17 Cara Penggunaan Bahasa dalam Media Sosial

Penggunaan bahasa dalam media sosial telah menjadi perhatian para pemerhati bahasa tidak hanya di Indonesia tetapi juga negara-negara di seluruh dunia. Hal ini disebabkan pengaruh media sosial atau efek media sosial yang dipandang kurang baik bagi perkembangan bahasa nasional di masing-masing negara karena penerapannya tidak merujuk pada tata bahasa baku yang telah ditentukan.

Tidak pakemnya penggunaan bahasa dalam media sosial disebabkan oleh teknologi itu sendiri dan dipengaruhi oleh budaya, bahasa daerah, serta serapan “bahasa media sosial” lainnya dari bahasa asing yang begitu massif mempengaruhi bahasa nasional akibat globalisasi.

Bagi yang gemar bermedia sosial tentu sudah sangat fasih dengan berbagai kosa kata baru ataupun singkatan kata yang tidak baku atau standar yang sering digunakan saat berinteraksi melalui media sosial seperti kata “gw” (bahasa Betawi : gue atau gua) yang merujuk pada kata “saya” atau “aku” atau kata “btw” (bahasa Inggris) yang merupakan singkatan dari “by the way” yang berarti “ngomong-ngomong”.

Penggunaan “bahasa media sosial” ini lambat laun mengubah cara kita berbahasa dan berkomunikasi dengan orang lain.

Namun, kiranya kita juga perlu memahami bahwa beragam media sosial yang kini menjamur memiliki karakteristik new media  yang berdampak pada bahasa yang digunakan.

Contohnya adalah Twitter. Sebagai bagian dari produk media baru (Baca : Sejarah Media Baru), Twitter memiliki keterbatasan karakter untuk pesan teks yang ingin disampaikan oleh penggunanya yakni 140 karakter. Tidak hanya Twitter, berbagai media sosial lainnya pun memiliki keterbatasan karakter untuk pesan teks seperti forum internet atau pesan instan lainnya.

Keterbatasan karakter membuat penulisan pesan teks harus disingkat agar sesuai dengan jumlah karakter pesan teks untuk masing-masing media sosial. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan bahasa dalam media sosial menjadi terkesan tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang telah ditentukan (Baca juga : Kelemahan Bahasa sebagai Media Komunikasi).

Apakah bahasa yang digunakan dalam media sosial harus mengikuti kaidah “bahasa media sosial” dan bukannya bahasa baku? Jawabannya adalah tidak. Kita bisa lihat contoh beberapa akun media sosial milik orang nomor satu di Indonesia yang menggunakan bahasa baku dalam menyampaikan pesannya.

Atau, kita juga bisa melihat akun admin milik TNI AU yang menggunakan bahasa formal maupun bahasa percakapan untuk menyampaikan pesannya. Hal ini menandakan, media sosial tidak harus menggunakan “bahasa media sosial” tapi juga bisa menggunakan bahasa formal (Baca : Etika Komunikasi di Internet)

Sebenarnya, bagaimanakah penggunaan bahasa dalam media sosial? Pada kesempatan kali ini, kita akan coba mengulas secara singkat tentang penggunaan bahasa dalam media sosial terkait dengan bahasa yang umum digunakan dalam berbagai media sosial. Namun, terlebih dahulu kita ulas sejenak tentang pengertian bahasa, media sosial, dan “bahasa media sosial”.

Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbriter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa juga diartikan sebagai percakapan (perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik, atau sopan santun.

Bahasa di seluruh dunia termasuk Indonesia terus mengalami perkembangan yang signifikan akibat semakin pesatnya kemajuan iptek dan seni.

Penggunaan bahasa pun menjadi semakin luas dalam berbagai bidang baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu penggunaan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah penggunaan bahasa dalam media sosial (Baca juga : Bahasa sebagai Alat Komunikasi).

Pengertian media sosial menurut para ahli adalah teknologi bermedia komputer yang memfasilitasi penciptaan informasi dan membagi informasi, ide, minat, dan bentuk ekspresi lain melalui komunitas virtual atau jaringan. Terdapat berbagai macam bentuk media sosial yang dapat kita lihat melalui jenis layanan yang diberikan yaitu untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan multimedia.

Media sosial untuk berkomunikasi misalnya Facebook dan Twitter, media sosial yang bertujuan untuk kolaborasi diantaranya adalah Wikipedia dan Reddit. Dan, media sosial yang memberikan layanan multimedia diantaranya adalah YouTube dan Vimeo (Baca : Komunikasi Multimedia).

