5 Tahapan Konflik Dalam Komunikasi Organisasi

Konflik dalam kehidupan merupakan hal yang kadang terjadi, bahkan dalam sebuah organisasi yang memang berisi dengan banyak orang yang berbeda-beda.

Menurut Eep Saeffullah Fatah (1994:46-47) konflik adalah Suatu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham atau kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini dapat berbentuk non fisik, bisa juga berkembang menjadi benturan fisik, bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent) ataupun berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent).

Menurut Wirawan (2010:1-2), konflik adalah perbedaan persepsi mengenai kepentingan terjadi ketika tidak terlihat adanya alternatif. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak dapat dihindari dan selalu akan terjadi. yang dapat memuaskan aspirasi kedua belah pihak.

Baca juga:

Dalam sebuah organisasi sendiri, kemunculan konflik merupakan hal yang biasa terjadi. Apalagi organisasi selalu diisi dengan orang-orang yang memiliki banyak perbedaan, baik pemikiran maupun prinsip hidup. Perbedaan inilah yang kadang menimbulkan konflik jika tidak diikuti dengan rasa saling menghormati dan menghargai.

Namun konflik dalam sebuah organisasi tidak terjadi begitu saja. Terdapat beberapa tahapan yang dapat harus dilewati dalam sebuah konflik. Untuk lebih memahaminya, berikut ini adalah beberapa tahapan konflik dalam komunikasi organisasi :

1. Prakonflik

Prakonflik adalah kondisi dimana terdapat suatu ketidakserasian yang terjadi diantara dua belah pihak atau lebih, sehingga menimbulkan sebuah konflik. Konflik yang terjadi merupakan konflik yang tersembunyi dari pandangan umum, walaupun salah satu pihak atau lebih mengetahui adanya kemungkinan terjadinya konfrontasi. 

Dalam prakonflik terdapat ketegangan hubungan diantara beberapa pihak atau keinginan untuk menghindari kontak satu sama lain.

Baca juga:

Sebisa mungkin setiap pihak berusaha untuk tidak melakukan kontak demi menghindari konflik yang dapat diketahui oleh orang banyak.

Ketika kedua belah pihak saling menjauhi satu sama lain, maka kemungkinan besar peranan yang dilakoni masing-masing pihak dalam organisasi tidak akan dilakukan dengan baik. Dampaknya, organisasi tidak akan berjalan dengan semestinya karena adanya konflik yang tersembunyi di dalamnya.

2. Konfrontasi

Pada tahap konfrontasi, konflik yang tadinya tersembunyi kini jadi semakin terbuka dan diketahui oleh beberapa pihak. Ketika hanya satu pihak yang merasa tidak nyaman atau merasakan masalah, maka kemungkinan para pendukungnya akan mulai menunjukkan perilaku konfrontatif.

Jika dibiarkan, maka pertengkaran yang lebih terbuka dan ekstrim akan terjadi diantara kedua belah pihak. Masing–masing pihak yang merasa benar akan mengumpulkan pendukung yang banyak agar bisa melakukan konfrontasi dengan cara saling menyindir atau mencaci. Jika sudah begini, maka komunikasi organisasi diantara kedua belah pihak menjadi sangat tegang dan akan mengarah pada polarisasi antara para pendukung di masing-masing pihak.

Baca juga:

3. Krisis

Krisis adalah bentuk puncak konflik dalam sebuah organisasi yang timbul akibat ketegangan dan kekerasan yang terjadi semakin besar. Ketika terjadi krisis, maka biasanya akan terjadi perkelahian yang jauh lebih besar. Bukan lagi hanya sekedar melakukan perdebatan atau pertengkaran dengan saling lontar ejekan, tapi juga berupa bentuk fisik.

Perkelahian fisik berupa saling baku hantam dapat terjadi pada tahapan konflik dalam komunikasi organisasi. Kedua pihak dengan masing-masing sekutunya akan berusaha keras menunjukkan eksistensi dan kekuatan masing-masing sekeras mungkin. Kondisi yang seperti ini justru akan semakin membuat nama organisasi menjadi semakin rusak di mata masyarakat.

baca juga:

Bahkan jika perkelahian yang terjadi menimbulkan kerusuhan dan kerugian di masyarakat, maka kemungkinan besar organisasi justru akan dituntut. Penuntutan organisasi yang menimbulkan keresahan di masyarakat bisa saja berujung pada pembubaran organisasi. Maka dari itu, diperlukan penanganan dengan segera sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan seperti ini.

4. Akibat

Setiap bentuk konflik, baik konflik kecil maupun besar pasti akan meninggalkan akibat. Salah satu pihak mungkin mengalahkan pihak lain, atau mungkin melakukan gencatan senjata. Sedangkan pihak ;lain mungkin menyerah dengan sendirinya, atau menyerah atas desakan dari pihak lain.

Kemudian kedua belah pihak yang berkaitan dengan konflik memiliki kesepakatan untuk bernegosiasi dengan atau tanpa perantara. Kondisi yang agak dingin ini kemungkinan besar terjadi akibat campur tangan dari Suatu pihak yang punya wewenang atau pihak ketiga yang mungkin lebih berkuasa sehingga mampu memaksa kedua belah pihak untuk menghentikan konflik yang sudah cukup parah. 

Baca juga:

Pada tahap ini, ketegangan yang dirasakan sudah mulai cukup reda sehingga tidak ada lagi baku hantam atau aksi saling caci dan hina. Kedua pihak akan lebih banyak diam dan menuruti kesepakatan yang telah dibuat, baik secara terpaksa maupun ataa kesadaran sendiri.

5. Pasca konflik

Pasca konflik, kedua pihak akan kembali beraktivitas layaknya sebelum konflik dimulai. Keduanya akan lebih mengarahkan hubungan pada tidak lagi mengungkit penyebab konflik yang telah terjadi sebelumnya. Namum meskipun tidak ada lagi ketegangan diantara kedua belah pihak, jika penyebab konflik tidak diselesaikan dengan tuntas, maka tetap akan ada kemungkinan kembalinya situasi ini kepada situasi prakonflik.

Itulah tahapan konflik dalam komunikasi organisasi yang biasa terjadi. Konflik merupakan hal yang normal dijumpai dimana saja, namun akan berdampak buruk bagi organisasi ke depannya jika tidak ditangani dengan segera.

Konflik yang terjadi dalam sebuah organisasi biasanya adalah karena adanya rasa tidak saling menghargai perbedaan yang ada. Padahal sebuah organisasi memang akan selalu memiliki perbedaan pada setiap anggotanya. Maka dari itu, diperlukan pembinaan yang baik bagi setiap anggota organisasi agar setiap anggota organisasi mendapatkan pembekalan moral yang baik dan sesuai dengan norma sosial.