ada dapat membaca artikel peranan bahasa dalam komunikasi sastra.
Tidak hanya itu, bahasa juga alat untuk mengadakan adaptasi dengan lingkungan sosial serta sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.
Meskipun memiliki banyak kelebihan sebagai alat komunikasi, bahasa juga memiliki beberapa kelemahan. Dan dalam artikel ini, topik yang akan kita kupas adalah mengenai kelemahan bahasa sebagai media komunikasi. Langsung saja, sebagai berikut :
- Kesamaran
Untuk mempermudah dalam memahami makna kesamaran, saya akan memberikan suatu ilustrasi. Misalkan saat tamu meminta segelas air kepada tuan rumah, tuan rumah tersebut mengambilkan segelas air putih.
Dan di berbagai tempat, mungkin akan terjadi hal serupa, yaitu apabila seseorang meminta segelas air, maka yang diberikan adalah air putih. Inilah yang dinamakan dengan kesamaran bahasa.
Dimana makna yang dimiliki bahasa hanya mewakili hal tertentu. Dalam kasus tadi, air mewakili air putih. Padahal, air tidak harus berwarna putih. Salah satu kekurangan bahasa adalah kesamaran, yaitu ketidakmampuan menghadirkan sepenuhnya objek realitas.
- Ketaksaan atau ambiguitas
Mungkin kita sering mendengar istilah ambigu, yang dalam kehidupan sehari-hari menggambarkan sesuatu yang tidak jelas. Dalam bahasa Indonesia, ambigu yaitu adanya multitafsir dalam bahasa yang memiliki lebih dari satu makna. Ketaksaan dapat terjadi dalam kata, frasa, klausa, kalimat, maupun dalam wacana.
Ambuguitas tidak melulu disebabkan karena ketidakmampuan seseorang untuk memilah kata yang tepat dalam menyampaikan pikirannya. Terkadang, ambiguitas dalam bahasa sengaja digunakan untuk menyembunyikan maksud yang sebenarnya. Misalnya, saat seseorang menyindir dengan perkataan yang berbanding terbalik dengan realitas.
Berdasarkan jenisnya, ada dua macam ketaksaan dalam bahasa, yaitu :
- Ketaksaan leksikal – kata yang memiliki makna ganda dan dapat mengacu ke dua hal yang berbeda, bergantung dengan lingkungan pemakaian.
- Ketaksaan gramatikal – bisa disebabkan oleh peristiwa pembentukan kata secara gramatikal yang menyebabkan perubahan makna atau ketaksaan karena kemiripan frasa.
- Tidak eksplisit
Kelemahan bahasa sebagai media komunikasi modern bisa disebabkan oleh pengolahan kata yang tidak eksplisit. Eksplisit artinya jelas, gamblang, tidak bertele-tele, dan tersurat. Untuk mengungkapkan pesan dengan jelas dan dapat diterima dengan tafsir yang tepat, seseorang perlu menyampaikan bahasa secara eksplisit.
Namun apabila bahasa bersifat tersirat, pesan bisa jadi tidak tertangkap sempurna oleh penerima, bahkan bisa kesalahan penafsiran. Contoh-contoh penggunaan bahasa secara eksplisit pada media massa adalah berita di koran, majalah, dan pidato. Sedangkan penggunaan bahasa yang biasanya menggunakan bahasa tersirat adalah bait, syair, dan puisi.
- Bergantung pada konteks
Seringkali ketika kita tidak memahami suatu kata tertentu, kita melihat konteks untuk memahami kalimat secara keseluruhan. Inilah yang dinamakan dengan ketergantungan bahasa dengan konteks. Suatu struktur bahasa yang sama dapat memiliki arti yang berbeda apabila konteks gramatiknya berbeda. Hal ini karena dalam kebahasaan, konteks merupakan lahan yang berada di luar struktur bahasa itu sendiri.
Karena sifat bahasa yang arbriter atau manasuka, makna dalam suatu bahasa tidak mengikat dan tergantung dalam persepsi masyarakat. Sehingga, dalam kehidupan multikulturalisme, bahasa dapat menyebabkan kesalahpahaman apabila terdapat berbedaan referensi atau persepsi antara komunikator dan komunikan. Misalnya, saat seseorang mengatakan “malam ini akan dilaksanakan operasi.”
Bagi pendengar yang berada dalam lingkungan kedokteran, mungkin dengan cepat akan menangkap operasi yang dimaksud berhubungan dengan kesehatan. Namun, bagi pendengar yang kehidupannya di lingkungan kepolisian, dia akan lebih mudah mencerna kata operasi sebagai operasi keamanan.
Sekian artikel mengenai kelemahan bahasa sebagai media komunikasi. Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca. Terima kasih.