Beragamnya layanan yang diberikan media sosial memberikan dampak kepada penggunanya dalam hal cara berkomunikasi dengan mengenalkan bentuk bahasa baru (Baca juga : Media Komunikasi Modern).

Bahasa yang umum digunakan dalam berbagai media sosial seperti Twitter kerap disebut dengan istilah internet slang. Internet slang secara umum diartikan sebagai jenis bahasa yang umum digunakan oleh orang-orang di internet. Tujuan penggunaan internet slang ini adalah untuk mempercepat komunikasi dan mengekspresikan emosi.

Untuk itu, internet slang banyak menggunakan huruf dengan suara yang sama, tanda baca, huruf kapital, onomatopoeic, dan emoticon. Jenis bahasa lain yang digunakan dalam media sosial adalah bahasa formal, bahasa informal atau bahasa percakapan, bahasa gado-gado, frasa, idiom, dan lain-lain (Baca juga: Internet sebagai Media Informasi).

1. Bahasa formal

Media sosial tidak hanya berkaitan dengan percakapan melainkan juga kolaborasi. Salah satu aplikasi media sosial yang pada umumnya menggunakan bahasa formal adalah proyek kolaboratif seperti Wikipedia, situs social bookmarking, forum-forum daring, dan situs-situs ulasan lainnya.

Menurut A. Kaplan dan M. Haenlein (2014), proyek kolaboratif didefinisikan sebagai aplikasi media sosial yang memungkinkan pembuatan isi tentang pengetahuan yang dilakukan secara bersama-sama dan simultan oleh pengguna. Karena berkaitan dengan pengetahuan, maka isi pesan pun disampaikan dengan menggunakan bahasa formal yang sesuai dengan aturan tata bahasa agar dapat dimengerti dan dipahami oleh pembaca.

Contoh : Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara komunikator dan komunikan atau komunikate.

2. Bahasa informal

Bahasa informal tidak hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari namun juga dalam media sosial. Bahasa informal dalam bahasa Indonesia merujuk pada bahasa gaul atau bahasa prokem.

Bahasa informal ini banyak dipengaruhi oleh budaya setempat atau budaya asal atau bahasa daerah. Secara tata bahasa atau aturan bahasa, bahasa informal ini berakar dari bahasa formal.

Contoh : kata “kalau” menjadi “kalo”, “klu”, atau “klo”.

3. Bahasa daerah

Bahasa daerah juga banyak digunakan dalam media sosial. Bahasa daerah Betawi cukup banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari, penggunaannya pun tidak hanya terbatas di sekitar wilayah Jakarta, melainkan juga kota-kota besar lainnya.

Karena sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, beberapa kata dalam bahasa Betawi pun mulai banyak diterapkan dalam media sosial oleh para penggunanya.

Contoh : kata “babe” atau “bokap” yang merupakan bahasa Betawi bermakna “ayah” atau “bapak”.

4. Bahasa asing

Bahasa Inggris adalah bahasa utama yang digunakan dalam media sosial. Hal ini tidaklah mengherankan karena Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional. Berbagai aplikasi media sosial pun umumnya menggunakan bahasa Inggris. Berbagai bahasa internet atau internet slang pun banyak yang berasal dari bahasa Inggris.

Contoh : OMG yang merujuk pada kata “Oh, My God” atau “Ya Tuhan” sebagai bentuk ungkapan perasaan terkejut atau terpukau.

5. Huruf yang memiliki kesamaan bunyi dengan kata yang diucapkan

Dalam media sosial, cara kita berkomunikasi selanjutnya adalah dengan menggunakan huruf-huruf yang berbunyi sama dengan kata-kata yang diucapkan.

Penggunaan huruf homofon ini biasanya masuk ke dalam ranah bahasa asing seperti bahasa Inggris. Yang termasuk huruf-huruf homofon adalah kependekan kata serta singkatan kata yang umumnya dalam bahasa asing.

Contoh : Kependekan kata “R U OK” yang merujuk pada “are you okay (ok)”. Singkatan kata “btw” yang merujuk pada “by the way”. Kombinasi kependekan kata dan singkatan kata seperti “CUL8R” yang merujuk pada “see you later”.

6. Gaya pengucapan onomatopoeic

Gaya percakapan onomatopoeic adalah gaya percakapan yang kerap digunakan dalam komunikasi daring. Gaya percakapan ini biasanya mengindikasikan sesuatu.

Contoh : “hahaha”, “xixixi”, “wkwkwkwk” yang merujuk pada tertawa dengan keras.

7. Tanda baca

Dalam media sosial, tanda baca biasanya digunakan secara berulang sebagai bentuk penekanan terhadap sesuatu atau merujuk pada emosi tertentu.

