8 Penggunaan Dialek Dalam Komunikasi

Penggunaan dialek dalam komunikasi sebenarnya merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi. Dialek bisa dibilang suatu “aksen” berbicara seseorang. Dialek tidak menunjukkan perbedaan bahasa, ini hanya variasi dalam bahasa saja. Artinya, pengucapan dalam keseharian biasanya akan tetap menggunakan bahasa yang sama, hanya saja variasi pengucapannya saja yang berbeda. Penggunaan dialek ini ada beberapa macam. Pada dasarnya, tidak ada aturan baku dalam pemakaian dialek. Hanya saja, dalam penggunaan bahasa utama yang formal, dialek ada baiknya dihindari supaya kesan gaya bicara yang digunakan lebih netral.

Mengingat penggunaannya yang memang cukup bervariasi, dialek erat kaitannya dengan pengaruh budaya dari latar belakang seseorang. Oleh karenanya, dialek akan sangat bervariasi. Sebagai contoh, orang suku Jawa mungkin akan menggunakan dialek bahasa Jawa pada saat akan menggunakan bahasa Indonesia. Seseorang yang sudah biasa berbahasa Indonesia, mungkin juga akan membawa dialek bahasa Indonesia pada saat akan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Oleh karenanya, meski tidak ada aturan baku dalam pengaturan pemakaian dialek, namun tetap saja ada hal-hal yang harus diperhatikan. Berikut ini adalah ulasannya.

  1. Menggunakan Kosa Kata yang Jelas

Kosa kata yang digunakan, walaupun memakai suatu dialek daerah tertentu, ada baiknya perlu tetap diperhatikan kejelasannya. Dengan kosa kata yang jelas, maka makna dalam komunikasi tetap bisa didapatkan. Kosa kata yang kurang jelas, bisa saja memberikan kesalahan arti. Logat dalam dialek mungkin bisa saja berbeda tetapi informasi tetap bisa didapat dengan jelas asalkan kosa kata yang digunakan juga mudah untuk dipahami.

  1. Tidak Mencampur Bahasa yang Berbeda

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dialek merupakan variasi dalam bahasa sebagai alat komunikasi. Dialek bukan menunjukkan dua unsur bahasa yang berbeda. Oleh karenanya, penggunaan dialek dalam komunikasi tidak boleh mencampur bahasa yang berbeda. Komunikasi hendaknya hanya sebatas pada penggunaan dialek semata, tanpa harus mencampur bahasa yang berbeda ke dalam satu kalimat.

  1. Memperhatikan Artikulasi

Artikulasi merupakan kejelasan pada saat berbicara. Dialek yang beragam kadang-kadang disertai pula dengan artikulasi yang kurang begitu jelas. Oleh karenanya, penting untuk menyesuaikan artikulasi dengan dialek sehingga kejelasan informasi yang digunakan bisa disampaikan dengan baik. Jangan sampai dialek justru menjadi hambatan komunikasi lintas budaya.

  1. Menggunakan Dialek sebagai Identitas

Dialek bisa digunakan sebagai identitas. Cara pengucapan bahasa dalam komunikasi menjadikan dialek seseorang akan sangat terasa khas. Sebagai contoh, orang suku Jawa mungkin akan berbicara bahasa Indonesia dengan gaya yang khas. Istilah “medhok” mungkin pernah kita dengar pada saat mendengar orang suku Jawa pada saat berbicara. Demikian pula suku lain. Dialek bisa menjadi identitas yang sangat khas. Pengaruh lingkungan dalam komunikasi antar budaya akan terasa dengan adanya dialek.

  1. Selalu Memperhatikan Latar Belakang

Walaupun dialek bisa menjadi sebuah identitas, namun memperhatikan latar belakang seseorang tidak ada salahnya. Dialek tidak bisa dijadikan panutan utama untuk menunjukkan identitas karena meskipun khas, namun bisa saja seseorang memiliki dialek yang berbeda dari latar belakang aslinya. Setidaknya, kita juga bisa menerapkan komunikasi asertif dengan memperhatikan latar belakang seseorang.

  1. Menyamakan Persepsi

Menyamakan persepsi bertujuan supaya tidak terjadi kesalahan persepsi pada saat kita menggunakan dialek dalam berbahasa. Ada baiknya kita juga menyebutkan asal usul daerah kita pada saat akan berbicara. Ini berguna supaya pihak yang diajak berkomunikasi juga bisa paham bahwa dialek yang mungkin tidak sengaja kita gunakan, memang menunjukkan sesuatu yang khas dari daerah asal. Ini akan meningkatkan komunikasi yang efektif.

  1. Menggunakan Tujuan Komunikasi yang Jelas

Tujuan komunikasi perlu ditetapkan agar proses komunikasi efektif bisa berjalan dengan terarah. Tanpa adanya tujuan komunikasi yang jelas, bisa saja komunikasi menjadi tidak teratur. Apalagi dialek komunikasi yang tersemat di dalamnya akan menambah proses komunikasi yang tidak ada tujuan ini semakin tidak menghasilkan sesuatu.

  1. Selalu Menggunakan Bahasa Ibu

Walaupun ada bahasa daerah, ada baiknya menggunakan bahasa ibu atau bahasa utama pada saat kita akan membagikan informasi dalam kegiatan formal. Bahasa utama yang digunakan mungkin juga akan dipengaruhi dengan logat dari dialek yang khas. Namun setidaknya ini akan membuat konten informasi yang akan disampaikan tidak berubah. Penggunaan dialek dalam komunikasi memang perlu diperhatikan.

Demikian penjelasan terkait fungsi dari dialek diterapkan di penggunaan dialek dalam komunikasi yang ternyata masih banyak dipakai oleh komuniksaator terutama yang berasal dari daerah.