Contoh : tanda seru “!!!!!!!!!!” biasanya merujuk pada rasa kesal atau amarah atau intonasi yang keras.

8. Huruf kapital

Sebagaimana halnya tanda baca, huruf kapital juga kerap digunakan dalam media sosial sebagai bentuk penekanan terhadap sesuatu. Selain huruf kapital, yang juga kerap digunakan dalam media sosial adalah huruf tebal, huruf miring, dan garis bawah.

Contoh : STOP

9. Emoticon dengan tanda baca

Emoticon dengan tanda baca pada papan ketik umum digunakan dalam media sosial untuk menyampaikan emosi pengguna ketika berkomunikasi.

Penggunaan emoticon dimaksudkan agar lawan bicara dapat mengerti dan memahami emosi yang dialami pengguna lainnya karena dalam komunikasi online atau komunikasi daring tidak terjadi kontak personal dan tidak dapat mendengar suara kecuali jika menggunakan video call.

Contoh :  “:- )” yang merujuk pada senyum atau “ :-D” untuk tertawa.

10. Emoticon dengan gambar wajah

Selain dengan menggunakan tanda baca, emoticon di beberapa negara menggunakan gambar wajah sebagai bentuk penyampaian emosi pengguna ketika berkomunikasi.

Di negara-negara Barat, emoticon bergambar wajah lebih menitikberatkan pada mulut sedangkan emoticon bergambar wajah di negara Jepang lebih menekankan pada mata.

Contoh : Emoticon yang mengekspresikan rasa senang atau bahagia

 

 

 

 

11. Leet speak

Istiilah leet atau 1337 atau L33T berasal dari kata elite. Dalam dunia permainan, leet berarti bahasa yang digunakan oleh para pemain yang memainkan permainan tertentu dengan waktu yang lama.

Para pemain biasanya menggunakan akronim yang terdiri dari huruf dan angka dan diciptakan oleh pengembang permainan hanya untuk permainan walaupun dalam bentuk bahasa lisan.

Contoh : “10Q” yang merujuk pada thank you.

12. Direct request

Direct request umumnya ditemukan pada mesin obrolan seperti permainan daring. Para pemain permainan daring biasanya menyembunyikan identitasnya.

Contoh : Pertanyaan “A/S/L?” yang merujuk pada “ usia/jenis kelamin/lokasi?”.

13. Tanda tagar atau hashtag

Tanda tagar atau hashtag adalah kata atau frasa multi kata yang didahului oleh simbol #. Tanda tagar biasanya digunakan orang untuk mencari posting dengan hashtag tertentu, kemudian memasukkannya ke dalam kategori tertentu, dan melacaknya di berbagai platform media sosial.

Contoh : #PapaMintaSaham

14. Neologisme

Neologisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online adalah kata bentukan baru atau makna baru untuk kata lama yang dipakai dalam bahasa yang memberi ciri pribadi atau demi pengembangan kosa kata.

Contoh : “BFF” yang merujuk pada “best friends forever” dan digunakan untuk menyatakan kedekatan seseorang dengan individu lainnya.

15. Akronim

Akronim umum digunakan dalam pesan teks, obrolan, dan surat elektronik guna meminimalisir panjang kata dan meningkatkan kecepatan.

Contoh : “BRB” yang merujuk pada “be right back” atau “OJ” yang merujuk pada “only joking”

16. Singkatan

Singkatan juga sering digunakan dalam media sosial. Tujuannya pun tidak jauh berbeda yakni meminimalisir panjang kata dan meningkatkan kecepatan.

Contoh : “yg” untuk “yang” atau “ppl” untuk “people”.

17. Kata seru atau interjeksi

Dalam bahasa Indonesia, interjeksi merujuk pada kata seru. Kata seru digunakan secara luas dalam kamus baik kamus bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Kata seru biasanya diungkapkan secara lisan maupun tertulis untuk menunjukkan perasaan atau emosi seseorang. Dalam penulisan, biasanya disertai dengan tanda seru.

Contoh : “Aduh!” atau “ Ahh”

Baca juga: Teori New Media

Manfaat Mempelajari Penggunaan Bahasa dalam Media Sosial

Mempelajari penggunaan bahasa dalam media sosial dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah :

  • Kita mengetahui dan memahami pengertian bahasa secara umum.
  • Kita mengetahui dan memahami pengertian media sosial secara umum.
  • Kita mengetahui dan memahami bahasa yang digunakan dalam media sosial dan cara penulisan bahasa lisan menjadi bahasa tulis.

Demikianlah ulasan singkat tentang penggunaan bahasa dalam media sosial. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang bahasa yang digunakan dalam media sosial dan cara penulisannya.